Air Mata Dan Cinta: Kisah Nadia Dan Keluarganya Yang Menginspirasi

Halo, Dalam cerita ini kita akan temukan kekuatan dan kehangatan dalam cerita menyentuh tentang Nadia, seorang anak yang ceria dan penuh kasih, Yang menghadapi tantangan emosional bersama keluarganya. Dalam cerita ini, kami akan mengajak kalian semua untuk menyelami perjalanan Nadia melalui kebahagiaan, kesedihan, dan kasih sayang yang mendalam. Bacalah bagaimana Nadia, dengan ketulusan dan semangatnya, membawa harapan dan kebersamaan ke dalam rumah mereka, bahkan di tengah masa-masa sulit. Cerita  ini tidak hanya akan menyentuh hati kalian tetapi juga memberikan inspirasi tentang kekuatan cinta keluarga dalam menghadapi setiap ujian kehidupan.Mari simak dan baca cerita ini!

 

Air Mata Dan Cinta

Senyuman Di Balik Air Mata

Nadia adalah anak perempuan berusia sepuluh tahun yang dikenal di seluruh lingkungan sekitarnya sebagai sosok yang ceria dan penuh semangat. Setiap pagi, ia bangun dengan senyum lebar di wajahnya dan semangat yang tak tertandingi. Tidak pernah ada yang menyangka bahwa di balik senyuman cerianya tersembunyi sebuah kisah yang penuh dengan air mata dan kesedihan.

Pagi itu, matahari bersinar cerah dan angin pagi berhembus lembut di luar jendela kamar Nadia. Ia melompat dari tempat tidurnya dengan penuh semangat, mengucapkan selamat pagi kepada ibunya, Ibu Mira, yang sedang sibuk di dapur. Meskipun hidup mereka sederhana, Ibu Mira selalu memastikan bahwa hari-hari Nadia dimulai dengan keceriaan.

“Selamat pagi, Bu!” seru Nadia dengan penuh semangat, sambil memeluk ibunya dari belakang. Ibu Mira tersenyum dan membelai rambut Nadia dengan lembut.

“Selamat pagi, sayang. Kamu sudah siap untuk hari ini?” tanya Ibu Mira, sambil menyiapkan sarapan. Aroma roti panggang dan selai strawberry memenuhi dapur, memberikan suasana hangat dan nyaman di pagi hari.

Nadia duduk di meja makan, menikmati sarapannya dengan lahap. Adiknya, Ardi, yang masih kecil, duduk di kursi tinggi, mencoba mengambil potongan buah dari piringnya dengan tangan kecilnya. Nadia tertawa melihat gelagat lucu Ardi dan mulai bercerita tentang rencana-rencananya untuk hari itu di sekolah.

Namun, di balik keceriaan itu, ada sesuatu yang berbeda. Sejak beberapa waktu terakhir, Ibu Mira tampak semakin lelah. Nadanya sedikit berbeda, dan mata lelahnya seringkali mengungkapkan kekhawatiran yang mendalam. Nadia tidak sepenuhnya mengerti apa yang terjadi, tetapi ia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak seperti biasanya.

Setelah sarapan, Nadia berangkat ke sekolah dengan penuh semangat. Ia bertemu teman-temannya di sepanjang jalan dan menyapa mereka dengan ceria. Di sekolah, Nadia adalah anak yang sangat aktif dan disukai oleh semua orang. Ia selalu siap membantu teman-temannya dan terlibat dalam berbagai kegiatan.

Namun, saat jam istirahat, Nadia melihat seorang teman sekelasnya, Dini, duduk sendirian di pojok taman sekolah dengan wajah murung. Nadia, yang terkenal sebagai anak yang peka, segera mendekat dan bertanya, “Dini, kenapa kamu tampak sedih?”

Dini menatap Nadia dengan air mata di matanya. “Ibuku sakit, Nadia. Aku tidak tahu harus berbuat apa,” ujarnya, suaranya serak dan penuh kesedihan.

Nadia merasakan hati kecilnya tergerak. Meskipun ia sendiri merasakan tekanan dari keadaan keluarganya, ia tahu betapa pentingnya dukungan di saat-saat sulit. Nadia memutuskan untuk tetap bersama Dini, menghiburnya dengan ceritanya yang lucu dan bermain bersama hingga Dini merasa sedikit lebih baik.

Saat pulang dari sekolah, Nadia menyadari bahwa suasana di rumah tidak seperti biasanya. Ibu Mira duduk di ruang tamu dengan ekspresi wajah yang murung, dan Ardi bermain sendirian di lantai. Nadia tahu bahwa sesuatu yang serius sedang terjadi, tetapi ia tidak tahu apa yang bisa ia lakukan untuk membantu.

Malam itu, ketika Ibu Mira mengantar Nadia dan Ardi ke tempat tidur, Nadia merasakan ketegangan di udara. Ibu Mira duduk di tepi tempat tidur Nadia, mencoba untuk terlihat tenang, tetapi Nadia bisa melihat kepedihan di matanya.

“Ibu, apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Nadia, suaranya penuh perhatian.

Ibu Mira tersenyum lembut, mencoba menenangkan Nadia. “Iya, sayang. Hanya beberapa masalah kecil. Tapi kamu tahu, kadang-kadang, kita harus tetap kuat bahkan saat semuanya terasa sulit.”

Nadia merasa sedih mendengar kata-kata ibunya. Ia ingin melakukan sesuatu untuk membantu ibunya merasa lebih baik. Ia memutuskan untuk membuat sebuah gambar khusus untuk Ibu Mira sebagai cara untuk mengungkapkan rasa sayangnya.

Dengan penuh dedikasi, Nadia menggambar gambar keluarga mereka di atas selembar kertas besar. Ia menggambar mereka bertiga—Nadia, Ibu Mira, dan Ardi—tersenyum bahagia di tengah latar belakang pelangi yang cerah. Di bawah gambar itu, ia menulis, “Kami bersama, dan kami akan selalu bahagia.”

Ketika Nadia memberikan gambar tersebut kepada ibunya, Ibu Mira merasa terharu. Air mata mulai mengalir di pipinya, tetapi kali ini, air mata tersebut adalah air mata bahagia dan rasa terharu.

“Nadia, ini sangat indah,” kata Ibu Mira sambil mengusap air mata di pipinya. “Terima kasih, sayang. Ibu sangat menghargai ini. Kamu selalu tahu cara membuat Ibu merasa lebih baik.”

Baca juga:  Cerpen Tentang Mimpiku dan Harapanku: Kisah Perjuangan Meniti Karir

Nadia tersenyum dengan penuh kepuasan. Meskipun ia tahu bahwa masalah belum sepenuhnya teratasi, ia merasa senang bisa memberikan sesuatu yang membuat ibunya merasa lebih baik. Ia memahami bahwa di balik keceriaan dan kebahagiaan yang ia tampilkan, terdapat kekuatan dalam kasih sayang yang mereka miliki sebagai keluarga.

Saat malam semakin larut, Nadia menatap bintang-bintang di langit melalui jendela kamarnya. Meskipun mereka menghadapi kesulitan, ia merasa bahwa dengan cinta dan dukungan satu sama lain, mereka bisa menghadapi setiap tantangan. Dengan semangat baru, Nadia siap menjalani hari-hari berikutnya dengan penuh harapan dan ketulusan hati.

 

Kekuatan Dalam Kesederhanaan

Sejak pagi, udara di rumah Nadia terasa dingin dan tenang. Ibu Mira tampak berusaha keras untuk menjaga suasana tetap hangat dan menyenangkan untuk Nadia dan Ardi. Meskipun terlihat lelah, Ibu Mira tetap berusaha keras untuk membuat sarapan spesial bagi keluarga kecil mereka. Nadia memperhatikan perubahan dalam suasana rumah dan memahami bahwa hari ini adalah salah satu dari hari-hari yang lebih menantang.

Nadia bangun lebih awal dari biasanya dan turun ke dapur. Ia melihat Ibu Mira berdiri di depan kompor, memasak dengan penuh perhatian. Aromanya yang sedap segera menyebar ke seluruh rumah, memberikan sedikit rasa normalitas di tengah ketidakpastian. Nadia tidak ingin membuat Ibu Mira semakin lelah, jadi ia memutuskan untuk membantu di dapur.

“Ibu, bolehkah aku membantu?” tanya Nadia dengan penuh semangat, sambil menggulung lengan bajunya.

Ibu Mira tersenyum lemah, tetapi rasa terima kasih terlihat jelas di matanya. “Tentu saja, sayang. Kamu bisa membantu mengaduk adonan pancake ini. Itu akan sangat membantu.”

Nadia segera mulai mengaduk adonan pancake dengan penuh perhatian. Ia merasa bahagia bisa melakukan sesuatu untuk membantu. Setiap kali Ibu Mira memandangnya, mata ibunya penuh dengan rasa terima kasih yang mendalam.

Sarapan pagi itu disajikan dengan penuh cinta—pancake lembut dengan sirup maple, potongan buah segar, dan segelas susu. Ardi, yang biasanya ceria dan penuh energi, tampak sedikit murung hari ini. Nadia memperhatikan bahwa adiknya tidak begitu antusias seperti biasanya, jadi ia memutuskan untuk membuatnya merasa lebih baik.

Setelah sarapan, Nadia dan Ardi berangkat ke sekolah dengan semangat. Namun, di perjalanan menuju sekolah, Nadia tidak bisa menahan diri untuk memikirkan apa yang terjadi di rumah. Ia merasa cemas mengenai kondisi Ibu Mira dan bagaimana keluarga mereka akan menghadapi masa-masa sulit ini.

Sekolah hari itu berjalan seperti biasanya, tetapi Nadia merasa berbeda. Ia menghadapi hari dengan semangat dan energi yang tidak pernah pudar. Teman-temannya, seperti biasa, memujinya karena kepositifan dan sikapnya yang ceria. Nadia berusaha untuk mengabaikan perasaan khawatirnya dan memberikan yang terbaik di sekolah.

Namun, di saat-saat tertentu, Nadia tidak bisa menahan air mata yang mulai mengalir di pipinya ketika ia mendengar berita tentang teman-temannya yang memiliki keluarga bahagia dan harmonis. Ia merasa sedih karena tidak bisa memberikan kebahagiaan yang sama kepada ibunya.

Pada akhir hari, Nadia pulang ke rumah dengan perasaan campur aduk. Sesampainya di rumah, ia melihat Ibu Mira duduk di sofa dengan wajah yang tampak lebih cerah dibandingkan pagi tadi. Ada sesuatu yang berbeda—mungkin karena Ibu Mira terlihat sedikit lebih tenang.

“Ibu, bagaimana harimu?” tanya Nadia, mencoba untuk tetap ceria meskipun ada rasa khawatir yang menyelubungi hatinya.

Ibu Mira tersenyum lembut. “Hari ini sedikit lebih baik, sayang. Aku melakukan beberapa hal yang harus dilakukan, dan aku merasa sedikit lebih baik.”

Nadia merasakan kelegaan mendalam mendengar jawaban itu. Ia langsung menuju dapur dan mulai menyiapkan camilan sore. Ia memutuskan untuk membuat teh hangat dan beberapa biskuit coklat untuk merayakan kemajuan kecil yang mereka raih. Selama persiapan camilan, Nadia mendengarkan tawa ceria Ardi yang sudah mulai kembali.

Ketika semuanya berkumpul di meja makan, Ibu Mira mengambil tangan Nadia dan Ardi. Ia menatap kedua anaknya dengan mata penuh kasih sayang dan rasa syukur.

“Aku sangat bangga dengan kalian berdua,” kata Ibu Mira dengan suara bergetar. “Kalian memberikan kekuatan dan kebahagiaan kepada Ibu setiap hari. Terima kasih karena selalu ada untuk Ibu dan satu sama lain.”

Nadia merasakan hati kecilnya bergetar. Meskipun mereka mengalami kesulitan, ia merasa bahwa kasih sayang dan dukungan keluarga mereka memberikan kekuatan yang luar biasa. Ia merasa bahwa segala kesedihan dan tantangan yang mereka hadapi dapat diatasi dengan cinta dan kesederhanaan.

“Mari kita bersulang untuk hari yang lebih baik,” kata Nadia, sambil mengangkat cangkir teh hangatnya.

Ibu Mira dan Ardi tersenyum dan mengangkat cangkir mereka. Suasana malam itu dipenuhi dengan rasa syukur dan kebahagiaan. Meskipun mereka tidak memiliki banyak hal secara materi, mereka memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga—kasih sayang dan dukungan satu sama lain.

Saat malam tiba dan Nadia bersiap untuk tidur, ia merasa bahwa meskipun ada kesedihan dan tantangan dalam hidup mereka, mereka selalu memiliki satu sama lain. Ia memejamkan matanya dengan perasaan damai, siap untuk menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat baru dan kekuatan dari kasih sayang yang mengikat mereka sebagai keluarga.

Baca juga:  Cerpen Tentang Islam: Kisah Persahabatan Beda Agama

Dengan pelukan hangat dari Ibu Mira sebelum tidur, Nadia tahu bahwa apapun yang akan datang, mereka akan selalu menghadapi segala sesuatu bersama, sebagai keluarga yang penuh kasih dan kekuatan.

 

Kekuatan Di Tengah Kesedihan

Matahari pagi menyebarkan sinarnya lembut melalui jendela kamar Nadia. Cahaya keemasan mengisi ruang dengan kehangatan yang menyenangkan. Nadia bangun dengan perasaan campur aduk. Meskipun dia berusaha untuk tetap ceria, hari ini terasa berat. Pikirannya melayang pada kabar terbaru dari rumah, dan dia tahu bahwa situasi tidak sepenuhnya membaik.

Nadia dan Ardi berangkat ke sekolah dengan semangat yang tampaknya sedikit berkurang. Jalan menuju sekolah yang biasanya penuh dengan tawa ceria dan obrolan ringan kini terasa sunyi. Nadia berusaha keras untuk menyembunyikan kegelisahannya di hadapan teman-temannya, tetapi setiap senyum yang ia tampilkan terasa dipaksakan.

Di sekolah, Nadia merasa seperti dua dunia yang berbeda. Di dalam kelas, ia berusaha untuk fokus, berpartisipasi aktif dalam diskusi, dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik. Namun, di luar kelas, dia merasa beban emosional yang berat. Teman-temannya, seperti biasa, mencerminkan keceriaan dan semangat, tetapi Nadia merasa sedikit terasing.

Rehat makan siang di sekolah adalah saat yang penuh ketegangan bagi Nadia. Ia duduk di bangku favoritnya di kantin, ditemani oleh teman-teman sekelas yang tidak menyadari betapa sulitnya hari-harinya belakangan ini. Salah satu teman, Joko, dengan semangatnya yang khas, mengajak Nadia berbicara tentang proyek seni yang sedang mereka kerjakan bersama.

“Nadia, kamu harus melihat karya seni baru yang aku buat. Aku benar-benar bangga dengan hasilnya!” ujar Joko sambil menunjukkan gambar yang ia buat.

Nadia tersenyum lebar, mengagumi dedikasi Joko dalam proyeknya. “Wow, Joko! Ini benar-benar keren! Kamu selalu punya cara untuk membuat hal-hal tampak menarik.”

Meskipun pujian Nadia tulus, ia merasa ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya. Ia merasa tidak adil jika hanya mengandalkan keceriaan di hadapan teman-temannya tanpa mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya.

Setelah sekolah selesai, Nadia pulang ke rumah dengan hati yang penuh kekhawatiran. Ketika dia sampai di rumah, dia melihat Ibu Mira duduk di meja makan, tampak lelah dan sedih. Ardi, yang biasanya ceria, juga tampak lebih tenang dan kurang energik.

Nadia melangkah mendekat, menyadari betapa sulitnya hari-hari yang harus dihadapi keluarganya. “Ibu, Ardi, ada yang bisa aku bantu?”

Ibu Mira memandang Nadia dengan tatapan yang penuh rasa terima kasih dan cinta. “Tidak perlu, sayang. Hanya saja hari ini sedikit berat. Kita semua berusaha untuk tetap kuat.”

Nadia merasakan hati kecilnya bergetar. Dia tahu bahwa dia tidak bisa hanya berdiri diam dalam situasi ini. Ia memutuskan untuk membuat sesuatu yang spesial untuk keluarga—sebuah makan malam sederhana yang bisa membantu meringankan beban emosional mereka.

Di dapur, Nadia bekerja dengan penuh dedikasi, mempersiapkan makan malam dengan resep sederhana namun penuh kasih. Ia membuat sup ayam hangat dengan potongan sayuran segar dan nasi. Saat sup mulai mendidih dan aroma harum memenuhi dapur, Nadia merasa sedikit lega. Ini adalah caranya untuk menunjukkan kasih sayangnya kepada keluarga.

Ketika makan malam siap, Nadia menyajikannya dengan penuh perhatian. Ibu Mira dan Ardi duduk di meja makan, terlihat terkejut dan senang dengan usaha Nadia. Mereka mulai menikmati makan malam bersama, dan meskipun suasana di sekitar mereka terasa sedikit melankolis, kehangatan dan kebersamaan mereka membuat segalanya terasa lebih baik.

Di tengah-tengah makan malam, Ibu Mira mengangkat gelasnya dan melihat Nadia dan Ardi dengan mata yang penuh haru. “Aku ingin berterima kasih kepada kalian berdua. Meskipun hari-hari ini tidak mudah, kalian selalu ada untuk Ibu dan satu sama lain. Kasih sayang dan dukungan kalian membuat semuanya terasa lebih baik.”

Nadia merasa air mata mulai menggenang di matanya. Dia merasakan betapa dalamnya kasih sayang yang mengikat mereka sebagai keluarga. Meskipun mereka menghadapi masa-masa sulit, mereka tetap saling mendukung dan menguatkan.

Setelah makan malam, Nadia duduk di samping Ibu Mira di sofa. Ia merasakan ketenangan yang datang dari keberadaan ibunya di sampingnya. Mereka berbicara tentang harapan dan impian mereka, dan Ibu Mira memberikan kata-kata semangat yang membuat Nadia merasa lebih kuat.

Ketika malam tiba dan Nadia bersiap untuk tidur, ia merasa bahwa meskipun ada banyak kesedihan dan tantangan, cinta dan dukungan keluarganya adalah sumber kekuatan yang tak ternilai harganya. Ia memeluk bantalnya dengan erat, merasakan kehangatan dari kenangan-kenangan indah yang telah mereka ciptakan bersama.

Nadia tidur dengan perasaan damai, siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat baru. Ia tahu bahwa meskipun ada kesedihan dalam perjalanan mereka, kasih sayang dan dukungan keluarga akan selalu menjadi cahaya yang menerangi jalan mereka.

Baca juga:  Cerpen Tentang Pengalaman diri: Kisah Inspirasi dari Pengalaman

 

Harapan Di Tengah Kegelapan

Malam telah tiba, dan keheningan yang biasa melingkupi rumah Nadia terasa semakin mendalam. Di luar, langit dipenuhi oleh bintang-bintang yang bersinar lembut, seolah-olah mereka mengamati dan menghibur keluarga Nadia yang tengah berjuang. Penerangan lampu kamar tidur Nadia meresap ke dalam ruangan dengan hangat, memberi sedikit rasa nyaman di tengah kesulitan.

Nadia baru saja selesai mengerjakan pekerjaan rumahnya dan sekarang duduk di meja belajarnya. Meskipun dia merasa lelah, semangatnya untuk terus maju tetap tidak pudar. Beberapa hari terakhir telah menjadi ujian berat, tetapi Nadia bertekad untuk tidak menyerah. Dia tahu bahwa keluarganya membutuhkan dukungan dan keberadaannya lebih dari sebelumnya.

Di ruang tamu, Ibu Mira duduk sendirian di sofa, tampak menatap kosong ke arah jendela. Keletihan dan kesedihan yang mendalam jelas terlihat di wajahnya. Ardi, di sisi lain, tampak lebih pendiam dari biasanya, duduk di dekat ibunya dengan tatapan yang melankolis.

Nadia memutuskan untuk mengganggu keheningan dengan melakukan sesuatu yang istimewa. Dia memikirkan cara untuk menghibur dan memberikan semangat kepada keluarganya. Setelah memutuskan, dia bergerak ke dapur, merencanakan sebuah kejutan sederhana namun penuh makna.

Dia memutuskan untuk membuatkan mereka malam film keluarga. Nadia mengambil beberapa film klasik yang selalu mereka tonton bersama, menyiapkan camilan favorit, dan membuat hot chocolate hangat. Dengan hati-hati, dia menata semuanya di ruang tamu, berharap bahwa momen ini bisa membawa sedikit kebahagiaan di tengah-tengah kesedihan.

Ketika Nadia selesai, dia memanggil ibunya dan Ardi untuk datang ke ruang tamu. “Ayo, kita nonton film bersama malam ini. Aku sudah menyiapkan semua camilan dan hot chocolate. Aku pikir kita semua butuh waktu untuk bersantai dan menikmati waktu bersama.”

Ibu Mira dan Ardi melihat Nadia dengan tatapan heran yang perlahan-lahan berubah menjadi senyuman kecil. Mereka mengikuti Nadia ke ruang tamu dan melihat persiapan yang telah dia buat. Hot chocolate yang menguap, camilan yang menggugah selera, dan film-film klasik yang telah mereka tonton sebelumnya membuat suasana terasa lebih akrab.

Ketika film dimulai, suasana di ruang tamu berubah. Meskipun beban emosional yang mereka rasakan masih ada, momen kebersamaan ini memberikan mereka sedikit pelarian dari realitas yang keras. Gelak tawa dan interaksi hangat antara mereka membuat suasana menjadi lebih ceria.

Nadia duduk di antara ibunya dan Ardi, merasakan kebersamaan dan kasih sayang yang mendalam. Momen itu terasa seperti pelukan hangat yang menyelimuti mereka semua, memberikan rasa aman dan dukungan yang sangat dibutuhkan.

Setelah film selesai, Ibu Mira menyadari betapa pentingnya momen ini bagi keluarga mereka. “Terima kasih, Nadia. Ini benar-benar membantu. Meskipun kita menghadapi masa-masa sulit, momen-momen seperti ini membuatku merasa bahwa kita masih punya satu sama lain.”

Nadia tersenyum, merasakan kebahagiaan yang mendalam. “Aku hanya ingin kita semua tahu bahwa kita tidak sendirian. Kita punya satu sama lain, dan itulah yang terpenting.”

Ketika malam semakin larut, Nadia dan keluarganya merasakan ketenangan yang luar biasa. Meski mereka tahu tantangan dan kesedihan masih ada di depan mereka, momen kebersamaan dan dukungan yang mereka bagi malam itu memberi mereka kekuatan baru. Mereka merasa lebih siap untuk menghadapi hari-hari mendatang dengan semangat yang diperbarui.

Dengan kehangatan dan cinta yang mengisi hati mereka, Nadia tahu bahwa meskipun hidup mungkin tidak selalu mudah, kekuatan dari kebersamaan dan kasih sayang keluarga akan selalu menjadi sumber kekuatan mereka. Dia memeluk kedua orangtuanya dan Ardi, merasakan kedekatan yang mendalam di tengah kesulitan.

Saat Nadia memasuki kamar tidurnya dan mematikan lampu, dia merasa yakin bahwa mereka bisa menghadapi apa pun bersama. Meskipun air mata dan kesedihan mungkin akan datang lagi, momen-momen kebahagiaan dan kasih sayang seperti ini akan selalu menjadi fondasi yang kuat untuk melawan segala tantangan yang datang.

Dengan harapan dan semangat baru, Nadia tertidur dengan perasaan damai. Dia tahu bahwa keluarga mereka adalah kekuatan terbesarnya, dan dengan kasih sayang yang mereka miliki, mereka akan selalu bisa mengatasi segala sesuatu yang menghadang di depan.

 

 

Dalam kegelapan malam yang penuh kesedihan, Nadia telah menunjukkan bahwa kasih sayang dan kebersamaan keluarga mampu membawa cahaya baru ke dalam hidup mereka. Meskipun tantangan dan air mata mungkin terus ada, kekuatan dari cinta yang tulus dan dukungan satu sama lain memberikan harapan yang tak tergoyahkan. Dengan semangat dan keberanian, Nadia dan keluarganya belajar bahwa bersama-sama, mereka dapat mengatasi setiap rintangan. Momen-momen kebahagiaan dan kehangatan yang mereka bagikan akan selalu menjadi fondasi yang kuat untuk menghadapi masa depan. Dalam setiap air mata, mereka menemukan kekuatan baru, dan dalam setiap pelukan, mereka menemukan alasan untuk terus maju. Begitulah kisah cerita tentang nadia, Sampai ketemu di cerita selanjutnya.

Leave a Comment