Definisi Hipertensi Menurut WHO

Hipertensi, atau yang biasa dikenal sebagai tekanan darah tinggi, merupakan kondisi medis yang sering kali tidak disadari oleh banyak orang. Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi terjadi ketika tekanan darah seseorang konstan di atas 140/90 mmHg. Artinya, tekanan darah tersebut akan menyebabkan beban kerja yang berlebihan pada jantung dan pembuluh darah, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko terkena serangan jantung, stroke, bahkan kematian. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memperhatikan kesehatan jantung kita dan melakukan langkah-langkah preventif untuk menghindari dampak buruk dari hipertensi.

Pengertian Hipertensi Menurut WHO

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi medis yang ditandai dengan tekanan darah yang terus meningkat pada arteri. Menurut World Health Organization (WHO), hipertensi dapat terjadi jika tekanan sistolik, yaitu tekanan darah saat jantung berkontraksi, melebihi 140 mmHg, atau tekanan diastolik, yaitu tekanan darah saat jantung beristirahat di antara detak jantung, melebihi 90 mmHg. Hipertensi merupakan kondisi yang serius karena dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan penyakit lainnya.

Pengertian Hipertensi Menurut Ahli Terkemuka

1. American Heart Association (AHA)

AHA mendefinisikan hipertensi sebagai kondisi di mana tekanan sistolik melebihi 130 mmHg dan/atau tekanan diastolik melebihi 80 mmHg. Mereka juga membagi hipertensi menjadi dua kategori, yaitu hipertensi tingkat 1 dan hipertensi tingkat 2, tergantung pada seberapa tinggi tekanan darah seseorang.

2. European Society of Cardiology (ESC)

ESC mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik yang melebihi 90 mmHg. Mereka juga menganjurkan pengukuran tekanan darah secara rutin untuk mendeteksi hipertensi sedini mungkin.

3. British Hypertension Society (BHS)

BHS mendefinisikan hipertensi sebagai kondisi di mana tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik melebihi 90 mmHg. Mereka juga menganjurkan pengukuran tekanan darah yang akurat dan berkualitas tinggi untuk mendiagnosis hipertensi.

Baca juga:  Definisi Kerja Menurut Para Ahli: Mengungkap Misteri di Balik Kegiatan Sehari-hari

4. National Heart, Lung, and Blood Institute (NHLBI)

NHLBI mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah yang melebihi 130/80 mmHg. Mereka juga mengingatkan bahwa hipertensi sering kali tidak menunjukkan gejala, sehingga pengukuran tekanan darah secara rutin sangat penting untuk mendeteksi kondisi ini.

5. International Society of Hypertension (ISH)

ISH mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik yang melebihi 90 mmHg. Mereka juga menekankan pentingnya pengukuran tekanan darah secara rutin dan pengelolaan hipertensi secara holistik.

6. American College of Cardiology (ACC) dan American Heart Association (AHA)

ACC dan AHA mengeluarkan pedoman baru pada tahun 2017 yang mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang melebihi 130 mmHg dan/atau tekanan diastolik yang melebihi 80 mmHg. Pedoman ini menekankan pentingnya pengobatan dini untuk mengendalikan tekanan darah tinggi dan mencegah komplikasi yang mungkin muncul.

7. International Society of Hypertension in Blacks (ISHIB)

ISHIB memberi perhatian khusus pada hipertensi pada populasi kulit hitam. Menurut ISHIB, hipertensi dapat terjadi jika tekanan sistolik melebihi 135 mmHg dan/atau tekanan diastolik melebihi 85 mmHg pada orang kulit hitam.

8. Canadian Hypertension Education Program (CHEP)

CHEP mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah yang melebihi 135/85 mmHg. Mereka juga menekankan pentingnya modifikasi gaya hidup yang sehat sebagai langkah pertama dalam pengelolaan hipertensi.

9. National Kidney Foundation (NKF)

NKF mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah yang melebihi 130/80 mmHg. Mereka juga menyarankan bahwa pemeriksaan tekanan darah harus rutin dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan umum.

10. Japanese Society of Hypertension (JSH)

JSH mendefinisikan hipertensi sebagai kondisi di mana tekanan sistolik melebihi 140 mmHg dan/atau tekanan diastolik melebihi 90 mmHg. Mereka juga menekankan perlunya pengelolaan tekanan darah yang tepat untuk mencegah komplikasi hipertensi.

Baca juga:  Definisi CRM Menurut Para Ahli: Memahami Pentingnya Hubungan Pelanggan

Kelebihan Definisi Hipertensi Menurut WHO

1. Terstandarisasi: Definisi yang diberikan oleh WHO digunakan secara luas di seluruh dunia dan menjadi acuan bagi banyak organisasi kesehatan dan tenaga medis dalam mendiagnosis dan mengelola hipertensi.

2. Dukungan Penelitian: Definisi ini didasarkan pada penelitian yang melibatkan ribuan partisipan dan memiliki dasar ilmiah yang kuat. Hal ini memberikan kepercayaan bagi tenaga medis dan masyarakat umum dalam memahami kondisi hipertensi.

3. Mudah Dimengerti: Definisi hipertensi menurut WHO disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang, termasuk mereka yang bukan berasal dari latar belakang medis.

4. Deteksi Dini dan Pencegahan: Dengan adanya definisi yang jelas, hipertensi dapat dideteksi sedini mungkin sehingga dapat segera ditangani dan mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi yang serius.

Kekurangan Definisi Hipertensi Menurut WHO

1. Rentang Normal Variabel: Definisi WHO menggunakan batas tekanan darah yang bervariasi tergantung pada usia dan kondisi lainnya. Hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan kesulitan dalam menentukan apakah seseorang memiliki hipertensi atau tidak.

2. Faktor Individu yang Tidak Diperhitungkan: Definisi ini tidak mempertimbangkan faktor individu seperti riwayat kesehatan, gaya hidup, dan kondisi medis lainnya yang dapat mempengaruhi tekanan darah seseorang.

3. Tidak Mempertimbangkan Variabilitas Su Sesi Pengukuran: Pengukuran tekanan darah dapat bervariasi dalam satu sesi pengukuran, tergantung pada faktor seperti stres atau keadaan fisik tertentu. Definisi WHO mungkin tidak sepenuhnya mempertimbangkan hal ini.

4. Keterbatasan dalam Mendiagnosis Secondary Hypertension: Definisi ini lebih fokus pada hipertensi primer, atau hipertensi yang tidak disebabkan oleh penyakit lain. Hal ini dapat menyebabkan keterbatasan dalam mendiagnosis hipertensi sekunder, yang disebabkan oleh penyakit tertentu seperti penyakit ginjal atau hormonal.

Baca juga:  Miriam Budiarjo: Definisi HAM yang Harus Dipahami

FAQ tentang Definisi Hipertensi Menurut WHO

1. Apa penyebab hipertensi?

Jawaban: Penyebab hipertensi bisa beragam, termasuk faktor genetik, gaya hidup tidak sehat, konsumsi garam berlebihan, kelebihan berat badan, dan kondisi medis lainnya.

2. Bagaimana cara mendiagnosis hipertensi?

Jawaban: Hipertensi dapat didiagnosis melalui pemeriksaan tekanan darah rutin yang dilakukan oleh tenaga medis. Jika tekanan darah terus meningkat dalam beberapa pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa seseorang menderita hipertensi.

3. Apakah hipertensi dapat disembuhkan?

Jawaban: Hipertensi tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikendalikan melalui perubahan gaya hidup sehat, pengobatan, dan pengelolaan faktor risiko lainnya.

4. Apa dampak jangka panjang hipertensi?

Jawaban: Jika tidak ditangani, hipertensi dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, gagal ginjal, dan kerusakan organ lainnya. Oleh karena itu, penting untuk mengendalikan tekanan darah secara teratur.

Kesimpulan

Hipertensi adalah kondisi medis serius yang meningkatkan risiko penyakit dan komplikasi lainnya. Definisi hipertensi menurut WHO telah menjadi acuan bagi banyak organisasi kesehatan dan tenaga medis dalam mendiagnosis dan mengelola kondisi ini. Meskipun definisi ini memiliki kelebihan seperti terstandarisasi dan mudah dimengerti, tetapi juga memiliki kekurangan seperti batas normal yang bervariasi dan tidak mempertimbangkan faktor individu. Untuk mencegah hipertensi dan mengelola kondisi ini dengan baik, penting bagi setiap individu untuk menjaga gaya hidup sehat dan rutin memeriksakan tekanan darah mereka melalui pemeriksaan medis yang teratur.

Leave a Comment