Halo para pembaca! Menurut organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Kusta adalah penyakit yang dapat disembuhkan jika ditangani dengan benar dan tepat waktu. Artikel ini akan membahas definisi kusta menurut WHO, Penyebab, Gejala, Dan pentingnya penanganan dini serta pencegahan. Mari kita pelajari lebih lanjut mengenai kusta dan bagaimana kita dapat berkontribusi dalam menghilangkan stigma serta mendukung mereka yang terkena dampak.
Definisi Kusta Menurut WHO
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernapasan atas, dan mata. WHO menyatakan bahwa kusta memiliki masa inkubasi yang panjang, biasanya sekitar lima tahun, namun gejala dapat muncul dalam rentang waktu dari satu tahun hingga dua puluh tahun atau lebih setelah terpapar bakteri.
Kusta tidak menyebabkan kematian langsung, namun tanpa penanganan yang tepat, penyakit ini dapat mengakibatkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota tubuh, dan mata, yang pada akhirnya menyebabkan disabilitas fisik. Meskipun kusta dapat menular, penularannya tidak semudah yang dibayangkan. WHO mencatat bahwa penularan terjadi melalui droplet dari hidung dan mulut ketika ada kontak erat dan berkepanjangan dengan penderita yang belum diobati.
Gejala Kusta
Gejala kusta bervariasi tergantung pada jenis dan tingkat keparahan infeksi. Berikut adalah beberapa gejala umum yang dapat diamati pada penderita kusta:
1. Lesi Kulit: Lesi kulit berwarna lebih terang daripada kulit normal atau berwarna kemerahan, sering kali dengan penurunan atau hilangnya sensasi. Lesi ini mungkin tidak terasa sakit dan tidak gatal, yang membuatnya sulit dikenali.
2. Pembengkakan Saraf: Kusta dapat menyebabkan pembengkakan dan kerusakan pada saraf tepi, yang sering kali menyebabkan mati rasa pada tangan, kaki, dan area lain yang terkena.
3. Kelemahan Otot: Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kelemahan otot, terutama pada tangan dan kaki, sehingga membuat sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Masalah Mata: Jika saraf wajah terpengaruh, kusta dapat menyebabkan penurunan fungsi kelopak mata, yang dapat menyebabkan mata kering dan berisiko tinggi terhadap kerusakan kornea.
Penanganan Kusta
WHO menekankan bahwa kusta adalah penyakit yang dapat disembuhkan dengan terapi kombinasi (multi-drug therapy atau MDT). MDT telah digunakan secara global sejak 1981 dan terbukti efektif serta aman. Pengobatan ini disediakan secara gratis oleh WHO di seluruh dunia. Penanganan dini dengan MDT sangat penting untuk mencegah komplikasi dan disabilitas yang lebih parah.
MDT terdiri dari kombinasi antibiotik seperti rifampicin, clofazimine, dan dapsone. Durasi pengobatan tergantung pada jenis kusta yang diderita, yaitu antara 6 bulan hingga 12 bulan. Pada kasus tertentu, pengobatan dapat berlangsung lebih lama. Pengobatan harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan anjuran medis untuk memastikan semua bakteri penyebab kusta dapat dibasmi.
Pencegahan Kusta
Pencegahan kusta melibatkan beberapa pendekatan, termasuk identifikasi dan pengobatan dini pasien kusta, edukasi publik mengenai penyakit ini, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya menghindari kontak erat dan berkepanjangan dengan penderita yang belum diobati.
Beberapa langkah pencegahan yang disarankan oleh WHO meliputi:
1. Deteksi Dini: Identifikasi gejala kusta sedini mungkin dapat mencegah penyebaran lebih lanjut dan komplikasi serius. Jika ada anggota keluarga atau orang di sekitar yang menunjukkan gejala kusta, segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan.
2. Edukasi Dan Sosialisasi: Menghilangkan stigma terhadap penderita kusta sangat penting dalam pencegahan dan penanganan penyakit ini. Edukasi masyarakat tentang kusta dan penyebarannya dapat membantu mengurangi diskriminasi dan ketakutan yang tidak berdasar.
3. Perlindungan Kontak: Bagi mereka yang tinggal bersama penderita kusta yang belum diobati, WHO merekomendasikan untuk menghindari kontak erat dan berkepanjangan serta mengikuti langkah-langkah kebersihan yang baik.
Stigma Dan Disabilitas Akibat Kusta
Kusta tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga sosial dan psikologis. Stigma yang melekat pada penyakit ini sering kali menghambat penderita untuk mencari pengobatan dan mendiskusikan kondisi mereka. Disabilitas akibat kusta, seperti deformitas tangan dan kaki, dapat mengakibatkan pengucilan sosial dan ekonomi.
WHO dan berbagai organisasi kesehatan global berupaya untuk mengurangi stigma ini dengan meningkatkan kesadaran, memberikan informasi yang benar, dan mendukung rehabilitasi fisik serta sosial bagi para penyintas kusta. Pendekatan holistik ini bertujuan untuk memulihkan kualitas hidup penderita dan mendorong inklusi sosial.
Mari kita bersama-sama meningkatkan kesadaran tentang kusta dan mendukung mereka yang terkena dampaknya. Jika anda atau orang di sekitar anda menunjukkan gejala-gejala kusta, Jangan ragu untuk segera mencari bantuan medis. Langkah sederhana ini dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan membantu mengakhiri stigma yang tidak perlu. Ayo, Ambil tindakan sekarang dan jadilah bagian dari solusi dalam mengatasi kusta!