Definisi Perilaku Menyimpang Menurut Ahli

Hai sahabat pembaca! Apakah anda pernah merasa penasaran tentang mengapa beberapa orang berperilaku dengan cara yang berbeda dari kebanyakan? Mengapa perilaku tertentu dianggap menyimpang, Sementara yang lain diterima dengan baik? Menyelami dunia perilaku manusia adalah sebuah perjalanan yang kompleks dan mendalam. Dalam artikel ini, Kita akan menjelajahi definisi perilaku menyimpang menurut para ahli, Memahami faktor-faktor yang mendorong perilaku tersebut, Dan bagaimana masyarakat merespons tindakan-tindakan ini. Mari kita mulai perjalanan ini dan temukan bersama apa yang sebenarnya terjadi di balik perilaku menyimpang yang sering kali menimbulkan kontroversi dalam masyarakat.

Definisi Perilaku Menyimpang Menurut Ahli

1. Edwin Sutherland

Edwin Sutherland adalah pelopor dalam studi tentang perilaku menyimpang. Ia mendefinisikan perilaku menyimpang sebagai tindakan yang melanggar norma-norma sosial. Menurutnya, perilaku menyimpang dapat muncul akibat pengaruh lingkungan sosial, seperti keluarga, teman, dan masyarakat. Konsep “difusi norma” menunjukkan bahwa individu dapat terpengaruh oleh norma-norma negatif dari lingkungan sekitarnya, yang menyebabkan mereka melakukan tindakan menyimpang.

2. Robert Merton

Robert Merton mengembangkan teori anomi untuk menjelaskan perilaku menyimpang. Ia menyatakan bahwa masyarakat sering kali menetapkan tujuan yang tinggi untuk individu, tetapi tidak selalu menyediakan cara yang sah untuk mencapainya. Dalam situasi ini, individu mungkin merasa terpaksa untuk menggunakan cara-cara menyimpang untuk mencapai tujuan tersebut. Merton menekankan pentingnya memahami konteks sosial dan ekonomi yang mendorong individu untuk berperilaku menyimpang.

3. Howard Becker

Howard Becker, dalam bukunya “Outsiders”, berpendapat bahwa perilaku menyimpang bukanlah atribut intrinsik dari individu, tetapi hasil dari proses sosial. Ia memperkenalkan istilah “labeling theory”, yang menyatakan bahwa seseorang dianggap menyimpang jika masyarakat memberi label tersebut. Label ini dapat mempengaruhi bagaimana individu melihat diri mereka sendiri dan berperilaku di masa depan. Menurut Becker, proses penlabelan ini dapat menyebabkan individu terjebak dalam siklus perilaku menyimpang.

Baca juga:  Definisi Logika Menurut M Copy

4. Erving Goffman

Erving Goffman mengembangkan konsep stigma dalam konteks perilaku menyimpang. Ia menyatakan bahwa individu yang terlibat dalam perilaku menyimpang sering kali mengalami stigma sosial, yang dapat mempengaruhi identitas mereka. Stigma ini dapat memperburuk perilaku menyimpang, karena individu yang terstigma mungkin merasa terasing dari masyarakat dan lebih cenderung untuk berinteraksi dengan kelompok-kelompok yang memiliki perilaku serupa.

5. Albert Cohen

Albert Cohen menekankan peran subkultur dalam perilaku menyimpang. Dalam teorinya, Cohen menjelaskan bahwa individu yang merasa tidak diterima oleh masyarakat mungkin membentuk subkultur dengan norma-norma yang berbeda. Subkultur ini dapat memberikan dukungan bagi perilaku menyimpang, sehingga individu merasa lebih diterima di dalam kelompok tersebut. Dengan kata lain, perilaku menyimpang dapat menjadi cara untuk mencari identitas dan pengakuan di dalam kelompok.

Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Menyimpang

Beberapa faktor dapat berkontribusi pada munculnya perilaku menyimpang, antara lain:

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial adalah faktor kunci dalam membentuk perilaku individu. Keluarga, teman, dan masyarakat dapat mempengaruhi norma dan nilai yang diterima. Individu yang tumbuh dalam lingkungan dengan norma-norma menyimpang lebih mungkin untuk mengadopsi perilaku serupa.

2. Tekanan Ekonomi

Ketidakadilan ekonomi dan ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang diharapkan masyarakat dapat mendorong individu untuk terlibat dalam perilaku menyimpang. Keterbatasan akses terhadap sumber daya dan peluang dapat membuat individu merasa terdesak untuk mencari cara alternatif.

3. Pengalaman Masa Lalu

Pengalaman traumatis atau negatif di masa lalu dapat mempengaruhi perilaku seseorang di masa depan. Individu yang mengalami kekerasan, pengabaian, atau perlakuan buruk mungkin mengembangkan perilaku menyimpang sebagai bentuk respons terhadap pengalaman tersebut.

4. Keterikatan Sosial

Teori keterikatan sosial menyatakan bahwa individu yang memiliki ikatan sosial yang lemah lebih rentan terhadap perilaku menyimpang. Keterikatan yang kuat dengan keluarga, teman, dan komunitas dapat berfungsi sebagai penghalang terhadap perilaku menyimpang, sementara keterasingan dapat meningkatkan risiko.

Baca juga:  Definisi Manajemen Operasi Menurut Rusdiana Terbaru

5. Pengaruh Media

Media juga dapat berperan dalam membentuk perilaku menyimpang. Paparan terhadap konten yang menggambarkan perilaku menyimpang sebagai sesuatu yang menarik atau menguntungkan dapat mempengaruhi pandangan individu terhadap perilaku tersebut, sehingga meningkatkan kemungkinan terlibat dalam tindakan serupa.

Berikut adalah penutup yang interaktif dan mendorong pembaca untuk melakukan tindakan terkait artikel tentang definisi perilaku menyimpang menurut ahli:

Memahami perilaku menyimpang bukan hanya tentang mengidentifikasi tindakan yang dianggap tidak normal, Tetapi juga tentang menggali lebih dalam ke dalam konteks sosial, Budaya, Dan psikologis yang mempengaruhi individu. Setiap perilaku menyimpang memiliki cerita dan alasan di baliknya. Kini, Setelah anda memperoleh wawasan tentang perilaku menyimpang, Apa langkah selanjutnya yang akan anda ambil? Ayo, Gunakan pengetahuan ini untuk meningkatkan empati dan pemahaman terhadap orang-orang di sekitar anda. Dengan cara ini, Kita dapat berkontribusi dalam menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan mendukung, Di mana setiap individu dipahami dan diterima, Terlepas dari perbedaan perilaku mereka. Mari bersama-sama menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik!

Leave a Comment