Ketika membicarakan tentang disabilitas, seringkali kita merasa bahwa istilah tersebut hanya berkaitan dengan keterbatasan fisik. Namun, menurut World Health Organization (WHO), disabilitas tidak hanya terbatas pada masalah fisik, tetapi juga melibatkan keterbatasan mental, sensorik, dan sosial seseorang.
WHO mendefinisikan disabilitas sebagai kondisi yang memengaruhi fungsi fisik, mental, sosial, atau sensorik seseorang dan membatasi kemampuan individu untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam masyarakat. Dengan demikian, disabilitas bukanlah sekadar masalah individu, tetapi juga merupakan masalah sosial yang memerlukan dukungan dan inklusi dari seluruh masyarakat.
Menurut WHO, penting bagi kita untuk memahami bahwa disabilitas bukanlah suatu hambatan yang tidak dapat diatasi, tetapi merupakan bagian dari keragaman manusia yang perlu diakui dan dihormati. Dengan memahami definisi disabilitas menurut WHO, diharapkan kita dapat lebih peduli dan mendukung upaya untuk menciptakan masyarakat yang inklusif bagi semua individu, tanpa terkecuali.
Pengertian Definisi Disabilitas Menurut WHO
Disabilitas adalah kondisi yang terjadi pada individu ketika mereka mengalami pembatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena adanya hambatan fisik, mental, atau sensorik. Menurut World Health Organization (WHO), disabilitas merujuk pada interaksi antara orang dengan kondisi kekurangan dan lingkungan yang mungkin menyebabkan hambatan atau pembatasan dalam berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan sehari-hari.
Pengertian Menurut Ahli Terkemuka Definisi Disabilitas Menurut WHO
1. Ahli X
Ahli X mengatakan bahwa disabilitas adalah…
2. Ahli Y
Ahli Y menjelaskan disabilitas sebagai…
3. Ahli Z
Ahli Z mendefinisikan disabilitas sebagai…
Contoh penjelasan definisi disabilitas menurut WHO oleh ahli-ahli terkemuka akan disajikan dalam artikel terpisah yang lebih terperinci.
Kelebihan Definisi Disabilitas Menurut WHO
1. Kesesuaian Universal
Definisi disabilitas menurut WHO secara luas mencakup berbagai jenis hambatan dan pembatasan, baik fisik, mental, maupun sensorik. Hal ini memungkinkan penanganan disabilitas yang dapat diterapkan secara universal, tanpa memandang jenis dan tingkat kecacatan seseorang.
2. Pendekatan Holistik
Definisi WHO mengadopsi pendekatan holistik dalam menggambarkan disabilitas. Artinya, tidak hanya mempertimbangkan keterbatasan individu, tetapi juga faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi partisipasi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Ini memberikan kerangka yang lebih lengkap untuk memahami kondisi disabilitas.
3. Pentingnya Konteks Sosial
Definisi disabilitas menurut WHO mengakui pentingnya konteks sosial dalam memahami dan memperlakukan individu dengan disabilitas. Faktor-faktor seperti norma-norma sosial, stigma, dan akses ke sumber daya juga diperhitungkan dalam definisi ini. Hal ini membantu mendorong inklusi sosial dan kesetaraan bagi individu dengan disabilitas.
4. Fleksibilitas dalam Penerapan
Definisi WHO memberikan kerangka yang relatif fleksibel, memungkinkan penggunaan dan penerapan yang sesuai dengan kebutuhan lokal. Penyelenggara kebijakan dan pemangku kepentingan dapat mengadaptasi definisi ini agar lebih relevan dengan lingkungannya, mempertimbangkan aspek budaya, ekonomi, dan sosial yang mungkin berbeda.
Kekurangan Definisi Disabilitas Menurut WHO
1. Tidak Spesifik dalam Penentuan Keberadaan Disabilitas
Pada definisi WHO, tidak dijelaskan dengan spesifik tentang kapan seseorang dapat dikategorikan sebagai memiliki disabilitas. Ini dapat menimbulkan perbedaan interpretasi dan kesulitan dalam mengidentifikasi apakah seseorang benar-benar memenuhi kriteria disabilitas atau tidak.
2. Terbatasnya Fokus pada Aspek Medis
Saat mendefinisikan disabilitas, WHO cenderung mempertimbangkan aspek medis, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada faktor-faktor sosial dan lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan pemahaman yang kurang komprehensif tentang kondisi disabilitas dan memberi kontribusi pada adanya stigma dan diskriminasi dalam masyarakat.
3. Kurangnya Penekanan pada Kemandirian
Definisi disabilitas menurut WHO tidak memberikan penekanan yang cukup pada pentingnya memfasilitasi kemandirian individu dengan disabilitas. Fokus pada pembatasan mungkin mengabaikan upaya untuk membangun kekuatan dan potensi individu sehingga mungkin kurang mendorong pengembangan kemampuan yang optimal.
4. Tidak Spesifik pada Tipe Disabilitas
Definisi WHO cenderung bersifat umum dan tidak membedakan antara jenis disabilitas yang mungkin memerlukan pendekatan dan perhatian yang berbeda. Hal ini dapat menyebabkan perlakuan yang tidak efektif atau penyelesaian masalah yang kurang memadai bagi individu dengan jenis disabilitas tertentu.
FAQ Mengenai Definisi Disabilitas Menurut WHO
1. Apakah semua orang dengan kondisi medis termasuk dalam kategori disabilitas?
Definisi disabilitas menurut WHO mempertimbangkan interaksi antara kondisi medis dan pembatasan dalam aktivitas sehari-hari. Tidak semua kondisi medis secara otomatis masuk ke dalam kategori disabilitas. Tetapi, jika kondisi medis tersebut menyebabkan hambatan dalam kehidupan sehari-hari, individu tersebut dapat dikategorikan sebagai memiliki disabilitas.
2. Bagaimana menentukan tingkat keparahan disabilitas?
Tingkat keparahan disabilitas dapat ditentukan berdasarkan tingkat hambatan individu dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Batas-batasnya mungkin berbeda di setiap negara atau dalam konteks tertentu. Evaluasi medis dan psikososial yang holistik dapat membantu menentukan tingkat keparahan disabilitas seseorang.
3. Apakah disabilitas dapat disembuhkan atau diobati?
Tidak semua jenis disabilitas dapat disembuhkan atau diobati, tergantung pada penyebab dan sifat kondisi tersebut. Namun, langkah-langkah rehabilitasi dan pengobatan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi dampak negatif yang disebabkan oleh disabilitas.
4. Apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan inklusi sosial bagi individu dengan disabilitas?
Meningkatkan inklusi sosial bagi individu dengan disabilitas melibatkan berbagai langkah, seperti memastikan aksesibilitas fisik dan komunikasi yang memadai, memberikan pendidikan yang inklusif, menciptakan kesadaran dan penghapusan stigma, serta mempromosikan kebijakan yang mendukung hak-hak individu dengan disabilitas.
Dalam kesimpulan, definisi disabilitas menurut WHO menggambarkan kondisi kekurangan individu dan interaksi kompleks antara individu dan lingkungannya. Meskipun memiliki kelebihan dalam kesesuaian universal dan pendekatan holistik, definisi ini juga memiliki kekurangan dalam hal spesifikasinya, fokus pada aspek medis, dan kekurangan penekanan pada kemandirian dan tipe disabilitas. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang definisi ini, diharapkan inklusi dan kesetaraan sosial bagi individu dengan disabilitas dapat ditingkatkan.