Jihan: Hikmah Kesabaran Dan Kebahagiaan Dalam Hidup

Hai, Para pembaca yang setia! Dalam kehidupan yang penuh dengan liku-liku, kesabaran dan kebahagiaan sering kali menjadi dua hal yang saling terkait. Cerita tentang Jihan, seorang wanita muda yang ceria dan penuh semangat, mengajarkan kita tentang arti sesungguhnya dari kesabaran dan kebaikan. Dalam perjalanan hidupnya, Jihan menemukan bahwa setiap tantangan membawa hikmah yang berharga, dan setiap kebaikan yang dia sebarkan menghasilkan kebahagiaan tidak hanya bagi dirinya, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya. Cerita ini akan membawa Anda menyelami kisah inspiratif Jihan, menggugah semangat Anda untuk bersabar dan berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Bergabunglah dalam perjalanan yang penuh makna ini dan temukan bagaimana satu tindakan kebaikan dapat mengubah segalanya!

 

Hikmah Kesabaran Dan Kebahagiaan Dalam Hidup

Awal Yang Ceria

Di sebuah desa kecil yang dikelilingi oleh sawah yang menghijau, hiduplah seorang gadis bernama Jihan. Sejak kecil, Jihan dikenal sebagai anak yang ceria dan selalu membawa kebahagiaan di sekelilingnya. Senyumnya yang manis mampu mencerahkan hari siapa saja yang melihatnya. Dia memiliki banyak teman yang mencintainya, karena sifat baiknya yang tulus dan sabar. Namun, di balik keceriaannya, Jihan menyimpan kisah perjuangan yang tak semua orang ketahui.

Pagi itu, sinar matahari mulai menyinari desa dengan lembut, dan Jihan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Dia mengenakan baju berwarna cerah yang dipadukan dengan rok dan sepatu yang nyaman. Sebelum berangkat, dia menyapa ibunya yang sedang memasak di dapur. “Selamat pagi, Bu! Ada sarapan untukku?” tanya Jihan dengan penuh semangat. Ibunya tersenyum, “Selamat pagi, sayang. Ada nasi goreng kesukaanmu, cepatlah makan sebelum terlambat.”

Setelah menyantap sarapannya, Jihan bergegas menuju sekolah. Di perjalanan, dia bertemu dengan beberapa teman sekelasnya. Mereka melambai dan bergabung dengannya. “Jihan! Mari kita lomba lari ke sekolah!” teriak salah satu temannya, Tania. Jihan yang selalu penuh semangat menjawab, “Ayo! Siapa cepat dia dapat!” Mereka pun berlari bersama sambil tertawa riang, menikmati pagi yang cerah.

Sekolah Jihan terletak tidak jauh dari rumahnya. Begitu tiba di depan gerbang sekolah, Jihan dan teman-temannya disambut dengan ramah oleh guru-guru dan siswa lainnya. Hari itu adalah hari yang spesial, karena mereka akan mengadakan festival seni yang sudah dinantikan. Jihan, sebagai salah satu anggota tim seni, bertanggung jawab untuk menghias panggung dengan bunga-bunga yang indah. Dia sangat bersemangat, meskipun tugas ini membutuhkan banyak waktu dan usaha.

Jihan dan teman-temannya mulai menghias panggung dengan ceria. Mereka saling membantu dan tertawa, menciptakan suasana yang menyenangkan. “Jihan, bunga ini cantik sekali, tapi kita perlu lebih banyak!” kata Tania. “Baiklah, ayo kita ambil bunga lagi!” balas Jihan. Mereka pun pergi ke kebun bunga di dekat sekolah untuk mengumpulkan lebih banyak bunga.

Setelah beberapa jam bekerja keras, akhirnya panggung festival seni siap. Jihan merasa bangga melihat hasil kerja keras mereka. “Kita berhasil! Lihat betapa cantiknya!” seru Jihan dengan mata berbinar. Teman-temannya bersorak dan saling berpelukan, merayakan keberhasilan mereka. Namun, keceriaan mereka tidak berlangsung lama, ketika salah satu teman Jihan, Rina, jatuh dan terjatuh dari panggung.

“Rina! Apa kamu baik-baik saja?” Jihan segera berlari menghampirinya. Rina mengerang kesakitan, dan Jihan merasa hatinya bergetar. “Saya… saya tidak bisa berdiri,” ujar Rina dengan suara pelan. Tanpa ragu, Jihan membantu Rina berdiri, walaupun terlihat kesulitan. “Tenang saja, Rina. Aku akan membantumu,” katanya sambil menahan rasa sakit di pergelangan tangannya.

Jihan menggendong Rina ke ruang kesehatan, di mana mereka mendapatkan pertolongan. Di sana, Jihan duduk di samping Rina, menghiburnya dengan cerita lucu dan mengalihkan perhatiannya dari rasa sakit. “Kau tahu, Rina, saat kita tampil di festival, semua orang akan terpesona dengan penampilan kita. Kita harus memberi yang terbaik, kan?” Rina tersenyum tipis, merasa beruntung memiliki sahabat seperti Jihan.

Setelah beberapa saat, Rina merasa lebih baik, dan mereka kembali ke panggung untuk menyaksikan festival seni yang telah dipersiapkan dengan baik. Jihan merasa bahagia melihat semua teman-teman dan siswa lainnya menari dan bernyanyi di panggung. Dia bersorak dan bertepuk tangan, merasakan euforia yang menyelimuti acara tersebut.

Malam itu, ketika Jihan pulang, dia merenungkan semua yang telah terjadi. Dia merasa bersyukur atas teman-temannya dan pengalaman hari itu. Kesabaran yang dia tunjukkan saat membantu Rina tidak hanya membuat sahabatnya merasa lebih baik, tetapi juga memperkuat ikatan persahabatan mereka. Dalam hati Jihan, dia tahu bahwa setiap tantangan yang dihadapi akan membawanya pada kebahagiaan dan pelajaran berharga.

Dengan semangat yang menggelora dan penuh harapan, Jihan bertekad untuk terus bersabar dan berbagi keceriaan dalam hidupnya. Dia percaya bahwa di balik setiap kesulitan, ada hikmah yang bisa diambil, dan dia siap untuk menjalani setiap perjalanan dengan senyuman.

Baca juga:  Keindahan Senja Dan Persahabatan: Kisah Nanda Yang Menginspirasi

 

Keceriaan Di Tengah Ujian

Hari-hari berlalu, dan Jihan merasa hidupnya semakin berwarna. Festival seni yang telah mereka adakan menjadi kenangan manis yang selalu teringat. Semua teman-teman Jihan merasa bangga, tidak hanya karena penampilan mereka yang luar biasa, tetapi juga karena kekompakan yang mereka tunjukkan saat bekerja sama. Namun, di balik keceriaan itu, tantangan baru menanti.

Tiba-tiba, semester baru dimulai dan Jihan menghadapi ujian akhir yang akan menentukan nilai-nilainya. Dia tahu bahwa ini adalah saat yang krusial, dan meskipun sudah berusaha belajar dengan giat, rasa cemas mulai menggelayuti pikirannya. “Jihan, jangan khawatir! Kamu pasti bisa! Kita semua belajar bersama, kan?” Tania menepuk bahunya dengan penuh semangat. Jihan tersenyum, berusaha menepis keraguan dalam hatinya. “Iya, kita bisa!”

Pada suatu malam, saat bulan bersinar terang, Jihan duduk di mejanya yang dipenuhi buku-buku dan catatan. Dia mengerjakan soal-soal latihan sambil mengingat setiap penjelasan yang diberikan oleh gurunya. Namun, saat mengerjakan, dia merasakan ketegangan. Satu demi satu soal terasa semakin sulit. “Apa aku akan bisa lulus?” gumamnya dalam hati.

Satu minggu sebelum ujian, Jihan mengajak teman-temannya untuk belajar bersama di rumahnya. “Ayo, teman-teman! Kita adakan belajar kelompok di rumahku. Semakin banyak yang belajar, semakin mudah kan?” Jihan mengajak dengan penuh antusias. Teman-temannya, Tania, Rina, dan beberapa lainnya menyambut ajakan itu dengan antusias.

Hari belajar bersama tiba. Mereka berkumpul di ruang tamu Jihan, dengan camilan dan minuman kesukaan mereka. Suasana menjadi ceria dengan tawa dan obrolan yang ramai. Namun, saat sesi belajar dimulai, Jihan merasa perhatiannya terpecah antara belajar dan menggoda teman-temannya. “Jangan lupa, kita ini belajar, bukan mengobrol!” Jihan berusaha mengingatkan.

Beberapa jam berlalu, dan mereka berhasil memecahkan banyak soal bersama. Jihan merasakan semangat yang membara, meskipun ada kalanya dia merasa kelelahan. “Kalau kita tetap semangat, pasti kita bisa menghadapi ujian ini dengan baik!” Jihan berteriak semangat. Teman-temannya pun menyemangatinya kembali.

Namun, satu malam sebelum ujian dimulai, Jihan merasa tidak enak badan. Dia terserang flu dan harus berbaring di tempat tidur. Meskipun tidak enak, Jihan tetap berusaha untuk bangkit. “Aku tidak bisa menyerah! Ujian tetap harus dihadapi!” ujarnya pada dirinya sendiri. Di tengah rasa sakit dan ketidaknyamanan, dia memutuskan untuk tetap belajar. Jihan duduk di meja belajar dengan selimut hangat yang membalut tubuhnya.

Dengan semangat yang tak kunjung padam, dia membaca buku pelajaran dengan seksama. Ketika ada materi yang sulit, Jihan tidak ragu untuk mengulangi sampai dia benar-benar mengerti. Rasa sabar yang tumbuh di dalam hatinya semakin menguatkan tekadnya untuk tidak menyerah.

Hari ujian pun tiba. Jihan berangkat ke sekolah dengan langkah pelan, perasaan cemas menyelimuti hatinya. Namun, saat tiba di sekolah dan bertemu dengan teman-temannya, dia merasakan dukungan yang kuat. “Jangan takut, Jihan! Kita semua ada di sini bersamamu!” Tania memeluknya erat.

Di dalam ruang ujian, Jihan mengambil napas dalam-dalam sebelum mengerjakan soal. Meskipun tubuhnya masih lemas, semangatnya tidak padam. Dengan penuh konsentrasi, dia mulai menjawab soal-soal yang ada. Rasa sabar dan usaha yang dia tunjukkan selama ini terbayar dengan setiap jawaban yang dituliskannya. Dia berusaha sebaik mungkin dan tidak membiarkan rasa sakit mengalahkan tekadnya.

Ketika waktu ujian habis, Jihan keluar dengan perasaan lega. Dia tidak yakin apakah semua jawabannya benar, tetapi dia merasa puas dengan usaha yang telah dia lakukan. “Aku sudah memberikan yang terbaik!” bisiknya pada dirinya sendiri.

Malam itu, Jihan kembali berkumpul dengan teman-temannya. Mereka merayakan hari ujian dengan makan pizza dan berbagi cerita lucu. Tawa dan keceriaan kembali memenuhi rumah Jihan. Di tengah semua itu, Jihan menyadari bahwa kebahagiaan tidak hanya datang dari hasil yang didapat, tetapi juga dari perjalanan yang telah dilalui bersama teman-teman.

Hari demi hari berlalu, dan akhirnya, hasil ujian pun diumumkan. Jihan dan teman-temannya berkumpul di sekolah dengan jantung berdebar. Saat namanya disebut dan hasilnya diumumkan, Jihan tidak bisa menahan air mata bahagianya. “Aku lulus! Kita semua lulus!” teriaknya sambil berpelukan dengan teman-temannya. Keceriaan memenuhi hati mereka, dan Jihan merasakan bahwa kesabaran dan usaha yang telah dia tunjukkan selama ini tidak sia-sia.

Dengan senyum lebar dan hati yang penuh rasa syukur, Jihan menyadari bahwa setiap tantangan yang dihadapi selama proses belajar telah mengajarinya arti sejati dari kebahagiaan dan persahabatan. Dia berjanji untuk selalu bersabar dan membagikan keceriaan kepada siapa pun yang membutuhkan. Di sinilah, dalam perjalanan yang penuh warna ini, Jihan menemukan bahwa kebahagiaan sejati datang dari dalam hati dan dari orang-orang terkasih di sekelilingnya.

 

Momen Tak Terduga

Setelah momen bahagia saat pengumuman hasil ujian, Jihan merasakan gelombang kebahagiaan yang tiada henti. Dia bertekad untuk merayakan kesuksesannya bersama teman-temannya dengan cara yang istimewa. “Kita harus merencanakan sesuatu yang luar biasa untuk merayakan kelulusan ini! Bagaimana kalau kita mengadakan piknik di taman?” usul Jihan dengan semangat. Teman-temannya setuju dan mulai mempersiapkan rencana tersebut.

Baca juga:  Cerpen Tentang Romantis: 3 Cerpen Romantis Terbaik untuk Menyentuh Perasaan Anda

Hari piknik tiba, dan cuaca sangat mendukung. Langit biru tanpa awan menghiasi hari yang cerah. Jihan dan teman-temannya berkumpul di taman, membawa berbagai makanan lezat seperti sandwich, kue, dan minuman segar. Suasana di taman penuh keceriaan; tawa dan canda mengisi udara, menciptakan momen yang akan selalu diingat.

Setelah menyusun tikar, Jihan membagikan makanan kepada teman-temannya. “Coba rasakan sandwich ini! Aku membuatnya sendiri!” katanya dengan bangga. Teman-temannya mengangguk dengan senyuman, menganggap usaha Jihan patut diapresiasi. “Kamu memang hebat, Jihan! Sandwich ini enak sekali!” puji Rina, menggigit sandwich yang Jihan buat. Kebahagiaan merekah di wajah Jihan, dan dia merasakan betapa berartinya momen ini.

Setelah makan, mereka memutuskan untuk bermain beberapa permainan di taman. Lari-lari kecil, bermain bola, hingga mengadakan lomba memanjat pohon. Keceriaan mengisi hati mereka, seolah semua beban hilang, dan hanya ada tawa serta canda. Jihan mengamati wajah-wajah teman-temannya yang berseri-seri. Dalam hati, dia berdoa agar momen ini tidak pernah berakhir.

Namun, di tengah keceriaan itu, mereka menyadari ada seorang anak kecil yang duduk sendirian di pinggir taman. Anak itu tampak sedih, dengan mata yang berkaca-kaca. Jihan merasa ada yang tidak beres dan mengajak teman-temannya untuk menghampiri anak tersebut. “Hai, kenapa kamu sendirian di sini?” tanya Jihan lembut. Anak itu menatap Jihan dengan ragu, lalu menjawab, “Aku kehilangan mainan, dan teman-temanku sudah pergi.”

Jihan merasa simpati. “Jangan khawatir! Kita bisa membantumu mencarinya!” ucapnya dengan ceria. Teman-temannya setuju dan mereka segera mulai mencari mainan yang hilang. Jihan dan teman-temannya berkeliling taman, bertanya kepada orang-orang di sekitar, dan menyusuri setiap sudut dengan harapan bisa menemukan mainan itu.

Sementara itu, Jihan merasakan rasa sabar yang tumbuh dalam hatinya. Dia tahu bahwa mencarikan mainan untuk anak kecil ini adalah hal kecil, tetapi bisa membuat perbedaan besar dalam harinya. Mereka terus mencari, hingga tak terasa waktu berlalu dan hari mulai menjelang sore.

Setelah beberapa saat mencari, mereka akhirnya melihat mainan yang dimaksud tergeletak di bawah sebuah bangku. Jihan berlari ke arah itu dan mengangkat mainan tersebut dengan penuh semangat. “Ini dia! Aku menemukannya!” teriak Jihan, wajahnya bersinar dengan kebahagiaan. Anak kecil itu berlari mendekat dan mengambil mainannya dengan tangan bergetar. “Terima kasih!” katanya sambil tersenyum lebar, menampakkan gigi-giginya yang kecil.

Melihat senyuman anak itu membuat hati Jihan bergetar. “Sama-sama! Jangan lupa, jika kamu merasa sedih lagi, kamu bisa datang ke sini dan bermain dengan kami!” Jihan mengajak, dan anak kecil itu mengangguk dengan penuh semangat. Teman-teman Jihan juga ikut tersenyum, merasakan kebahagiaan yang sama. Mereka menyadari bahwa dengan melakukan hal baik, mereka tidak hanya membantu orang lain, tetapi juga membuat diri mereka sendiri merasa bahagia.

Setelah membantu anak tersebut, Jihan dan teman-temannya kembali ke tikar mereka. Mereka duduk dengan nyaman, menikmati sisa waktu piknik dengan cerita-cerita lucu dan kenangan indah. Jihan merasa bahwa hari itu menjadi salah satu hari terbaik dalam hidupnya, bukan hanya karena merayakan kelulusan, tetapi juga karena bisa berbagi kebaikan.

Malam harinya, ketika Jihan pulang ke rumah, dia merenung tentang semua yang telah terjadi. Dia merasa bangga akan apa yang telah mereka lakukan dan bertekad untuk terus menyebarkan kebaikan kepada orang lain. Kesabaran dan keceriaan yang dia tunjukkan, tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.

Dengan penuh harapan, Jihan menuliskan pengalamannya dalam jurnal. “Hari ini, aku belajar bahwa kesabaran dan kebaikan bisa mengubah dunia, bahkan hanya dengan tindakan kecil. Kebahagiaan sejati datang dari memberi, dan aku ingin terus berbagi keceriaan kepada semua orang.”

Jihan mengakhiri hari itu dengan senyuman, siap menghadapi hari-hari berikutnya dengan semangat dan optimisme. Dia tahu bahwa setiap perjalanan dalam hidupnya, baik atau buruk, selalu mengandung hikmah yang berharga.

 

Hikmah Dalam Kesabaran

Hari-hari berlalu, dan Jihan semakin merasakan dampak dari kebaikan yang telah dia sebar. Kebahagiaan yang dia temui dalam memberi mulai terasa lebih dalam, mengubah cara pandangnya terhadap hidup. Dia bertekad untuk meneruskan apa yang telah dimulai, bukan hanya di piknik itu, tetapi dalam setiap langkah kehidupannya. Dengan semangat baru, Jihan merencanakan sebuah kegiatan sosial di kampusnya.

Suatu pagi, saat Jihan duduk di kafe kecil di dekat kampus sambil menyeruput cokelat panas, dia terinspirasi untuk mengajak teman-temannya terlibat dalam sebuah proyek penggalangan dana. “Bagaimana jika kita mengadakan bazaar amal untuk membantu anak-anak di panti asuhan?” usulnya dengan bersemangat. Teman-temannya, Rina, Dani, dan Arif, mengangguk setuju, merasa antusias dengan ide tersebut. Keceriaan Jihan menular, dan mereka semua bersemangat merencanakan acara ini.

Baca juga:  Perjuangan Seorang Ibu: Kisah Haru Tentang Cinta, Pengorbanan, Dan Perubahan Anak

Mereka mulai mempersiapkan segalanya dengan teliti. Setiap sore, setelah kuliah, mereka berkumpul untuk merancang poster, menentukan jenis barang yang akan dijual, dan mencari sponsor. Proses ini tidak selalu mudah; terkadang mereka harus berdebat mengenai ide-ide dan mengatasi ketegangan ketika jadwal kuliah dan aktivitas lainnya bertabrakan. Namun, Jihan selalu berusaha untuk bersabar, meyakinkan teman-temannya bahwa setiap usaha akan membuahkan hasil. “Kita pasti bisa melakukannya. Yang terpenting adalah kita bersatu dan saling mendukung,” kata Jihan dengan penuh keyakinan.

Setelah beberapa minggu persiapan, hari bazaar akhirnya tiba. Cuaca cerah dan hangat, menambah semangat mereka untuk menjual barang-barang yang telah dikumpulkan. Jihan dan teman-temannya bangga menata meja mereka yang dipenuhi dengan berbagai barang bekas yang masih layak pakai—pakaian, buku, mainan, dan kerajinan tangan. Senyum ceria mengembang di wajah Jihan saat melihat kerumunan orang mulai berdatangan.

“Selamat datang! Ayo bantu kami untuk membantu anak-anak di panti asuhan!” Jihan menyapa pengunjung dengan antusias. Suaranya yang ceria menarik perhatian banyak orang, dan perlahan-lahan meja mereka mulai ramai. Jihan dan teman-temannya tak henti-hentinya menawarkan barang-barang mereka dengan semangat, menjelaskan dengan detail tentang setiap barang yang dijual.

Seiring berjalannya waktu, penjualan semakin ramai. Jihan merasa bahagia melihat banyak orang berkontribusi untuk tujuan mulia ini. Meskipun ada saat-saat sulit ketika barang-barang tertentu tidak laku terjual, Jihan tetap sabar dan positif. “Kita sudah melakukan yang terbaik. Yang terpenting adalah kita telah berusaha dan menunjukkan bahwa kita peduli,” ucapnya kepada teman-temannya.

Di tengah hiruk-pikuk bazaar, Jihan melihat seorang ibu tua yang duduk di tepi jalan, menatap bazaar dengan penuh harap. Tanpa berpikir panjang, Jihan mendekatinya. “Halo, Ibu! Apakah Anda ingin melihat barang-barang yang kami jual?” tanyanya dengan lembut. Ibu itu tersenyum, tetapi matanya tampak sedih. “Saya tidak punya uang, Nak, tapi saya ingin membantu anak-anak di panti asuhan,” jawabnya.

Dari sinilah Jihan merasa tersentuh. Dia meraih tangan ibu itu dan berkata, “Ibu bisa membantu dengan cara lain, misalnya, dengan menyebarkan informasi tentang bazaar ini kepada teman-teman Ibu. Setiap dukungan itu berarti!” Wajah ibu itu bersinar, dan dia berjanji akan menyebarkan kabar baik kepada orang lain. Jihan tersenyum bangga, merasakan bahwa setiap tindakan kecil bisa membawa perubahan.

Setelah beberapa jam, bazaar mencapai puncaknya. Jihan dan teman-temannya akhirnya bisa menghitung uang yang terkumpul. Hasilnya luar biasa! Mereka berhasil mengumpulkan lebih banyak dari yang mereka harapkan. Dalam hati, Jihan sangat bersyukur. Dia tidak hanya senang karena bisa membantu, tetapi juga karena pengalaman ini semakin mengikat persahabatan mereka.

Malam harinya, setelah membersihkan area bazaar, Jihan berkumpul dengan teman-temannya di sebuah kafe. Mereka merayakan keberhasilan ini dengan makan malam bersama. “Kalian luar biasa! Aku sangat bangga bisa bekerja sama dengan kalian,” Jihan mengungkapkan rasa terima kasihnya. Rina dan yang lainnya mengangguk, merasakan kebahagiaan yang sama.

Di tengah tawa dan cerita, Jihan merasakan kembali momen-momen indah ketika mereka saling mendukung dan bersabar dalam menghadapi setiap tantangan. Dalam perjalanan hidupnya, Jihan belajar bahwa kesabaran dan kebahagiaan bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk berbagi dengan orang lain. Kesuksesan bukan hanya tentang apa yang dicapai, tetapi juga tentang bagaimana kita dapat membawa kebahagiaan bagi orang lain di sekitar kita.

Saat malam beranjak, Jihan pulang ke rumah dengan hati penuh rasa syukur. Dia menatap bintang-bintang di langit, merenungkan betapa indahnya hidup ini ketika dia memiliki kesempatan untuk memberi. Jihan bertekad untuk terus menyebarkan kebaikan dan bersabar dalam setiap langkahnya. Dia percaya, setiap pengalaman hidup yang dia jalani adalah pelajaran berharga, yang akan membentuk dirinya menjadi lebih baik.

Dengan penuh harapan, Jihan mengakhiri hari itu, siap menghadapi tantangan baru yang akan datang, berbekal kesabaran, kebahagiaan, dan semangat berbagi. Dia tahu bahwa di dalam setiap perjalanan, ada hikmah yang menunggu untuk ditemukan.

 

 

Dalam perjalanan hidup Jihan, kita diajarkan bahwa kesabaran bukan hanya tentang menunggu, tetapi tentang bagaimana kita menjalani setiap momen dengan penuh makna. Kebahagiaan yang dihasilkan dari kesabaran dan kebaikan dapat mengubah hidup kita dan orang-orang di sekitar kita. Semoga kisah Jihan menginspirasi Anda untuk tetap bersabar, berbuat baik, dan menemukan kebahagiaan dalam setiap langkah yang Anda ambil. Terima kasih telah membaca, dan semoga Anda selalu menemukan hikmah dalam setiap pengalaman hidup Anda. Sampai jumpa di cerita selanjutnya, dan ingatlah, kebahagiaan sejati dimulai dari diri kita sendiri!

Leave a Comment