Definisi Perkawinan Menurut Para Ahli

Perkawinan, sebuah institusi yang sudah ada sejak zaman dahulu kala, memiliki arti yang dalam bagi setiap budaya di dunia. Menurut para ahli, perkawinan dapat didefinisikan sebagai ikatan suci antara dua individu yang saling mencintai dan berkomitmen untuk hidup bersama dalam kebahagiaan dan kebersamaan.

PENGERTIAN PERKAWINAN MENURUT PARA AHLI

Perkawinan merupakan sebuah institusi yang diakui secara hukum dan sosial di berbagai budaya di dunia. Institusi ini merupakan bentuk resmi dari hubungan antara dua individu yang saling berbagi komitmen, tanggung jawab, dan dukungan sepanjang hidup. Konsep perkawinan ini telah didefinisikan oleh para ahli dari berbagai bidang, termasuk hukum, sosiologi, dan antropologi. Dalam artikel ini, kami akan menjelaskan pengertian perkawinan menurut 10 ahli terkemuka, baik dalam konteks historis maupun kontemporer.

1. Emile Durkheim

Menurut Emile Durkheim, seorang sosiolog Perancis, perkawinan adalah sebuah institusi yang berfungsi untuk memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat. Perkawinan ini menciptakan hubungan sosial yang kuat antara pasangan suami istri, dan merupakan fondasi dari pembentukan keluarga sebagai unit sosial yang penting. Durkheim melihat perkawinan sebagai cara untuk memperkuat solidaritas sosial dan merawat anak-anak dalam masyarakat.

2. Claude Levi-Strauss

Claude Levi-Strauss, seorang antropolog Prancis, memandang perkawinan sebagai sebuah bentuk pengorganisasian hubungan kekerabatan dalam masyarakat. Menurutnya, perkawinan menciptakan ikatan keluarga melalui pertukaran perempuan antar kelompok yang berbeda. Levi-Strauss berpendapat bahwa perkawinan merupakan cara bagi masyarakat untuk mengatur hubungan antara kelompok-kelompok dan memelihara keseimbangan sosial.

3. Bronislaw Malinowski

Menurut Bronislaw Malinowski, seorang antropolog Polandia-Britania, perkawinan adalah sebuah institusi yang melibatkan dua individu yang menjalin hubungan seksual dan membangun keluarga bersama. Ia melihat perkawinan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan biologis dan emosional individu. Malinowski juga menekankan pentingnya fungsi perkawinan dalam mempertahankan stabilitas sosial dan memberikan kehidupan yang lebih baik untuk anak-anak.

4. George Peter Murdock

George Peter Murdock, seorang antropolog Amerika Serikat, mendefinisikan perkawinan sebagai sebuah institusi yang mengatur hubungan seksual yang sah antara seorang pria dan seorang wanita serta memperkenalkan anak-anak ke dalam masyarakat. Definisi Murdock ini melibatkan tanggung jawab dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak sebagai bagian dari tugas perkawinan. Ia melihat perkawinan sebagai cara untuk memperkuat hubungan keluarga dan mempertahankan struktur sosial masyarakat.

5. Talcott Parsons

Talcott Parsons, seorang sosiolog Amerika Serikat, menggambarkan perkawinan sebagai sebuah institusi sosial yang memiliki dua fungsi utama: fungsi afiliasi dan fungsi sosialisasi. Fungsi afiliasi berkaitan dengan membentuk hubungan emosional dan memperkuat ikatan antar individu dalam keluarga, sementara fungsi sosialisasi berkaitan dengan mempersiapkan anak-anak untuk menjalani peran dan tanggung jawab mereka dalam masyarakat. Parsons juga menekankan pentingnya peran gender dalam perkawinan dan bagaimana hal ini memengaruhi distribusi kekuasaan dalam keluarga.

Baca juga:  Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli

6. Elizabeth Bott

Elizabeth Bott, seorang sosiolog Inggris, melihat perkawinan sebagai sebuah institusi yang melibatkan hubungan timbal balik antara suami dan istri. Ia mendefinisikan perkawinan sebagai sebuah ikatan yang menciptakan struktur kekuasaan dan tanggung jawab dalam keluarga. Bott juga menekankan pentingnya peran gender dan peran sosial dalam perkawinan, serta dampaknya terhadap dinamika keluarga.

7. Margaret Mead

Margaret Mead, seorang antropolog Amerika Serikat, mendefinisikan perkawinan sebagai sebuah institusi yang melibatkan berbagai peran gender dan seksualitas dalam masyarakat. Ia menekankan pentingnya pluralitas dalam perkawinan dan menyatakan bahwa tidak ada satu definisi tunggal yang mampu menggambarkan semua jenis perkawinan yang ada di dunia. Mead juga menekankan pentingnya konteks budaya dalam memahami perkawinan.

8. Anthony Giddens

Anthony Giddens, seorang sosiolog Inggris, melihat perkawinan sebagai sebuah kontrak sosial antara dua individu yang secara bersama-sama membangun hubungan intim dan saling mendukung. Ia mencatat perubahan dalam institusi perkawinan sepanjang sejarah, termasuk perubahan dalam peran gender dan perubahan dalam pemahaman tentang cinta dan komitmen. Giddens juga menekankan pentingnya otonomi dan kesetaraan dalam perkawinan modern.

9. Judith Butler

Judith Butler, seorang teoretikus gender Amerika Serikat, mengkritik definisi perkawinan tradisional yang berfokus pada hubungan antara pria dan wanita. Ia menekankan pentingnya memahami dan mengakui berbagai bentuk perkawinan yang melibatkan individu dengan identitas gender yang bervariasi. Butler menyatakan bahwa perkawinan harus diartikan secara inklusif dan menghormati keragaman gender.

10. John Dewey

John Dewey, seorang filsuf Amerika Serikat, melihat perkawinan sebagai sebuah institusi yang melibatkan kolaborasi antara pasangan suami istri dalam mencapai kehidupan yang baik dan bermakna. Dewey mencatat pentingnya kerja sama antara individu-individu dalam perkawinan, dengan tujuan membangun hubungan yang harmonis dan memenuhi kebutuhan masing-masing pihak. Ia juga menekankan pentingnya komunikasi dan penyesuaian dalam perkawinan.

KELEBIHAN DEFINISI PERKAWINAN

1. Mengikat dan Menjaga Hubungan Emosional

Pernikahan mengikat pasangan suami istri dalam hubungan emosional yang kuat. Institusi perkawinan memberikan landasan yang kokoh untuk membangun hubungan yang berkelanjutan dan saling mendukung. Pasangan yang menikah memiliki komitmen untuk saling mencintai, menghormati, dan menjaga satu sama lain sepanjang hidup.

Baca juga:  Agribisnis Menurut Para Ahli: Lebih dari Sekedar Bisnis Pertanian

2. Menciptakan Keluarga dan Mengasuh Anak

Perkawinan juga menciptakan keluarga sebagai unit sosial yang penting. Pasangan yang menikah menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam mengasuh dan membesarkan anak-anak mereka. Institusi perkawinan memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi anak-anak yang lahir dalam pernikahan, serta memberikan lingkungan yang stabil dan aman untuk tumbuh kembang mereka.

3. Memperkuat Solidaritas Sosial

Perkawinan memperkuat solidaritas sosial dalam masyarakat. Institusi ini menciptakan ikatan yang kuat antara pasangan suami istri dan keluarga mereka, serta memperluas jaringan sosial melalui hubungan kekerabatan dengan keluarga yang lebih luas. Perkawinan juga memainkan peran penting dalam memelihara struktur sosial dan mempertahankan nilai-nilai yang dianggap penting dalam masyarakat.

4. Memberikan Keamanan dan Dukungan

Perkawinan memberikan keamanan dan dukungan bagi pasangan suami istri. Institusi ini menciptakan jaminan hukum dan sosial bagi pasangan, termasuk hak-hak dan kewajiban yang terkait dengan perkawinan. Pasangan yang menikah memiliki hak dan perlindungan yang diakui secara hukum, serta menerima dukungan emosional dan sosial dari keluarga, teman, dan masyarakat.

KEKURANGAN DEFINISI PERKAWINAN

1. Keterbatasan Gender

Definisi tradisional perkawinan cenderung terbatas pada hubungan antara pria dan wanita. Hal ini berarti bahwa pasangan dengan orientasi seksual atau identitas gender yang berbeda mungkin tidak diakui secara legal atau sosial dalam pernikahan. Definisi perkawinan yang mengabaikan keragaman gender dapat mengecualikan individu-individu yang ingin menjalin hubungan komitmen dan mendapatkan perlindungan hukum yang sama.

2. Pressure Sosial

Perkawinan sering kali dianggap sebagai tahap yang wajib dalam kehidupan seseorang, dan tekanan sosial untuk menikah bisa sangat kuat. Tekanan ini dapat menyebabkan seseorang merasa terburu-buru dalam mengambil keputusan perkawinan, tanpa mempertimbangkan kesiapan pribadi atau membangun hubungan yang kokoh. Tekanan sosial juga dapat mempengaruhi persepsi individu tentang pernikahan, sehingga mereka mungkin merasa gagal jika tidak menikah dalam jangka waktu tertentu.

3. Ketidaksetaraan Gender

Definisi tradisional perkawinan sering kali didasarkan pada peran gender yang dikotomis, di mana pria dianggap sebagai kepala rumah tangga yang bertanggung jawab secara finansial dan wanita dianggap sebagai pengasuh dan pengurus rumah tangga. Konsep ini dapat menghasilkan ketidaksetaraan gender dalam perkawinan, dengan menempatkan beban yang berat pada salah satu pasangan dan mengabaikan kebutuhan dan aspirasi individu. Ketidaksetaraan gender juga dapat berkontribusi terhadap perluasan kesenjangan gender di masyarakat secara luas.

Baca juga:  Definisi Kebudayaan Menurut Ilmu Antropologi: Menjelajah Makna di Balik Kearifan

4. Kecenderungan Perceraian

Perkawinan sering kali menghadapi risiko perceraian, yang dapat mengakibatkan kerusakan emosional dan keuangan bagi pasangan yang bercerai dan anak-anak mereka. Definisi perkawinan yang menganggapnya sebagai institusi yang tidak dapat dipecahkan atau diceraikan mungkin tidak mencerminkan perubahan dan dinamika hubungan manusia. Perceraian dapat menjadi tanda bahwa hubungan suami istri tidak lagi berfungsi dengan baik, dan perlunya alternatif pengaturan yang dapat merawat kepentingan semua pihak yang terlibat.

PERTANYAAN UMUM (FAQ) TENTANG DEFINISI PERKAWINAN

1. Apakah definisi perkawinan hanya melibatkan hubungan antara pria dan wanita?

Tidak, definisi perkawinan dapat mencakup berbagai jenis hubungan yang melibatkan orang-orang dengan identitas gender dan orientasi seksual yang bervariasi. Keragaman gender harus diakui dan dihormati dalam definisi perkawinan.

2. Apa arti perkawinan dalam konteks budaya yang berbeda?

Perkawinan memiliki makna yang berbeda dalam berbagai budaya di dunia. Arti perkawinan seringkali terkait dengan nilai-nilai, tradisi, dan norma dalam masyarakat tertentu. Penting untuk memahami konteks budaya dalam memahami definisi perkawinan.

3. Apa dampak perubahan sosial terhadap definisi perkawinan?

Perubahan sosial telah mempengaruhi definisi perkawinan sepanjang sejarah. Perkawinan telah mengalami perubahan dalam peran gender, pemahaman tentang cinta dan komitmen, serta munculnya bentuk-bentuk perkawinan alternatif. Perubahan sosial terus membentuk dan mengubah definisi perkawinan.

4. Bagaimana pendekatan hukum terhadap definisi perkawinan?

Pendekatan hukum terhadap definisi perkawinan bervariasi di berbagai negara dan yurisdiksi. Beberapa negara mengakui perkawinan sesama jenis, sementara yang lain masih membatasi perkawinan hanya pada hubungan antara pria dan wanita. Pendekatan hukum terhadap perkawinan terus berkembang dengan dinamika sosial dan perubahan nilai-nilai masyarakat.

KESIMPULAN:

Dalam artikel ini, kami telah menjelaskan pengertian perkawinan menurut 10 ahli terkemuka dari berbagai bidang. Definisi perkawinan ini mencakup aspek-aspek seperti hubungan emosional, pembentukan keluarga, solidaritas sosial, keamanan dan dukungan, serta tantangan yang dihadapi dalam perkawinan. Penting untuk memahami keragaman gender dan konteks budaya dalam memahami definisi perkawinan. Selain itu, definisi perkawinan terus berubah seiring dengan perubahan sosial dan nilai-nilai masyarakat. Perceraian juga menjadi dampak perkawinan yang harus diperhatikan. Seiring dengan semua tantangan dan perubahan ini, perkawinan tetap menjadi institusi penting yang menciptakan komitmen, kebahagiaan, dan stabilitas dalam kehidupan individu dan masyarakat.

Leave a Comment