Selamat datang di artikel kami yang akan membawa Anda dalam petualangan seru di berbagai destinasi wisata Madura yang menakjubkan. Dari tiga cerpen tentang liburan di madura yaitu Rehan Berwisata di Museum Sultan Sumenep, hingga keseruan di tepi Pantai Lombang bersama Nina dan di pulau cantik Gili Iyang bersama Kayla.
Rehan Berwisata di Museum Sultan Sumenep
Museum Sultan Sumenep
Sinar matahari yang hangat menyambut langkah Rehan dan aku saat kami memasuki pintu gerbang megah Museum Sultan Sumenep. Aromanya yang khas dan aura sejarah yang menguar di udara langsung mengisi hatiku dengan kegembiraan yang tak terkira. Aku telah menunggu momen ini begitu lama, dan akhirnya, aku berdiri di depan pintu gerbang sebuah penjaga cerita yang tak terhitung jumlahnya.
Rehan, sahabat baikku sejak kecil, tersenyum lebar melihat keceriaan yang terpancar dari wajahku. “Kamu terlihat begitu bahagia, Siti,” ucapnya dengan nada penuh kagum.
Aku mengangguk, mataku masih terpesona oleh keindahan bangunan kuno yang berdiri tegak di hadapanku. “Tentu saja, Rehan. Ini seperti memasuki dunia yang benar-benar berbeda, dunia di mana sejarah hidup dan bernyanyi di setiap sudutnya.”
Kami memasuki museum dengan langkah penuh semangat, siap untuk menjelajahi setiap rahasia dan keajaiban yang tersembunyi di dalamnya. Ruangan pertama yang kami masuki dipenuhi dengan pameran artefak kuno yang memukau. Aku merasa seakan diseret kembali ke masa lalu, menjadi saksi bisu dari peristiwa-peristiwa yang terjadi berabad-abad yang lalu.
Rehan dengan antusiasnya menunjuk-nunjuk pada setiap artefak yang menarik perhatiannya. “Lihat, Siti! Inilah pedang Sultan Sumenep yang legendaris. Ceritanya, pedang ini digunakan dalam pertempuran besar melawan pasukan musuh yang menyerang kerajaan.”
Aku mendekati pedang itu dengan hati yang berdebar. Rasanya seperti aku bisa merasakan getaran keberanian dan keteguhan hati yang terpancar dari benda itu. “Benar-benar luar biasa,” ucapku takjub.
Tiba-tiba, sebuah cahaya terang menyinari wajahku, dan aku melihat seorang pria muda yang tampak begitu terpesona oleh keindahan pedang itu. Senyumannya yang hangat membuat hatiku berbunga-bunga, dan aku merasa seakan-akan kami telah saling mengenal selama bertahun-tahun.
“Maaf, apakah kamu Rehan?” tanyaku, tersenyum lembut padanya.
Rehan terkejut, tapi senyumnya segera kembali. “Iya, aku Rehan. Tapi, maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”
Aku menggeleng lembut. “Tidak, tapi aku merasa seperti aku sudah mengenalmu dalam mimpi-mimpiku. Aku adalah Siti, keturunan Sultan Sumenep.”
Kami pun mulai berbincang, dan aku merasa begitu nyaman dengan kehadiran Rehan di sisiku. Kami berbagi cerita, tertawa, dan terpesona oleh keajaiban sejarah yang ada di sekeliling kami.
Setelah beberapa jam berlalu, kami berpisah dengan senyuman yang tak terlupakan di wajah kami. Langkahku ringan seperti awan, dan hatiku penuh dengan kebahagiaan. Kunjungan ke museum ini bukan hanya memberiku pengetahuan baru tentang sejarah, tetapi juga membawaku bertemu dengan seseorang yang begitu istimewa. Aku tahu, hari ini adalah awal dari petualangan yang tak terlupakan.
Sejarah yang Tersembunyi
Langkahku terus berdentum di lantai marmer museum, mengikuti jejak kuno yang mengajakku menjelajahi masa lalu yang begitu kaya. Ruangan itu dipenuhi dengan kisah-kisah yang terukir dalam artefak-artejak kuno yang tersusun rapi di setiap sudutnya.
Aku merasa bersemangat saat aku mengamati peta kuno yang menggambarkan perjalanan Sultan Sumenep dalam menaklukkan wilayah sekitarnya. Tiba-tiba, seorang wanita muda mendekatiku dengan senyum yang hangat di wajahnya.
“Dapatkah aku membantu kamu dengan sesuatu?” tanyanya dengan ramah.
Aku tersenyum padanya, merasa berterima kasih atas tawaran pertolongannya. “Oh, tidak, aku hanya sedang mempelajari peta ini. Sungguh menarik melihat bagaimana Sultan Sumenep memperluas wilayahnya.”
Wanita itu mengangguk setuju, lalu duduk di sampingku. “Benar sekali. Nama aku Siti, keturunan Sultan Sumenep. Keluargaku selalu menceritakan kisah-kisah penuh keajaiban tentang leluhur kami.”
Aku terpesona oleh kehadirannya, dan kami pun mulai berbicara tentang sejarah Sultan Sumenep dan semua petualangan yang telah dilaluinya. Cerita-cerita yang dia bagikan begitu hidup dan menginspirasi, membuatku semakin terpesona oleh sejarah daerahku sendiri.
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kami tertawa, berbagi cerita, dan menemukan banyak kesamaan dalam minat kami terhadap sejarah. Aku merasa seolah-olah aku telah menemukan teman sejati dalam Siti, seseorang yang dapat mengerti dan mengapresiasi cintaku pada sejarah.
Ketika kami berpisah di ujung hari, senyum kami masih terpampang di wajah kami masing-masing. Aku merasa begitu beruntung telah bertemu dengan Siti, seseorang yang telah membuka mataku pada keindahan dan keajaiban sejarah. Dan aku tahu, hari ini adalah awal dari persahabatan yang akan bertahan selamanya.
Tatapan yang Akrab
Aku berjalan-jalan di sekitar museum, membiarkan langkahku membawaku ke ruangan-ruangan yang dipenuhi dengan artefak bersejarah. Tapi, di tengah-tengah kekagumanku, mataku tertarik pada seorang pria muda yang tampak begitu terpesona oleh keindahan artefak di depannya.
Tatapan kami bertemu di tengah keramaian, dan seketika itu juga, aku merasa seperti aku telah mengenali pria itu sebelumnya. Aku merasa ada sesuatu yang akrab dalam tatapan matanya, sesuatu yang membuatku tersenyum tanpa sadar.
Ketika dia mendekatiku, aku bisa merasakan denyut kegembiraan dalam dadaku. “Maaf, apakah kamu Rehan?” tanyaku dengan senyum hangat.
Rehan, begitu itulah namanya, terkejut namun segera tersenyum lebar. “Iya, aku Rehan. Tapi, maaf, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?”
Aku menggeleng, tersenyum lembut. “Tidak, tapi aku merasa seperti aku telah mengenalmu sebelumnya, seperti dalam mimpi yang indah. Aku adalah Siti, keturunan Sultan Sumenep.”
Waktu pun berlalu begitu cepat ketika kami mulai berbicara. Aku merasa begitu nyaman di dekatnya, seolah-olah kami telah berteman selama bertahun-tahun. Kami berbagi cerita, tawa, dan pandangan yang dalam terhadap sejarah yang mengelilingi kami.
Saat matahari mulai menenggelamkan sinarnya di ufuk barat, kami berpisah dengan senyuman yang tak terlupakan di wajah kami masing-masing. Aku tahu bahwa hari ini adalah awal dari petualangan yang indah, dan aku bersyukur telah menemukan Rehan, seseorang yang membuat hatiku berbunga-bunga dan memenuhi hari-hariku dengan kebahagiaan yang tak terkira.
Pertemuan yang Tak Terduga
Langit mulai memerah saat aku meninggalkan Museum Sultan Sumenep, tetapi hatiku dipenuhi oleh cahaya kebahagiaan yang tak terpadamkan. Aku berjalan beriringan dengan Rehan, seseorang yang baru aku temui hari ini tetapi telah membuatku merasa begitu nyaman.
Kami tertawa dan bercanda sepanjang jalan, berbagi kesan-kesan kami tentang museum dan sejarah yang kita cintai. Tiba-tiba, aku merasa seperti aku telah menemukan seseorang yang benar-benar mengerti dan menghargai minatku.
Saat kami tiba di pintu keluar, matahari hampir tenggelam di balik pepohonan. Kami berdua berhenti sejenak, saling menatap dengan senyum yang tak bisa kami sembunyikan.
“Aku sangat senang bertemu denganmu, Siti,” ucap Rehan dengan suara hangat.
Aku tersenyum, merasa hatiku berdebar-debar. “Aku juga sangat senang, Rehan. Siapa sangka kita akan bertemu di sini, di tengah-tengah museum yang penuh dengan sejarah dan keajaiban.”
Kami berpelukan singkat sebelum akhirnya berpisah, masing-masing membawa kenangan indah tentang hari yang tak terduga ini. Aku melangkah pergi dengan langkah ringan, merasa beruntung telah bertemu dengan Rehan.
Saat aku melangkah pergi, aku tahu bahwa hari ini adalah awal dari sesuatu yang istimewa. Pertemuan tak terduga dengan Rehan telah membawa kebahagiaan dalam hidupku, dan aku bersyukur akan setiap momen yang kami habiskan bersama.
Nina Berwisata di Pantai Lombang
Pertemuan dengan Ombak
Nina merasa detak jantungnya semakin cepat begitu kaki telanjangnya menyentuh pasir pantai Lombang. Angin sepoi-sepoi laut membelai rambutnya yang tergerai, sementara sinar matahari pagi menyapa wajahnya dengan hangat. Di hadapannya, ombak membentur pantai dengan gemuruh yang menghipnotis.
Nina tersenyum, merasa begitu hidup di tengah keindahan alam yang memukau ini. Dia merasakan getaran kegembiraan yang mengalir melalui dirinya saat dia menghirup udara segar laut.
Tak lama kemudian, Nina memutuskan untuk memasuki air. Dia melangkahkan kakinya ke dalam air laut yang jernih, merasakan sensasi dinginnya menyentuh kulitnya. Ombak datang dan pergi dengan lembut, menyapanya dengan sambutan hangat.
Saat dia berdiri di tepi air, Nina merasa begitu kecil di hadapan samudera yang luas. Namun, di saat yang sama, dia juga merasa begitu besar dan kuat, seperti bagian dari sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri.
Dia tersenyum pada dirinya sendiri, merasa terhubung dengan kekuatan alam yang begitu mengagumkan. Setiap tetes air yang menyentuhnya terasa seperti pelukan dari alam sendiri, dan Nina merasa begitu beruntung dapat mengalami keindahan ini.
Saat matahari terus meningkat di langit, Nina tahu bahwa petualangan hari ini akan menjadi awal dari banyak kenangan bahagia di pantai Lombang. Dia tersenyum pada dirinya sendiri, siap menjelajahi segala yang ditawarkan oleh samudera yang luas di depannya.
Sang Sinar Mentari
Nina merasakan hangatnya sinar mentari yang semakin memancar di langit saat dia melangkah menjauh dari tepi pantai. Dia memilih spot yang sempurna di bawah sebatang pohon kelapa yang rindang, tempat yang ideal untuk menikmati keindahan pagi yang mempesona.
Duduk di atas sehelai selimut pantai yang dia bawa, Nina memandang ke arah horizon yang mulai dipenuhi dengan warna-warni yang memukau. Langit pagi yang biru dipadu dengan gradasi oranye dan merah yang semakin intens. Itu adalah pemandangan yang memukau, dan Nina merasa seolah-olah dia berada di dalam lukisan alam yang hidup.
Dia meraih buku jurnalnya dan mulai menulis, mencatat setiap momen indah yang dia alami di pantai Lombang. Kata-kata mengalir begitu lancar dari pena di tangannya, menceritakan keajaiban alam yang dia saksikan di pagi hari yang damai.
Tiba-tiba, sekelompok burung camar terbang melewati di atas kepala Nina, menyanyikan lagu pagi mereka dengan riang. Nina tersenyum melihat mereka, merasa bersyukur atas kehadiran mereka yang menyemarakkan paginya.
Dia melihat sekitar dan melihat beberapa keluarga lain yang menikmati momen yang sama. Anak-anak kecil berlarian di tepi air, tertawa riang saat ombak menyapu kaki mereka. Orang tua duduk di atas tikar, menikmati sarapan pagi sambil mengobrol dan tertawa.
Melihat kebahagiaan di sekelilingnya, Nina merasa hatinya dipenuhi dengan kehangatan dan kebahagiaan yang tak terlukiskan. Dia merasa bersyukur telah memilih untuk menghabiskan paginya di pantai ini, tempat yang memancarkan energi positif dan kedamaian.
Saat dia melihat matahari terbit sepenuhnya di ufuk timur, Nina tahu bahwa pagi ini akan menjadi salah satu momen terindah yang pernah dia alami. Dia menutup buku jurnalnya dengan senyum bahagia di wajahnya, siap menjalani petualangan selanjutnya di pantai Lombang yang mempesona.
Tarian Pasir Putih
Nina merasakan pasir putih yang lembut di bawah telapak kakinya saat dia berjalan menyusuri pantai Lombang. Setiap langkahnya meninggalkan jejak yang samar di pasir, seolah-olah dia sedang menari di atas panggung alami yang indah.
Dia berhenti sejenak untuk mengamati kerlipan air laut yang memantulkan sinar matahari. Ombak kecil datang dan pergi dengan ritme yang menghanyutkan, menambah keindahan pemandangan di depannya. Nina tergoda untuk bergabung dengan tarian alami yang ditampilkan oleh ombak, dan tanpa ragu, dia melepas sepatu dan menyusuri air yang mengalir dengan gemericik yang menenangkan.
Nina tergelak saat air mencium pergelangan kakinya, memberinya sensasi yang menyegarkan. Dia melangkah lebih jauh ke dalam air, merasakan kebebasan dan kegembiraan yang meluap-luap di dalam dirinya. Dia berputar-putar di dalam air, merasa seperti seorang balerina yang menari di atas panggung pasir putih.
Tiba-tiba, Nina melihat sesosok siluet yang berdiri di kejauhan. Dia memicingkan mata dan melihat seorang pria muda yang sedang bermain-main dengan anjingnya di tepi pantai. Nina tersenyum, merasa senang melihat kebahagiaan yang terpancar dari mereka berdua.
Tanpa pikir panjang, Nina menghampiri mereka. “Hai!” sapanya dengan riang.
Pria muda itu, yang ternyata bernama Rio, tersenyum ramah. “Hai juga! Senang bertemu denganmu. Namaku Rio, dan ini temanku, Max.”
Nina tertawa gembira. “Aku Nina. Apa kamu mau bermain bersama di pantai?”
Rio dan Max mengangguk antusias, dan seketika itu, mereka berdua bergabung dalam tarian alami pantai Lombang. Mereka berlarian, bermain bola, dan tertawa riang sepanjang hari.
Saat matahari mulai tenggelam di ufuk barat, Nina merasa begitu beruntung telah bertemu dengan Rio dan Max. Mereka telah menambahkan lebih banyak warna dan keceriaan pada petualangannya di pantai ini, dan Nina tahu bahwa kenangan hari ini akan selalu membawanya kepada kebahagiaan yang tak terlupakan.
Kenangan Bahagia di Pantai
Senja telah tiba di pantai Lombang, membawa warna-warni yang memukau di langit. Nina duduk di atas selimut pantainya, menatap keindahan matahari terbenam yang memancarkan sinarnya ke seluruh cakrawala. Di sebelahnya, Rio dan Max duduk dengan gembira, menikmati momen yang indah ini.
Mereka duduk di sana, berbagi cerita dan tawa, sambil menikmati hembusan angin lembut yang membelai wajah mereka. Ombak datang dan pergi dengan lembut, seperti suara alam yang berbisik pada mereka tentang kedamaian dan kebahagiaan.
Nina merasa hangat di dalam hatinya saat dia melihat sekelilingnya. Di pantai Lombang, dia telah menemukan lebih dari sekadar petualangan dan keindahan alam. Dia telah menemukan persahabatan yang tak terlupakan dan kebahagiaan yang tak terkira.
Ketika matahari mulai tenggelam sepenuhnya di balik cakrawala, mereka bertiga mengangkat gelas mereka, merayakan momen indah ini dengan toast kebahagiaan dan persahabatan mereka.
“Untuk kenangan indah di pantai Lombang,” ucap Nina, tersenyum lebar. “Untuk persahabatan yang tak terlupakan,” tambah Rio, sambil mengangkat gelasnya. “Dan untuk petualangan yang belum berakhir!” seru Max dengan antusias.
Mereka bertiga bersorak riang, merayakan momen itu dengan sukacita yang tulus. Dan di tengah riuhnya gelak tawa dan gemuruh ombak, Nina merasa begitu bersyukur telah menghabiskan hari yang luar biasa ini di pantai Lombang, tempat di mana kebahagiaan selalu bersemi di antara pasir putih dan angin laut yang sepoi-sepoi.
Kayla Berwisata di Gili Iyang
Persiapan Menuju Gili Iyang
Kayla merasa gembira tak terkira saat dia melihat keluarganya sibuk mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan mereka ke Gili Iyang, sebuah pulau indah di Madura. Dia merasa antusias untuk menjelajahi keindahan alam dan menciptakan kenangan indah bersama keluarganya.
Pagi itu, semangat sudah terasa di udara. Kayla melihat ibunya sibuk menyiapkan bekal makanan, sementara ayahnya memeriksa ulang peralatan camping mereka. Adik laki-lakinya, Kevin, melompat-lompat dengan gembira, tak sabar untuk memulai petualangan mereka.
Kayla bergabung dengan mereka, membantu memasukkan perlengkapan camping ke dalam tas dan memeriksa daftar persiapan perjalanan. Di samping itu, dia merasa senang melihat keceriaan di wajah keluarganya, menyadari bahwa momen ini akan menjadi kenangan tak terlupakan bagi mereka semua.
Setelah semua persiapan selesai, mereka pun meluncur ke arah pelabuhan, di mana kapal akan membawa mereka ke Gili Iyang. Perjalanan menuju pelabuhan diisi dengan canda tawa dan lagu-lagu perjalanan, menciptakan atmosfer yang penuh keceriaan di dalam mobil keluarga mereka.
Sesampainya di pelabuhan, Kayla merasakan gelegar kegembiraan di dadanya. Dia melihat kapal yang akan membawa mereka ke pulau itu, bersiap-siap untuk petualangan yang menunggu di depan sana. Dengan hati yang penuh semangat, Kayla bersama keluarganya melangkah menuju kapal, siap untuk menjelajahi keindahan Gili Iyang dan menciptakan kenangan yang akan mereka kenang sepanjang hidup.
Keajaiban Alam di Gili Iyang
Kapal melaju perlahan di atas air tenang menuju Gili Iyang, sementara Kayla dan keluarganya menikmati pemandangan indah sepanjang perjalanan. Mereka terpesona oleh keindahan alam yang terbentang di sekitar mereka: air laut yang biru jernih, langit yang biru cerah, dan pulau-pulau kecil yang tersebar di kejauhan.
Saat kapal mendekati Gili Iyang, Kayla melihat garis pantai yang indah dengan pasir putih yang bersih dan hutan kecil yang hijau. Dia merasa hatinya berdebar-debar dalam antisipasi akan petualangan yang menunggu di pulau tersebut.
Saat mereka tiba di dermaga, Kayla dan keluarganya melompat ke daratan dengan antusiasme yang tak terkendali. Mereka segera mulai menjelajahi pulau itu, menelusuri tepi pantai sambil merasakan sentuhan lembut pasir di bawah kaki mereka.
Tak lama kemudian, mereka menemukan sebuah air terjun kecil yang tersembunyi di dalam hutan. Suara gemericik air yang jatuh dari ketinggian membuat mereka tertarik, dan dengan penuh semangat, mereka berjalan mendekat.
Saat mereka tiba di air terjun, Kayla merasa terpesona oleh keindahan alam yang mereka temukan. Air terjun itu terlihat seperti pemandangan yang diambil langsung dari kartu pos, dengan air yang jatuh dalam gemerisik yang menenangkan dan pepohonan yang hijau membentang di sekelilingnya.
Keluarga Kayla segera melepaskan sepatu mereka dan merendam kaki mereka di kolam yang terbentuk di bawah air terjun. Mereka tertawa dan bermain air, menikmati kesegaran air yang murni dan udara yang segar.
Saat matahari mulai turun di langit, mereka berpamitan pada air terjun yang indah itu, merasa bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk menikmati keajaiban alam di Gili Iyang. Mereka melanjutkan petualangan mereka dengan senyum bahagia di wajah mereka, siap menjelajahi lebih banyak keindahan yang ditawarkan oleh pulau tersebut.
Petualangan Seru di Gili Iyang
Keluarga Kayla merencanakan untuk menjelajahi lebih jauh pulau Gili Iyang setelah menikmati keindahan air terjun. Mereka memutuskan untuk melakukan trekking ke bukit kecil yang terletak di ujung pulau, tempat mereka berharap dapat melihat pemandangan spektakuler dari atas.
Perjalanan mereka dihiasi dengan kegembiraan dan keceriaan. Mereka melewati hutan lebat, melintasi sungai kecil, dan menikmati aroma segar alam yang menyegarkan. Setiap langkah mereka dipenuhi dengan kegembiraan petualangan yang membawa mereka lebih dekat kepada alam.
Saat mereka tiba di puncak bukit, mereka disambut dengan pemandangan yang menakjubkan. Mereka bisa melihat seluruh pulau Gili Iyang dari atas sana: garis pantai yang memutar, air laut yang berkilauan, dan langit biru yang tak berbatas.
Keluarga Kayla duduk bersama di atas bukit, menikmati pemandangan yang spektakuler sambil berbagi canda dan tawa. Mereka merasa begitu hidup dan bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk mengalami petualangan ini bersama.
Tiba-tiba, Kayla melihat sesuatu yang menarik perhatiannya di kejauhan. Dia melihat sekawanan burung camar yang terbang di atas air, menari-nari di angkasa dengan riang. Tanpa ragu, Kayla berdiri dan mulai menari juga, terinspirasi oleh kegembiraan burung-burung itu.
Keluarga Kayla bergabung dengannya, menari di puncak bukit dengan riang dan kebahagiaan yang tak terkendali. Mereka merasa begitu bebas dan hidup, menyatu dengan alam di sekitar mereka.
Saat matahari mulai merunduk di langit, mereka turun dari bukit dengan senyum bahagia di wajah mereka. Mereka merasa begitu bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk mengalami petualangan yang tak terlupakan di Gili Iyang. Dan dengan hati yang penuh kebahagiaan, mereka bersiap untuk menjelajahi lebih banyak keindahan alam yang menunggu untuk ditemukan.
Kenangan Indah di Gili Iyang
Setelah menjalani petualangan yang tak terlupakan di Gili Iyang, Kayla dan keluarganya memutuskan untuk menghabiskan waktu bersantai di tepi pantai saat matahari mulai turun di langit. Mereka membawa selimut dan bekal makanan, siap untuk menikmati momen-momen terakhir mereka di pulau tersebut.
Mereka berjalan-jalan di tepi pantai, menikmati angin sepoi-sepoi laut dan melihat matahari turun perlahan di ufuk barat. Suasana menjadi semakin tenang dan damai, dan Kayla merasa begitu bersyukur telah mendapatkan kesempatan untuk berbagi momen indah ini bersama keluarganya.
Mereka duduk di atas selimut, berbagi makanan dan cerita-cerita lucu tentang petualangan mereka di pulau itu. Mereka tertawa dan berbicara dengan antusias, menikmati kebersamaan yang hangat dan penuh cinta.
Saat matahari mulai tenggelam sepenuhnya di langit, mereka menyaksikan keindahan alam yang spektakuler. Warna-warni langit berubah menjadi kemerahan, menciptakan lanskap yang magis dan memukau.
Kayla dan keluarganya memeluk satu sama lain, merasa begitu beruntung dan bersyukur atas kenangan indah yang telah mereka ciptakan di Gili Iyang. Mereka tahu bahwa momen-momen ini akan selalu mereka kenang sepanjang hidup mereka.
Saat malam mulai turun, mereka bersama-sama membangun api unggun kecil di pantai, memandangi bintang-bintang yang bercahaya di langit malam. Mereka bertukar cerita, menyanyikan lagu-lagu, dan menari di bawah cahaya bulan, menciptakan kenangan indah yang akan mereka kenang sepanjang masa.
Saat mereka berkumpul di sekitar api unggun, Kayla merasa begitu hangat di dalam hatinya. Mereka mungkin telah meninggalkan Gili Iyang, tetapi kenangan indah mereka akan selalu tinggal di dalam hati mereka. Dan dengan senyum bahagia di wajah mereka, mereka mengucapkan selamat tinggal pada pulau yang indah itu, siap untuk membawa kebahagiaan dan kenangan indah itu bersama mereka pulang.