Cerpen Tentang Lingkungan: Kisah Peduli Terhadap Lingkungan

Di tengah cerpen tentang lingkungan yaitu lingkungan sekolah yang bersih dan teratur, Farla mendapati sebuah kejadian tak terduga di belakang sekolah yang mencemaskan. Temukan bagaimana kepeduliannya terhadap lingkungan sekolah membawanya pada sebuah peristiwa yang menginspirasi.

 

Kepedulian Farla Terhadap Sampah

Terjadi Penumpukan Sampah

Farla menghirup udara segar saat memasuki halaman sekolah yang selalu terjaga kebersihannya. Sebagai ketua OSIS yang tangguh, dia selalu bangga akan kebersihan lingkungan sekolahnya. Namun, suatu hari, setelah rapat OSIS berakhir, seorang teman memberitahunya tentang “area terlarang” di belakang sekolah.

“Farla, kamu harus lihat sendiri. Ada penumpukan sampah di belakang sana yang mengerikan,” kata Andi, anggota OSIS yang setia.

Farla penasaran. Bagaimana mungkin ada kekacauan sampah di sekolahnya yang selalu terjaga kebersihannya? Ditemani Andi dan beberapa teman OSIS lainnya, mereka melintasi lorong sempit di sisi sekolah yang jarang dilalui. Dan di sana, di belakang pagar sekolah yang terlupakan, terbentang pemandangan yang menyedihkan.

Tumpukan sampah plastik, kertas, dan limbah lainnya berserakan di tanah. Bau busuk dan hiruk-pikuk nyamuk menjadi saksi bisu dari keabadian kekacauan itu. Farla terkejut. Bagaimana mungkin ada yang meninggalkan sekolah mereka seperti ini?

Dengan cepat, Farla dan tim OSIS mulai beraksi. Mereka mengambil sarung tangan dan kantong sampah yang mereka bawa dari sekolah. Farla merasa sedih melihat bagaimana keindahan sekolahnya ternoda oleh kecerobohan. Dia mengingatkan dirinya sendiri tentang pentingnya menjaga kebersihan dan betapa mudahnya kekacauan terjadi jika semua orang tidak bertanggung jawab.

“Kita harus membereskan ini secepat mungkin,” ucap Farla sambil mengatur strategi. Mereka bekerja keras, mengangkat setiap sampah dengan penuh perhatian. Namun, di tengah kesibukan mereka, Farla menemukan sepucuk surat yang tergeletak di antara tumpukan sampah.

Dia membukanya dan menemukan sebuah surat dari seorang siswa lain yang berterima kasih pada OSIS atas kegiatan mereka yang membantu membersihkan sekolah. Farla tersenyum getir. Meskipun mereka bekerja keras, masih ada yang tidak menghargai kebersihan sekolah mereka.

Setelah beberapa jam, akhirnya mereka berhasil membersihkan semua sampah. Farla dan tim OSIS merasa lega melihat keindahan sekolah mereka kembali pulih. Namun, di dalam hatinya, masih ada kepedihan tentang betapa rapuhnya kebersihan jika tidak dijaga dengan baik.

“Kita harus lebih sering memantau area ini,” kata Farla kepada timnya. “Kebersihan adalah tanggung jawab kita bersama.”

Mereka berjanji untuk lebih memperhatikan kebersihan lingkungan sekolah mereka. Farla memandang langit senja yang mulai menggelap, berharap bahwa kejadian ini akan mengajarkan semua orang betapa pentingnya menjaga kebersihan sekolah mereka.

Baca juga:  Cerpen Tentang Manusia Kuat: Kisah Perjuangan Ibu Gania

 

Bersama Menjaga Kebersihan

Hari itu matahari terbenam dengan perlahan di ufuk barat, menyisakan warna jingga yang memerah di langit senja. Farla, gadis SMA berambut panjang hitam, duduk termenung di bawah pohon rindang di halaman sekolah. Hatinya masih terpikirkan tentang kejadian sore tadi di belakang sekolah.

Sampah-sampah berserakan begitu saja di belakang gedung sekolah yang biasanya begitu terawat. Farla teringat bagaimana ia dan anggota OSIS lainnya, terutama Indra dan Maya, bekerja keras membersihkan sampah tersebut. Mereka bekerja dengan penuh semangat meskipun berlumuran keringat, tetapi Farla tahu ada sesuatu yang tidak beres.

“Farla, apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Maya, teman baiknya yang duduk di sebelahnya.

Farla menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, “Aku hanya berpikir, Maya. Mengapa sampah-sampah ini bisa terkumpul begitu banyak di belakang sekolah kita? Bukankah kita selalu menjaga kebersihan sekolah?”

Maya mengangguk setuju, “Iya, memang aneh. Aku tidak pernah melihat sampah begini sebelumnya di sini.”

Mereka berdua diam sejenak, membiarkan suasana senja menyelimuti mereka. Farla merasa ada sesuatu yang tidak beres, sebuah perasaan aneh yang mengganggu pikirannya. Ia merasa bahwa kejadian ini terkait dengan sesuatu yang lebih dalam dari sekadar kebersihan fisik.

Beberapa hari kemudian, setelah pelajaran sejarah, Farla dan Maya bertemu dengan Pak Dharma, guru mereka yang juga pembina OSIS. Mereka bertanya-tanya apakah Pak Dharma mengetahui kejadian aneh di belakang sekolah.

“Pak, apa yang sebenarnya terjadi dengan keadaan belakang sekolah beberapa hari lalu?” tanya Farla dengan rasa penasaran. Pak Dharma menatap mereka dengan serius sebelum menjawab, “Ah, saya pikir kalian perlu tahu. Belakangan ini ada beberapa masalah di lingkungan sekitar sekolah kita. Bukan hanya sampah-sampah itu, tapi juga masalah lain yang saya tidak bisa jelaskan dengan pasti.”

Maya memandang Farla dengan pandangan yang menyiratkan kekhawatiran. Mereka bertiga merasa bahwa ada sesuatu yang tidak diketahui yang sedang terjadi di sekolah mereka, dan mereka merasa bertanggung jawab untuk mencari tahu.

Malam itu, Farla berbaring di tempat tidur dengan pikirannya melayang-layang. Ia bertekad untuk mencari tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di belakang sekolah. Sesuatu yang membuatnya merasa ada yang tidak beres, dan ia harus mencari tahu alasannya.

Baca juga:  Cerpen Tentang Keindahan Alam: Kisah Keberanian Gano di Pegunungan

 

Kekalahan yang Menyakitkan

Setelah insiden penumpukan sampah di belakang sekolah, Farla dan anggota OSIS terus bekerja keras untuk membersihkan area tersebut. Mereka merasa senang karena berhasil membuat tempat itu bersih dan rapi kembali. Namun, kegembiraan itu tidak bertahan lama.

Beberapa hari kemudian, saat Farla dan teman-temannya sedang asyik di dalam kelas, tiba-tiba mereka mendengar riuh rendah di koridor. Farla melihat dari jendela bahwa area belakang sekolah kembali dipenuhi dengan sampah yang berserakan, bahkan lebih banyak dari sebelumnya.

“Tidak mungkin!” gumam Farla dalam hati, merasa sedih dan marah. Ia merasa semua usaha yang telah dilakukannya bersama teman-temannya percuma saja. Anggota OSIS lainnya juga terlihat kecewa dan frustrasi.

Farla memutuskan untuk menghadapi masalah ini dengan lebih serius. Ia mengumpulkan anggota OSIS untuk rapat darurat di ruang OSIS. Mereka semua duduk bersama, wajah mereka penuh dengan kekecewaan.

“Kita sudah melakukan yang terbaik untuk membersihkan tempat itu,” ucap Farla dengan suara lirih namun penuh dengan emosi. “Tapi sepertinya tidak ada yang peduli dengan usaha kita.”

“Kita harus melakukan sesuatu yang lebih drastis,” kata Dita, salah satu anggota OSIS. “Mungkin kita harus membuat kampanye lebih besar atau melibatkan seluruh siswa sekolah.”

Ide-ide pun bermunculan dari anggota OSIS lainnya. Mereka berdiskusi panjang lebar tentang bagaimana cara untuk mengubah sikap para murid di sekolah terhadap kebersihan. Namun, mereka juga sadar bahwa tidak akan mudah mengubah kebiasaan buruk yang sudah terbentuk.

Hari demi hari berlalu, Farla dan anggota OSIS terus bekerja keras untuk mencari solusi. Mereka membuat proposal kampanye kebersihan sekolah yang lebih besar dan melibatkan seluruh siswa. Mereka membuat poster, mengadakan seminar kebersihan, dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan sekolah.

Meskipun awalnya menghadapi beberapa tantangan dan rintangan, Farla tidak menyerah. Ia terus mendorong kampanye kebersihan sekolah dengan semangat dan tekadnya. Lambat laun, sikap para murid mulai berubah. Mereka mulai sadar dan bertanggung jawab akan kebersihan sekolah mereka.

 

Keputusan yang Sulit

Farla merasa lega setelah berhasil membersihkan kekacauan sampah di belakang sekolah bersama anggota OSIS. Namun, keesokan harinya, suasana menjadi berbeda. Farla mendapati bahwa beberapa murid masih saja membuang sampah sembarangan di tempat yang sama. Hal ini membuatnya merasa frustasi dan kecewa.

Baca juga:  Cerpen Tentang Sebuah Impian: Kisah Inspirasi dari Sebuah Impian

Selama beberapa hari ke depan, Farla bersama anggota OSIS berusaha keras untuk terus membersihkan area tersebut, tetapi upaya mereka sepertinya sia-sia karena kebiasaan membuang sampah sembarangan terus berlanjut. Farla merasa putus asa dan merasa bahwa usahanya tidak ada artinya.

Suatu hari, ketika sedang membersihkan sampah, Farla melihat seorang anak kecil dari sekolah dasar yang bermain di area yang mereka bersihkan. Anak kecil itu membuang sebatang permen kecil ke tanah, sebelum berlari menjauh. Farla merasa sedih dan terharu melihat sikap sembrono anak kecil itu.

“Kenapa mereka tidak peduli?” gumam Farla dalam hati. “Kenapa mereka tidak melihat betapa pentingnya menjaga kebersihan sekolah?”

Farla kemudian duduk di pinggir lapangan sekolah, merenungkan semua yang telah terjadi. Ia berpikir keras tentang bagaimana caranya agar bisa mengubah sikap para murid di sekolahnya, agar lebih peduli terhadap lingkungan sekolah.

Tiba-tiba, ide muncul dalam benaknya. Farla mengajukan proposal kepada kepala sekolah untuk membuat kampanye kebersihan sekolah yang melibatkan seluruh siswa. Ia menyusun rencana dengan baik, termasuk membuat poster, mengadakan seminar kebersihan, dan mengajak siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menjaga kebersihan sekolah.

Meskipun awalnya menghadapi beberapa tantangan dan rintangan, Farla tidak menyerah. Ia terus mendorong kampanye kebersihan sekolah dengan semangat dan tekadnya. Lambat laun, sikap para murid mulai berubah. Mereka lebih peduli dan lebih sadar akan pentingnya menjaga kebersihan sekolah.

Akhirnya, kampanye yang dipimpin oleh Farla sukses besar. Sekolah mereka menjadi lebih bersih dan para siswa menjadi lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan sekolahnya. Farla merasa bangga dengan apa yang telah ia capai bersama teman-temannya di OSIS.

Ketika hari terakhir sebelum liburan tiba, Farla diberikan penghargaan oleh kepala sekolah sebagai penghargaan atas dedikasinya dalam menjaga kebersihan sekolah. Ia merasa bahagia dan bangga bisa memberikan dampak positif bagi sekolah dan teman-temannya.

Dengan berakhirnya tahun ajaran itu, Farla merasa lebih matang dan penuh pengalaman. Ia sadar bahwa untuk mencapai sesuatu yang baik, dibutuhkan kerja keras, ketekunan, dan semangat yang tidak pernah padam.

 

Cerpen tentang lingkungan yaitu kisah kepedulian Farla terhadap masalah sampah di sekolahnya mengajarkan kita bahwa perubahan dimulai dari tindakan sederhana. Mari kita ikuti jejak Farla untuk menjaga kebersihan lingkungan demi masa depan yang lebih bersih dan sehat.

Leave a Comment