Saksikanlah cerpen tentang lingkungan sekolah untuk smp yaitu kisah yang mengharukan ini yang mengisahkan tentang teguran guru untuk kenakalan muridnya.
Melalui cerpen ini, kita akan memahami pentingnya pembelajaran dan pertumbuhan dalam menjalani kehidupan, serta bagaimana teguran dan kesalahan merupakan bagian dari proses menuju kedewasaan.
Teguran Guru untuk Kenakalan Muridnya
Tanggung Jawab Farid
Suara gemuruh bendera berkibar di angin pagi saat upacara bendera dimulai di SMP Nusantara. Farid, seorang siswa yang bersemangat, duduk dengan tegak di barisan siswa, siap mendengarkan pidato dari guru kepala sekolah.
Ketika gurunya, Ibu Lestari, naik ke panggung, kehadirannya menarik perhatian seluruh siswa. Dengan wibawa yang khas, dia mulai berbicara tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekolah.
“Anak-anak,” ucap Ibu Lestari dengan suara yang tenang namun penuh makna, “kita harus menjadi penjaga lingkungan sekolah kita sendiri. Bersama-sama, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kebersihan dan keindahan lingkungan tempat kita belajar.”
Kata-kata bijak itu menembus hati Farid. Dia merenung tentang arti sebenarnya dari tanggung jawab dan komitmen terhadap lingkungan sekolahnya. Farid menyadari bahwa kebersihan bukanlah hanya tanggung jawab pihak sekolah, tetapi juga milik seluruh siswa.
Selama sisa upacara bendera, perkataan bijak Ibu Lestari terus bergema di benak Farid. Dia bertekad untuk bertindak sesuai dengan panggilan tanggung jawab itu dan memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sekolahnya.
Setelah upacara selesai, Farid memutuskan untuk bertindak. Dia mulai mengajak teman-temannya untuk bergabung dengannya dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Mereka membersihkan koridor, lapangan, dan area-area lain yang sering menjadi tempat pembuangan sampah sembarangan.
Dalam perjalanannya, Farid belajar bahwa tanggung jawab tidak hanya tentang melakukan hal yang benar ketika diperintah, tetapi juga tentang inisiatif untuk bertindak saat dibutuhkan. Dia menyadari bahwa setiap tindakan kecil yang dilakukannya memiliki dampak besar bagi lingkungan sekolah dan juga bagi dirinya sendiri.
Dengan tekad yang baru ditemukannya, Farid berjanji untuk terus mengambil bagian dalam menjaga kebersihan lingkungan sekolahnya. Dia memahami bahwa tindakan kecilnya bisa menjadi contoh bagi orang lain dan membawa perubahan positif yang lebih besar bagi sekolah dan lingkungan sekitarnya.
Terkejut Farid di Sekolah
Hari itu, setelah upacara bendera selesai, Farid melanjutkan rutinitasnya membersihkan lingkungan sekolah. Dia melangkah dengan langkah mantap, memungut sampah-sampah yang berserakan di sepanjang koridor sekolah.
Namun, saat sedang sibuk membersihkan, pandangannya tertuju pada Rizal, salah satu teman sekelasnya. Farid melihat Rizal dengan cepat membuang sisa jajanan ke dalam semak-semak di dekat samping kantor guru.
Awalnya, Farid tidak percaya pada apa yang dia lihat. Dia berhenti sejenak, membiarkan kejadian itu menyerap ke dalam pikirannya. Perilaku Rizal tidak sesuai dengan nilai-nilai yang mereka pelajari di sekolah, terutama setelah pidato bijak dari Ibu Lestari tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Tetapi, sebelum Farid sempat mengingatkan Rizal, sebuah suara keras memotong udara. Itu adalah suara guru mereka, Ibu Siti, yang tanpa ragu menegur Rizal di depan seluruh siswa.
“Rizal!” panggil Ibu Siti dengan suara yang tegas. “Apa yang kau lakukan? Apakah kau tidak mengerti bahwa tempat ini bukanlah tempat untuk membuang sampah sembarangan?”
Wajah Rizal memucat, dia merasa malu dan terkejut oleh teguran keras itu. Namun, Farid tidak merasa senang melihat temannya dalam situasi seperti itu. Meskipun dia kesal dengan tindakan Rizal, dia juga merasa iba.
Merasa bahwa dia harus bertindak, Farid dengan hati-hati mendekati Ibu Siti. Dengan suara yang rendah namun mantap, dia menyatakan bahwa dia ingin mewakili Rizal untuk meminta maaf atas kelakuannya.
Ibu Siti terkejut oleh tindakan Farid. Dia memandangnya dengan penuh penghargaan, menyadari bahwa Farid memiliki kedewasaan dan keberanian untuk mengambil tanggung jawab atas tindakan temannya.
Setelah berbicara dengan Ibu Siti, Farid mendekati Rizal dengan penuh pengertian. Dia menjelaskan bahwa mereka semua telah diingatkan oleh guru tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan mereka harus bertanggung jawab atas tindakan mereka.
Rizal, meskipun masih merasa malu, mengucapkan terima kasih kepada Farid atas bantuan dan dukungannya. Dia berjanji untuk lebih berhati-hati dan bertanggung jawab atas perilakunya di masa depan.
Dengan demikian, Farid belajar bahwa bijaksana bukan hanya tentang mengetahui hal yang benar, tetapi juga tentang bertindak dengan bijaksana ketika dihadapkan pada situasi sulit. Dia menyadari bahwa kebijaksanaan bukan hanya milik orang yang pandai berbicara, tetapi juga milik mereka yang berani bertindak dengan baik.
Marahnya Guru di Sekolah
Setelah insiden dengan Rizal, lingkungan sekolah terasa tegang dan hening. Namun, hari berlalu dan semangat Farid untuk menjaga kebersihan sekolah tidak pudar. Dia tetap setia pada komitmennya, membersihkan sampah-sampah yang berserakan setiap harinya.
Namun, suatu pagi, suasana di sekolah menjadi tegang sekali lagi. Farid melihat wajah guru mereka, Ibu Lestari, yang biasanya lembut dan penuh semangat, terlihat muram dan marah. Dengan langkah mantap, dia memanggil semua siswa untuk berkumpul di lapangan.
“Anak-anak,” ucap Ibu Lestari dengan suara yang tegas, “saya sangat kecewa dengan keadaan lingkungan sekolah kita. Meskipun kita telah mendengarkan pidato saya tentang pentingnya menjaga kebersihan, tetapi masih saja ada banyak sampah berserakan di sekitar sekolah.”
Farid merasa tertohok oleh ketegasan Ibu Lestari. Dia menyadari bahwa tanggung jawab untuk menjaga kebersihan sekolah bukan hanya milik mereka sebagai siswa, tetapi juga tanggung jawab bersama sebagai bagian dari komunitas sekolah.
Ibu Lestari melanjutkan, “Kebersihan lingkungan adalah cerminan dari sikap kita terhadap tempat belajar kita. Saya ingin setiap siswa mengambil tanggung jawabnya masing-masing untuk menjaga lingkungan sekolah ini tetap bersih dan indah.”
Setelah itu, Ibu Lestari memberikan arahan kepada semua siswa untuk membentuk tim kebersihan sekolah. Setiap kelas akan bertanggung jawab untuk membersihkan area tertentu di sekolah setiap harinya. Dia juga menegaskan bahwa pelanggaran terhadap aturan kebersihan sekolah akan diberi sanksi yang tegas.
Dalam hati, Farid merasa bersalah. Dia menyadari bahwa upaya individunya untuk menjaga kebersihan sekolah tidak cukup. Dia memahami bahwa untuk mencapai tujuan bersama, mereka harus bekerja sebagai tim dan saling mendukung.
Setelah pertemuan selesai, Farid bersama teman-temannya membentuk tim kebersihan kelas mereka. Mereka sepakat untuk bekerja sama dengan penuh semangat dan tekad untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah mereka.
Dari pengalaman ini, Farid belajar bahwa bijaksana bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang bertindak dengan tepat ketika diperlukan. Dia menyadari bahwa penting untuk mendengarkan nasihat dari orang yang lebih berpengalaman dan belajar dari pengalaman bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
Tanggung Jawab dan Kepedulian
Setelah pertemuan dengan Ibu Lestari, Farid merasa semakin bertekad untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Namun, satu hal yang masih mengganjal di hatinya adalah perasaan terhadap temannya, Rizal, setelah insiden membuang sampah sembarangan. Meskipun Rizal telah meminta maaf, Farid merasa bahwa masih ada yang harus dilakukan.
Dengan kepala yang tegak dan hati yang penuh pertimbangan, Farid memutuskan untuk berbicara dengan Rizal. Dia menyadari bahwa sebagai teman, dia memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan mendukung Rizal dalam perjalanannya untuk bertanggung jawab atas perbuatannya.
Farid mencari Rizal di koridor sekolah saat istirahat. Saat dia menemukannya, dia bisa melihat raut wajah Rizal yang masih penuh rasa malu dan penyesalan.
“Rizal,” panggil Farid dengan lembut, “bisa kita bicara sebentar?”
Rizal menoleh ke arah Farid dengan tatapan yang penuh harapan dan sedikit cemas. Dia tahu bahwa Farid mungkin masih kesal padanya atas insiden itu.
“Ya, Farid,” jawab Rizal dengan suara yang rendah.
Farid mengajak Rizal duduk di bangku di dekatnya. Dengan penuh empati, dia mulai berbicara.
“Rizal, saya ingin kamu tahu bahwa saya mengerti bahwa kita semua bisa membuat kesalahan. Tapi yang penting adalah bagaimana kita menanggapinya,” ucap Farid dengan lembut. Rizal mendengarkan dengan seksama, menyerap setiap kata yang diucapkan oleh Farid.
“Ketika Ibu Siti menegurmu di depan semua siswa, saya merasa iba. Saya tahu kamu merasa sangat malu dan menyesal atas tindakanmu. Dan saya ingin kamu tahu bahwa saya masih mempertimbangkan kamu sebagai teman,” lanjut Farid. Rizal mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan mata Farid. Dia bisa melihat kebaikan dan kepedulian di dalamnya.
“Terima kasih, Farid,” kata Rizal dengan suara yang terisak. “Aku berjanji akan lebih bertanggung jawab dan tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi.” Farid tersenyum, merasa lega mendengar janji Rizal. Dia tahu bahwa setiap orang layak mendapatkan kesempatan untuk belajar dan tumbuh dari kesalahannya.
Dari pengalaman ini, Farid belajar bahwa bijaksana bukan hanya tentang berbicara, tetapi juga tentang mendengarkan dan memberi kesempatan kepada orang lain untuk memperbaiki kesalahan mereka. Dia menyadari bahwa sebagai teman, kita memiliki tanggung jawab untuk saling mendukung dan membimbing satu sama lain menuju jalan yang benar.