Kisah Sisil: Anak Pindahan Yang Cantik Dan Bahagia Menemukan Teman Baru Di Sekolah Baru

Hai, Teman-teman pembaca! Dalam cerpen ini, kita akan mengikuti perjalanan Sisil yang penuh warna, di mana ia menemukan persahabatan baru dan pengalaman menyenangkan yang tak terlupakan. Baca lebih lanjut tentang bagaimana Sisil mampu beradaptasi dengan lingkungan baru dan meraih kepercayaan diri melalui kebaikan dan kecantikan hatinya. Cerita yang menyentuh ini pasti akan memberikan inspirasi bagi siapa saja yang pernah merasakan tantangan pindah sekolah atau mencari teman baru.

 

Anak Pindahan Yang Cantik Dan Bahagia Menemukan Teman Baru Di Sekolah Baru

Langkah Baru Di Sekolah Baru

Sisil berdiri di ambang pintu gerbang SMP Sumber Cemerlang dengan perasaan campur aduk. Matahari pagi yang cerah memancarkan sinar keemasan yang menari-nari di atas tanah, sementara angin lembut membelai rambutnya yang panjang dan hitam berkilau. Dengan setiap langkahnya, Sisil merasa seolah-olah ia memasuki dunia baru yang penuh dengan kemungkinan dan tantangan.

Hari pertama sekolah baru selalu penuh dengan rasa gugup, bahkan bagi seseorang seperti Sisil yang dikenal sebagai gadis cantik dan ceria di sekolah lamanya. Meski baru pindah, Sisil sudah membuat keputusan untuk menghadapi hari ini dengan senyum lebar dan semangat yang tak tergoyahkan. Penampilannya yang cantik dengan rambutnya yang tergerai rapi, ditambah dengan gaun biru muda yang membuatnya terlihat anggun, membuatnya mencuri perhatian saat ia melangkah masuk ke halaman sekolah.

Sambil menyapukan matanya ke sekeliling, Sisil melihat sekelompok siswa berdiri di depan kelas, berbincang dan tertawa dengan ceria. Ada yang bermain bola, sementara yang lainnya berdiskusi tentang pelajaran. Ada rasa keingintahuan di matanya, mencerminkan keinginannya untuk menjadi bagian dari dunia baru ini.

Saat bel berbunyi menandakan awal pelajaran, Sisil melangkah ke dalam gedung sekolah dengan penuh percaya diri. Dengan langkah pasti, ia mengikuti tanda-tanda menuju ruang kelas barunya. Di dalam kelas, suasana mulai riuh ketika siswa-siswa lainnya melihat kedatangan Sisil. Beberapa dari mereka membisikkan sesuatu ke teman sebelahnya, sementara yang lain hanya menatap dengan rasa ingin tahu.

Sisil memperkenalkan dirinya dengan percaya diri kepada seluruh kelas. “Halo semuanya, nama saya Sisil. Saya baru pindah ke sini dari SMP Sejahtera,” katanya dengan senyum yang tulus. Suara lembutnya penuh dengan keceriaan, seolah-olah ia sudah menjadi bagian dari kelas itu selama bertahun-tahun.

Salah satu siswa yang duduk di dekat jendela, seorang gadis dengan rambut pendek berwarna cokelat muda bernama Clara, melambaikan tangan dan berkata, “Hai Sisil! Selamat datang di kelas kami. Saya Clara, dan ini adalah Dini dan Rina,” sambil memperkenalkan teman-temannya yang tersenyum ramah. Clara adalah salah satu yang pertama menyambut Sisil dan mengajaknya duduk di sampingnya.

Sisil merasa sedikit lebih nyaman. Ia duduk di samping Clara dan segera merasakan aura positif dari teman barunya. Mereka mulai berbicara tentang berbagai hal mulai dari pelajaran favorit, hobi, hingga kegiatan ekstrakurikuler. Sisil yang selalu ceria dan penuh semangat, dengan cepat menjalin hubungan dengan Clara dan yang lainnya. Mereka tertawa bersama, berbagi cerita dan bahkan merencanakan untuk makan siang bersama di kantin.

Di waktu istirahat, Sisil, Clara, Dini, dan Rina berkumpul di kantin. Sambil menikmati camilan mereka, mereka berbicara tentang berbagai rencana untuk kegiatan sekolah yang akan datang. Clara mengundang Sisil untuk bergabung dalam kelompok drama yang sedang mempersiapkan pertunjukan akhir tahun. Sisil dengan antusias menerima ajakan tersebut, merasa senang karena ia selalu menyukai seni peran dan berharap bisa berkontribusi dengan penuh semangat.

Hari pertama di SMP Sumber Cemerlang berakhir dengan cepat, dan Sisil pulang ke rumah dengan rasa bahagia yang mendalam. Ia merasa seolah-olah hari ini adalah awal dari sebuah petualangan baru yang penuh dengan peluang dan pengalaman yang menyenangkan. Dalam perjalanan pulang, ia tak henti-hentinya menceritakan setiap detail hari pertamanya kepada ibunya, penuh dengan senyuman dan semangat.

Saat matahari mulai tenggelam, Sisil duduk di meja belajarnya, menulis di jurnalnya tentang hari yang baru saja ia lalui. Ia mencatat setiap momen, setiap senyuman, dan setiap kesempatan baru yang telah ia temui. Dengan rasa bahagia yang tulus, ia menyadari bahwa langkah barunya di sekolah baru ini adalah awal dari perjalanan yang penuh warna dan harapan.

Dengan memejamkan matanya dan membayangkan masa depan yang cerah, Sisil merasa yakin bahwa ia akan menjalani setiap hari dengan penuh keceriaan dan semangat, serta menjalin banyak persahabatan yang berarti. Dia tahu, hari pertama ini hanyalah awal dari banyak cerita indah yang akan ia tulis dalam bab-bab berikutnya dari kehidupan barunya.

 

Teman Baru Dan Kejutan Di Sekolah

Hari kedua di sekolah baru terasa lebih cerah bagi Sisil. Pagi itu, ia berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya yang tersenyum bahagia. Rambut hitamnya yang panjang digulung rapi, dan seragam putih birunya terlihat sempurna di tubuhnya yang mungil. Sisil memutuskan untuk menambahkan sentuhan pita biru muda di rambutnya, membuat penampilannya semakin manis dan segar. “Hari ini pasti akan menyenangkan,” gumamnya sambil mengangkat tas punggung yang sudah diisi rapi.

Baca juga:  Cerpen Tentang Rakyat: Kisah Kepedulian untuk Rakyat

Saat tiba di sekolah, Sisil disambut dengan sapaan hangat dari Clara dan teman-temannya. “Sisil, kamu kelihatan cantik banget hari ini!” seru Rina dengan nada antusias, membuat Sisil tersenyum malu-malu. Rasa hangat dari perhatian teman-teman barunya itu semakin membuat Sisil merasa diterima.

Hari itu, mereka semua sepakat untuk menghabiskan waktu istirahat pertama bersama-sama. Sebelum bel berbunyi, Clara mengajak Sisil berkeliling sekolah, memperkenalkan setiap sudut ruangan, dari perpustakaan, lapangan olahraga, hingga taman kecil yang sering dijadikan tempat nongkrong oleh siswa. Di sepanjang jalan, Sisil menyadari betapa ramahnya suasana di sekolah barunya ini. Setiap orang yang ia lewati menyapa dengan senyuman atau anggukan sopan.

Ketika mereka tiba di perpustakaan, Sisil terkesima melihat betapa besar dan tertata rapi tempat itu. Rak-rak penuh dengan buku-buku tebal berjejer rapi, menunggu untuk dijelajahi. “Kamu suka baca buku?” tanya Clara sambil memperhatikan wajah Sisil yang tampak kagum.

“Banget! Aku suka novel, terutama yang berhubungan dengan petualangan dan fantasi,” jawab Sisil penuh semangat. Clara tertawa kecil, “Aku rasa kita punya banyak kesamaan. Nanti kita bisa tukar-tukaran buku!”

Obrolan mereka terhenti ketika seorang anak laki-laki mendekati mereka di perpustakaan. Dengan senyuman ramah, ia menyapa Clara, “Hey Clara! Kamu siapa, nih?” Sambil melirik ke arah Sisil. Clara langsung memperkenalkan Sisil kepada anak laki-laki itu. “Oh, ini Gilang. Dia anak yang sangat suka petualangan dan kegiatan ekstrakurikuler. Gilang, kenalin, ini Sisil. Dia baru pindah kemarin.”

Sisil tersenyum sopan dan menjulurkan tangannya, “Hai, aku Sisil, senang kenalan dengan kamu.” Gilang menyambut salamnya dengan hangat. “Wah, kamu sudah ikut kegiatan ekstrakurikuler belum, Sisil? Sekolah ini banyak banget aktivitas serunya, lho. Ada drama, musik, dan… oh iya, minggu depan kita ada lomba olahraga antar kelas!”

Mata Sisil berbinar mendengar kata “lomba”. Sejak kecil, ia selalu bersemangat jika ada kegiatan kompetitif di sekolah. “Wah, itu terdengar seru! Kalian biasanya ikut lomba apa?” tanya Sisil, penasaran.

“Biasanya aku ikut lomba lari dan basket. Tapi kalau kamu tertarik, mungkin kamu bisa ikut lomba estafet atau voli. Tim kita butuh tambahan pemain yang jago,” jawab Gilang sambil tersenyum penuh semangat.

Saat bel istirahat berbunyi, Sisil, Clara, dan Gilang pergi ke lapangan. Di sana, Sisil melihat sekelompok anak sedang berlatih voli. Lapangan yang luas penuh dengan riuh rendah suara tawa dan semangat dari siswa-siswi yang sedang mempersiapkan diri untuk lomba. Sisil merasakan adrenalin melonjak dalam dirinya. “Kayaknya aku bakal coba ikut voli. Kalian pasti bisa bantu aku latihan, kan?”

Clara dan Gilang mengangguk bersamaan. “Tentu saja! Ayo, kita mulai sekarang!” seru Gilang dengan penuh semangat. Mereka bertiga segera bergabung dengan anak-anak lain yang sedang latihan di lapangan. Sisil, yang meskipun belum terlalu ahli dalam voli, mencoba yang terbaik. Setiap kali bola datang, ia berusaha menerima dan memukulnya dengan sebaik mungkin.

Tak lama kemudian, Dini dan Rina bergabung juga. Kelompok mereka semakin besar, dan Sisil merasa semakin akrab dengan teman-teman barunya. Tawa dan canda menghiasi setiap detik latihan mereka. Clara sering kali memberi petunjuk dan dorongan kepada Sisil, sementara Gilang tidak ragu-ragu untuk mengajarkan teknik-teknik dasar voli yang mudah diikuti.

Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa, bel tanda akhir istirahat berbunyi. Meski lelah, Sisil merasa sangat bahagia. Ia merasakan kehangatan persahabatan yang mulai tumbuh di antara mereka. Bahkan dalam waktu singkat, ia sudah merasa seperti bagian dari kelompok ini, dan rasa canggung karena baru pindah sekolah perlahan menghilang.

Saat kembali ke kelas, Sisil duduk di bangkunya sambil tersenyum puas. Hari ini benar-benar penuh kejutan, dan ia tidak sabar untuk terus menjelajahi dunia baru yang penuh dengan kesempatan dan teman-teman baru yang menyenangkan. Sekolah ini, meski baru baginya, mulai terasa seperti rumah kedua. Sisil tak sabar menantikan apa lagi yang akan datang di hari-hari berikutnya.

Sambil mencatat beberapa hal di buku pelajarannya, Sisil berbisik pelan pada dirinya sendiri, “Aku rasa, aku akan menyukai sekolah ini lebih dari yang aku kira.” Dengan penuh semangat dan harapan, ia menatap ke depan, siap menghadapi apa pun yang akan datang.

 

Kejutan Di Pesta Teman Baru

Keesokan harinya, Sisil terbangun dengan senyuman lebar di wajahnya. Hari ini, Clara mengajaknya untuk menghadiri pesta ulang tahun Dini di rumahnya yang terkenal megah. Pesta ini menjadi momen penting bagi Sisil, tidak hanya untuk bersenang-senang tetapi juga untuk semakin mengenal teman-temannya. Sisil merasa sangat bersemangat dan bahagia, mengingat betapa cepatnya ia diterima di lingkungan barunya.

Setelah menyelesaikan tugas sekolah, Sisil langsung berpikir tentang penampilan yang akan dikenakannya. Ia berdiri di depan cermin kamar, mencoba beberapa pilihan baju. “Aku harus terlihat cantik, tapi tetap nyaman,” gumam Sisil sambil mengangkat gaun bunga-bunga yang baru dibelinya. Gaun itu sangat pas di tubuhnya, menonjolkan sisi feminin dan cerianya. Ia kemudian memutuskan untuk menambahkan sedikit sentuhan lip gloss pink dan eyeliner tipis yang menyorotkan matanya yang besar. Rambutnya yang hitam panjang dibiarkan terurai dengan lembut, dan sebagai sentuhan akhir, ia mengenakan sepatu sandal berwarna putih yang pas dengan gaunnya.

Baca juga:  Merayakan Keberhasilan: Cerita Bahagia Rika, Anak Sekolah Yang Bangga Dan Ceria

Ketika sampai di rumah Dini, Sisil terkesima melihat betapa megah dan indahnya rumah temannya itu. Terletak di kawasan perumahan elit, rumah tersebut memiliki halaman luas yang dipenuhi dengan dekorasi balon warna-warni dan lampu-lampu kecil yang berkedip indah. Musik ceria terdengar dari dalam rumah, dan tawa anak-anak bisa didengar dari kejauhan.

Begitu memasuki gerbang, Sisil disambut oleh Clara yang langsung memeluknya dengan hangat. “Sisil, kamu kelihatan cantik banget!” seru Clara dengan mata berbinar. “Kamu harus lihat dekorasi di dalam, semuanya terlihat luar biasa!”

Sisil merasa senang mendengar pujian itu dan segera mengikuti Clara menuju teras belakang, tempat pesta berlangsung. Di sana, sudah banyak anak-anak berkumpul, semuanya tersenyum dan menikmati suasana. Dini, yang mengenakan gaun berwarna pastel, tampak bahagia dan langsung berlari menghampiri Sisil. “Sisil! Senang kamu datang! Ayo, mari kita makan kue dan bersenang-senang!”

Suasana pesta sangat menyenangkan. Ada berbagai macam makanan lezat seperti cupcakes, pizza, dan minuman soda berwarna-warni. Selain itu, ada juga permainan seru seperti lomba balon dan menari. Sisil, yang dikenal sebagai anak yang gaul, dengan mudah berbaur dan bergabung dalam permainan. Tawa dan keceriaan terdengar sepanjang sore, dan Sisil merasa semakin dekat dengan teman-teman barunya. Ia menikmati setiap momen, dari menari bersama teman-temannya hingga ikut serta dalam permainan yang lucu.

Salah satu momen paling berkesan terjadi saat acara “Lomba Kostum Terbaik.” Semua anak diminta untuk berjalan di atas karpet merah mini, menunjukkan pakaian terbaik mereka. Sisil, dengan penuh percaya diri, melangkah dengan anggun sambil tertawa bersama teman-temannya. Mereka semua kagum dengan kecantikan dan kepercayaan diri Sisil, yang terlihat mempesona dalam gaun bunga-bunganya. Tak heran jika Sisil menjadi salah satu finalis lomba tersebut.

Di tengah pesta, Dini tiba-tiba berdiri di depan teman-temannya dan memegang mikrofon. “Aku punya kejutan untuk kalian!” katanya penuh semangat. Semua anak langsung terdiam, penasaran dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Dini tersenyum lebar, lalu memberi isyarat kepada seorang pelayan untuk membawa sebuah kotak besar. “Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman yang sudah datang. Tapi, yang paling spesial, aku ingin memberikan hadiah ini kepada Sisil. Karena sejak pertama kali dia masuk ke sekolah kita, dia sudah menjadi teman yang sangat baik.”

Mata Sisil membulat terkejut. “Apa? Untuk aku?” tanya Sisil dengan suara yang hampir tak percaya. Dini hanya mengangguk sambil tersenyum.

Semua anak memberikan tepuk tangan, dan Sisil, dengan hati yang penuh rasa haru, menerima kotak tersebut. Ketika ia membukanya, Sisil menemukan sebuah kalung cantik dengan liontin berbentuk bintang. “Ini untukmu, Sisil, sebagai tanda bahwa kamu sekarang adalah bagian dari kita,” ujar Dini dengan penuh kasih.

Sisil merasa sangat tersentuh. Ia tidak pernah membayangkan akan mendapatkan teman-teman yang begitu baik dan perhatian di sekolah baru ini. Dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, ia memeluk Dini dan mengucapkan terima kasih dengan suara yang lembut. “Terima kasih banyak, kalian semua sangat baik padaku. Aku merasa sangat beruntung bisa punya teman-teman seperti kalian.”

Pesta berlanjut dengan lebih banyak tawa dan keseruan. Sisil tidak hanya menikmati waktunya, tetapi juga merasa sangat diterima dan disayangi oleh teman-teman barunya. Ia merasa bahwa kepindahannya ke sekolah ini benar-benar membawa kebahagiaan yang tak terduga. Meskipun baru beberapa hari, Sisil sudah merasa memiliki sahabat sejati yang bisa ia andalkan.

Saat malam mulai tiba, para tamu satu per satu mulai pamit pulang. Sisil, yang merasa sangat puas dan bahagia, akhirnya pulang dengan hati yang penuh rasa syukur. Kalung bintang pemberian Dini masih melingkar di lehernya, menjadi simbol kehangatan persahabatan yang baru saja dimulai.

Sambil berjalan pulang, Sisil tersenyum dalam hati. Ia sadar bahwa kecantikan bukan hanya tentang penampilan luar, tetapi juga tentang hati yang terbuka dan persahabatan yang tulus. Hari itu, Sisil belajar bahwa meski ia baru saja pindah, ia sudah menemukan tempatnya bersama teman-teman baru yang penuh keceriaan dan kebaikan.

Di bawah langit malam yang dipenuhi bintang, Sisil merasa semakin yakin bahwa ia akan menghadapi hari-hari di sekolah barunya dengan penuh kebahagiaan dan petualangan yang seru. Persahabatan ini baru saja dimulai, dan Sisil tahu, banyak kejutan indah yang masih menantinya di masa depan.

 

Momen Tak Terlupakan Di Sekolah

Hari itu, Sisil bangun dengan perasaan yang berbeda. Ada kebahagiaan yang memenuhi hatinya, seakan ia sudah tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang istimewa. Di depan cermin, Sisil merapikan rambut panjangnya yang hitam legam. Ia memutuskan untuk mengikatnya dengan pita merah yang baru dibelinya kemarin. Wajahnya bersinar cerah di bawah sinar matahari pagi yang masuk melalui jendela kamarnya. Setelah mengenakan seragam sekolah, Sisil tersenyum sambil berbisik pada dirinya sendiri, “Ini akan menjadi hari yang luar biasa.”

Baca juga:  Cerpen Tentang Kedisiplinan: Kisah Keberhasilan Ariel Menciptakan Kedisiplinan

Saat tiba di sekolah, suasana di kelas terasa lebih hidup dari biasanya. Teman-temannya berkumpul di sekitar meja Sisil dengan senyuman cerah. “Pagi, Sisil! Kamu kelihatan cantik sekali hari ini!” seru Clara sambil memberikan pelukan hangat.

Sisil tersipu malu, tetapi ia tetap merasa senang. “Terima kasih, Clara! Kalian juga cantik semua,” balasnya sambil tertawa kecil. Pujian itu membuat Sisil merasa semakin percaya diri.

Pagi itu, kelas berjalan seperti biasa, tetapi Sisil merasakan ada keistimewaan tersendiri dalam setiap momen. Ia dan teman-temannya semakin akrab, bahkan canda tawa sering kali mengisi suasana belajar. Saat jam istirahat tiba, mereka berkumpul di kantin, berbagi cerita dan makanan favorit masing-masing. Sisil merasa sangat diterima dan disayangi oleh teman-teman barunya.

“Eh, Sisil,” panggil Dini tiba-tiba, “kamu tahu nggak, nanti ada acara fashion show kecil-kecilan di sekolah? Katanya kita bisa ikut, loh!”

Mata Sisil berbinar mendengar kabar tersebut. Sebagai seseorang yang selalu menikmati tampil di depan orang banyak, acara fashion show ini terdengar seperti kesempatan emas untuk mengekspresikan diri. “Serius? Wah, kedengarannya seru sekali! Kita harus ikut!”

Clara dan Dini mengangguk dengan antusias. “Kamu pasti cocok banget jadi pesertanya, Sisil. Kamu punya gaya yang keren dan wajah yang cantik! Ayo, kita daftar!”

Tanpa berpikir panjang, mereka segera mendaftar untuk acara tersebut. Selama beberapa hari berikutnya, Sisil dan teman-temannya sibuk menyiapkan pakaian dan aksesoris yang akan mereka kenakan. Suasana sekolah dipenuhi dengan semangat dan kebahagiaan dari para peserta yang bersiap untuk tampil. Sisil, meskipun merasa sedikit gugup, sangat antusias untuk menampilkan sisi kreatif dan penuh keceriaan dirinya di atas panggung.

Tibalah hari fashion show yang dinanti-nantikan. Aula sekolah berubah menjadi tempat yang penuh warna, dihiasi dengan lampu sorot yang terang dan dekorasi bunga-bunga indah. Setiap peserta terlihat bersemangat menunggu giliran mereka untuk berjalan di atas panggung. Sisil, dengan gaun elegan berwarna pastel dan rambut yang dihiasi pita merahnya, tampak memukau di antara para peserta lainnya.

Saat giliran Sisil tiba, ia melangkah ke atas panggung dengan percaya diri. Kakinya melangkah ringan, senyumnya merekah, dan matanya bersinar dengan kebahagiaan. Sorakan dari teman-temannya terdengar jelas di antara riuh rendah penonton. Sisil berputar dengan anggun di atas panggung, menunjukkan gaunnya yang indah, sambil melambaikan tangan dengan penuh keceriaan.

Rasanya seperti mimpi. Seluruh mata tertuju pada Sisil, dan ia merasa seakan dunia tersenyum padanya. Teman-teman dan guru-gurunya bertepuk tangan dengan antusias. Di momen itu, Sisil merasa sangat bahagia dan bersyukur. Semua kegugupan yang sebelumnya ada di hatinya hilang, tergantikan oleh kebahagiaan yang meluap-luap.

Setelah acara selesai, Sisil dan teman-temannya duduk bersama di taman sekolah, berbagi cerita tentang pengalaman mereka di atas panggung. Tawa mereka mengisi udara, menciptakan kenangan yang tak terlupakan. “Kamu keren banget di atas panggung, Sisil!” puji Clara dengan mata berbinar. “Kamu benar-benar cocok jadi model!”

Sisil hanya tertawa kecil sambil menggeleng. “Ah, aku cuma menikmati setiap momen di atas panggung. Dan yang paling penting, kita semua bersenang-senang bersama.”

Mereka melanjutkan obrolan mereka hingga sore, menikmati waktu bersama sebagai sahabat yang semakin akrab. Sisil merasa semakin yakin bahwa kepindahannya ke sekolah ini adalah keputusan terbaik dalam hidupnya. Selain menemukan teman-teman baru, ia juga menemukan tempat di mana ia bisa mengekspresikan dirinya dengan bebas dan bahagia.

Di bawah langit sore yang cerah, Sisil menatap ke arah teman-temannya, merasakan kebahagiaan yang mendalam di hatinya. Ia tahu bahwa ini hanyalah awal dari petualangan barunya di sekolah. Banyak momen indah yang menantinya di masa depan, dan ia sangat bersemangat untuk menghadapi semuanya dengan senyuman. Hari itu, Sisil merasa lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih bahagia dari sebelumnya. Dengan hati yang penuh rasa syukur, ia siap untuk melangkah menuju hari esok yang cerah bersama teman-temannya.

 

 

Di akhir perjalanannya, Sisil menyadari bahwa kecantikan bukan hanya tentang penampilan, tetapi juga tentang hati yang tulus dan kebaikan yang tak terbatas. Dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya, ia tak hanya berhasil beradaptasi di sekolah baru, tetapi juga menginspirasi banyak teman dengan sikap ramah dan rendah hatinya. Perubahan lingkungan ternyata membawa Sisil pada pengalaman-pengalaman luar biasa, dan kini ia tahu, di mana pun ia berada, dengan hati yang baik, kebahagiaan akan selalu mengikuti.

Leave a Comment