Perjuangan Humaira Mewujudkan Mimpi: Cerita Inspiratif Anak SMA Menuju Universitas Impian

Halo, Sahabat pembaca! Cerita ini menceritakan perjalanan Humaira, seorang gadis SMA yang penuh semangat dan tekad dalam mengejar impian untuk melanjutkan pendidikan ke universitas impiannya. Melalui kisah yang inspiratif, kita akan melihat bagaimana perjuangan, kerja keras, dan dukungan orang-orang terdekat mampu membawa Humaira meraih kebahagiaan. Cerita ini tidak hanya menggambarkan betapa pentingnya pendidikan, tetapi juga menekankan nilai-nilai seperti ketekunan dan optimisme dalam mencapai tujuan hidup. Simak kisah Humaira yang penuh inspirasi dan motivasi berikut ini!

 

Cerita Inspiratif Anak SMA Menuju Universitas Impian

Mimpi Yang Tertanam Sejak Dini

Sejak kecil, Humaira adalah gadis yang penuh dengan keceriaan. Rambutnya yang panjang tergerai selalu melambai saat ia berlari di halaman rumah, sementara matanya yang bersinar menunjukkan semangat yang tak pernah padam. Humaira tumbuh di tengah keluarga sederhana, namun penuh cinta. Kedua orang tuanya selalu mendorongnya untuk bermimpi besar, tak peduli apa pun tantangannya.

Suatu sore, saat Humaira berusia tujuh tahun, ia duduk di pangkuan ibunya yang sedang menjahit. Mereka berbincang ringan tentang sekolah, teman-teman, dan pelajaran yang disukai Humaira. Di sinilah awal mula impian itu muncul. Humaira ingat betul, ibunya menatapnya lembut dan berkata, “Nak, suatu hari kamu harus bisa masuk universitas. Pendidikan itu penting, dan kamu punya potensi besar.”

Kata-kata itu, meskipun sederhana, langsung menyentuh hati kecil Humaira. Sejak saat itu, ia bertekad. Di benaknya, universitas bukan hanya tempat belajar, tetapi juga pintu gerbang menuju impian besar. Ia membayangkan dirinya duduk di ruang kuliah yang besar, dengan buku-buku tebal di hadapannya dan para dosen yang bijaksana berbagi ilmu. Impian itu terasa begitu nyata, seakan ia bisa meraihnya jika ia terus bekerja keras.

Selama bertahun-tahun, Humaira tak pernah kehilangan fokus. Setiap harinya, ia selalu mendengarkan nasihat orang tua dan guru-gurunya dengan penuh perhatian. Setiap malam, meski tubuhnya lelah setelah bermain bersama teman-teman di sekolah, ia selalu menyempatkan diri untuk belajar. “Kalau aku terus begini, suatu hari nanti aku pasti bisa,” gumamnya dalam hati sambil menatap buku-bukunya yang penuh coretan warna-warni.

Namun, tidak semua hari dilalui dengan mudah. Ada saat-saat ketika Humaira merasa lelah dan hampir menyerah. Misalnya, saat ia gagal dalam ujian matematika di kelas lima. Ketika melihat nilai merah di kertas ujiannya, Humaira menangis sejadi-jadinya. Ia merasa mimpinya menjauh. Tapi saat itu, ibunya datang, memeluknya erat, dan berkata, “Kegagalan itu biasa, Humaira. Yang penting kamu bangkit lagi. Kamu sudah bekerja keras, dan aku yakin kamu bisa melakukannya.”

Kalimat itu adalah bahan bakar bagi semangat Humaira yang hampir padam. Dengan tekad baru, ia bangkit dan mulai belajar lebih giat lagi. Dia tahu bahwa perjuangan bukanlah jalan yang lurus tanpa hambatan. Ada liku-liku yang harus ia hadapi, tetapi selama ada kemauan dan usaha, ia yakin akan mencapai tujuan.

Waktu berlalu begitu cepat. Humaira terus tumbuh menjadi remaja yang penuh semangat. Di sekolah, ia dikenal sebagai murid yang cerdas dan selalu bersemangat untuk belajar. Gurunya sering berkata bahwa Humaira memiliki potensi besar, dan teman-temannya pun selalu mendukung. Mereka sering bercanda, “Humaira, kalau kamu sudah jadi mahasiswa nanti, jangan lupakan kami, ya!”

Cita-cita Humaira tidak hanya sebatas masuk universitas. Ia ingin lebih dari itu. Ia ingin menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi keluarganya. Setiap kali ia melihat wajah lelah ayahnya yang bekerja keras sebagai tukang kayu, ia selalu berjanji dalam hati, “Aku akan berhasil, Ayah. Aku akan membuatmu bangga.”

Mimpi itu kini semakin kuat tertanam. Meski masih berada di bangku SMA, Humaira tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Setiap langkah yang ia ambil, setiap pelajaran yang ia pelajari, semuanya dilakukan dengan satu tujuan: melanjutkan pendidikan ke universitas.

Pada malam-malam tertentu, Humaira suka duduk di balkon rumahnya, menatap bintang-bintang yang bersinar di langit. Di sana, ia sering merenung tentang masa depan. “Bintang-bintang itu seperti impianku,” pikirnya. “Jauh, tapi indah. Aku hanya perlu terus mengejar.”

Dan dengan tekad yang tak pernah padam, Humaira yakin bahwa impian yang tertanam sejak kecil itu akan menjadi kenyataan. Dengan senyum bahagia dan keyakinan dalam hati, ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, tapi ia siap untuk menghadapi segala tantangan di depannya. Karena baginya, pendidikan adalah kunci menuju masa depan yang cerah, dan ia akan berjuang sekuat tenaga untuk meraihnya.

 

Langkah Kecil Menuju Impian

Hari-hari Humaira di bangku SMA semakin sibuk. Di tengah kesibukannya belajar, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Di sekolahnya, Humaira dikenal sebagai sosok yang ceria dan penuh semangat. Bukan hanya prestasi akademiknya yang membuatnya dikenal, tetapi juga kepeduliannya terhadap teman-teman dan lingkungannya. Ia sering menjadi tempat curhat bagi teman-temannya yang kesulitan, karena semua orang tahu, Humaira selalu punya solusi, atau setidaknya, ia mendengarkan dengan sepenuh hati.

Baca juga:  Cerpen Tentang Impian: Kisah Remaja Meraih Mimpi

Di salah satu hari yang cerah, sekolah mengadakan acara bazar amal. Kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan dana bagi anak-anak yang kurang beruntung agar bisa mendapatkan akses pendidikan. Tanpa ragu, Humaira langsung mendaftar sebagai salah satu panitia. Baginya, kegiatan ini bukan hanya tentang membantu orang lain, tetapi juga menjadi kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang kerjasama dan kepemimpinan. “Aku ingin memberikan sesuatu untuk orang lain, seperti aku mendapat begitu banyak dari orang-orang di sekitarku,” gumamnya dalam hati saat mengisi formulir pendaftaran.

Hari pertama persiapan bazar dimulai dengan rapat panitia. Suasana di ruang rapat penuh dengan energi positif. Setiap orang punya peran masing-masing, dan Humaira ditugaskan untuk mengurus bagian penjualan buku bekas. Meski terdengar sederhana, tugas ini ternyata cukup menantang. Humaira harus mengumpulkan buku dari berbagai sumber, menatanya, dan kemudian mempromosikan penjualan kepada siswa-siswa lain. Ini adalah pengalaman baru bagi Humaira, namun ia tak gentar. Baginya, ini adalah salah satu langkah kecil menuju impian besarnya, menjadi seseorang yang bisa memberi dampak positif bagi banyak orang.

Setiap hari sepulang sekolah, Humaira berkeliling rumah-rumah temannya untuk mengumpulkan buku bekas yang masih layak dijual. Bersama beberapa anggota timnya, mereka menyusun buku-buku tersebut di sebuah stan yang sederhana namun penuh semangat. Tak jarang, Humaira harus begadang untuk merapikan daftar buku, menuliskan harga, dan menyiapkan promosi kecil-kecilan di media sosial sekolah. Meski lelah, senyumnya tetap terpancar. “Ini semua untuk pendidikan,” ucapnya sambil menempelkan poster di dinding stan.

Hari bazar pun tiba. Sekolah dipenuhi oleh pengunjung, baik siswa, guru, maupun orang tua. Humaira merasa sedikit gugup, namun kegembiraan dan semangatnya mengalahkan rasa cemas itu. Dengan penuh percaya diri, ia mengajak setiap orang yang lewat untuk melihat-lihat buku-buku di stan yang ia kelola. “Ayo, beli buku-buku ini! Setiap pembelian, kalian membantu teman-teman kita yang membutuhkan,” ucapnya dengan senyum ceria kepada para pengunjung.

Keberanian Humaira berbicara di depan banyak orang ternyata membuahkan hasil. Stan buku yang ia kelola menjadi salah satu yang paling ramai dikunjungi. Bahkan, banyak siswa dan guru yang memuji cara Humaira dan timnya dalam mengelola penjualan buku. “Kamu hebat, Humaira! Aku nggak nyangka kamu bisa seaktif ini,” puji salah satu gurunya. Humaira hanya tersenyum, merasa bahwa segala usaha kerasnya selama ini terbayar dengan kebahagiaan orang lain.

Di tengah hiruk-pikuk bazar, seorang teman mendekati Humaira. “Humaira, gimana caranya kamu selalu bisa semangat? Aku sering merasa capek banget, kadang pengen nyerah,” keluh temannya. Humaira, yang sedang menata buku, tersenyum dan menjawab, “Aku juga capek, kok. Tapi setiap kali aku mau menyerah, aku ingat lagi apa tujuan aku. Aku pengen masuk universitas, pengen bantu orang banyak, dan pengen buat keluargaku bangga. Itu yang selalu bikin aku bangkit lagi.”

Jawaban sederhana itu membuat temannya tersenyum dan merasa termotivasi. “Kamu bener, ya. Kadang aku terlalu fokus sama kesulitan, lupa sama tujuan besar kita.” Mereka berdua tertawa bersama, lalu kembali bekerja di stan masing-masing. Bagi Humaira, momen seperti ini selalu menguatkan tekadnya. Ia bukan hanya berjuang untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang-orang di sekitarnya.

Setelah bazar selesai, hasil yang didapat ternyata luar biasa. Penjualan buku berhasil mengumpulkan dana yang cukup besar, dan Humaira merasa sangat bangga bisa menjadi bagian dari kegiatan tersebut. Namun, bukan hanya uang yang terkumpul yang membuatnya bahagia, tetapi juga pelajaran penting yang ia dapatkan. Bahwa setiap langkah kecil yang ia ambil, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh dedikasi, bisa membawa dampak besar bagi orang lain.

Sepulangnya dari bazar, Humaira duduk di teras rumah sambil merenung. Angin malam yang sejuk mengelus wajahnya, membuatnya merasa tenang setelah hari yang begitu panjang. Ia tahu bahwa perjalanan menuju universitas impiannya masih panjang, tetapi ia yakin. Setiap kegiatan, setiap perjuangan kecil seperti bazar ini, adalah bagian dari perjalanan besar itu.

“Dengan semangat dan kerja keras, aku pasti bisa,” pikirnya. Humaira memejamkan mata sejenak, membayangkan dirinya di kampus impiannya, belajar, bertemu teman-teman baru, dan mengejar impian yang lebih besar lagi. Dan di sana, ia melihat dirinya tersenyum senyum bahagia, penuh kemenangan atas setiap perjuangan yang telah ia lewati.

 

Tembok Penghalang Dan Semangat Pantang Menyerah

Hari-hari menjelang ujian masuk universitas semakin dekat, dan Humaira merasakan tekanan yang lebih besar daripada sebelumnya. Ia tahu, ini adalah kesempatan besar untuk mencapai impiannya, dan ia tidak ingin melewatkan satu pun momen untuk belajar. Namun, di balik tekadnya yang kuat, ada rasa lelah dan khawatir yang mulai merayap di hatinya. Malam-malam panjang dihabiskannya dengan menumpuk buku-buku di meja belajarnya, mengerjakan latihan soal, dan merevisi pelajaran-pelajaran yang akan diujikan. Setiap pagi, ia tetap tersenyum di depan teman-temannya, menyembunyikan segala kecemasannya.

Baca juga:  Cerpen Tentang Kerasnya Hidup: Kisah Inspirasi Sasa

“Humaira, kamu nggak kelihatan capek ya? Aku aja udah pengen nyerah belajar,” kata Ayu, salah satu sahabatnya, saat mereka sedang duduk di kantin sekolah.

Humaira tersenyum, meski di dalam hatinya ia merasa lelah. “Nggak kok, Ayu. Kita pasti bisa, asal kita tetap berusaha. Nanti kalau udah keterima di universitas impian, semua ini bakal terbayar,” jawabnya dengan semangat.

Hari itu, Humaira merasa ada yang berbeda. Ujian simulasi di sekolah berjalan tidak semulus yang ia harapkan. Ia merasa kesulitan mengerjakan beberapa soal, terutama soal matematika yang selalu menjadi tantangan baginya. Sesampainya di rumah, ia langsung merenung di kamarnya. “Apa aku terlalu percaya diri?” pikirnya, sambil menatap buku catatannya yang terbuka di meja belajar.

Tiba-tiba, air matanya mengalir. Meski ia selalu terlihat ceria dan tegar di depan teman-temannya, Humaira menyadari bahwa perjuangannya tidak mudah. Ada momen di mana ia merasa lemah, tidak yakin apakah usahanya akan cukup untuk mencapai apa yang ia inginkan. Tapi di saat-saat seperti inilah, Humaira selalu mengingat kembali tujuannya. Ia tidak ingin menyerah hanya karena satu kali kegagalan.

Keesokan harinya, Humaira bangun dengan tekad yang baru. Ia memutuskan untuk meminta bantuan. “Nggak ada salahnya kan minta tolong kalau emang butuh,” katanya kepada dirinya sendiri. Ia segera menghubungi guru bimbingan matematika di sekolah dan juga meminta bantuan dari Ayu, yang ternyata sangat jago dalam pelajaran tersebut.

“Aku siap bantuin kamu, Humaira! Nggak usah malu, kita kan sama-sama belajar,” kata Ayu dengan senyum semangat.

Humaira merasa sedikit lega. Ia tahu bahwa meski ia merasa tertekan, selalu ada orang-orang di sekitarnya yang siap mendukung. Malam itu, mereka berdua belajar bersama di rumah Humaira. Mereka mengerjakan soal-soal matematika yang rumit, dan Ayu dengan sabar menjelaskan langkah-langkahnya. Meski lelah, mereka tetap tertawa di sela-sela belajar, membuat suasana menjadi ringan dan menyenangkan.

Hari demi hari berlalu, dan Humaira mulai merasakan perubahan. Berkat bantuan dari Ayu dan ketekunannya, nilai-nilai ujian simulasi berikutnya mulai membaik. Ia semakin percaya diri dan semakin bersemangat untuk menghadapi ujian yang sesungguhnya. Di sela-sela belajarnya, ia tetap menyempatkan diri untuk bersantai sejenak, berjalan-jalan di taman atau menikmati secangkir teh hangat bersama keluarganya. Keseimbangan ini memberinya energi baru untuk terus maju.

Hingga suatu hari, ketika ia sedang belajar di perpustakaan, Humaira mendapat pesan dari salah satu universitas yang ia daftar. “Humaira, kamu lulus tahap seleksi berkas!” begitu isi pesannya. Humaira melompat dari kursinya, perasaan bahagia dan haru bercampur jadi satu. Ia langsung memberi tahu orang tuanya dan sahabat-sahabatnya.

“Alhamdulillah! Ini baru langkah pertama, tapi ini berarti banyak!” teriaknya penuh semangat saat berkumpul dengan teman-temannya setelah sekolah.

Teman-temannya langsung merayakan kabar tersebut dengan penuh suka cita. “Aku yakin kamu pasti bisa lolos sampai akhir, Humaira! Kamu selalu kerja keras,” kata salah seorang temannya sambil memberikan pelukan hangat.

Malam itu, setelah semua kegembiraan, Humaira duduk di kamarnya sambil menatap bintang di langit. Ia merasa sangat bersyukur. Meski masih ada ujian seleksi berikutnya yang harus dihadapi, ia merasa bahwa kerja keras dan perjuangannya mulai memberikan hasil. “Aku nggak akan menyerah. Ini baru awal dari perjalanan panjangku,” pikirnya sambil tersenyum. Langit malam terasa begitu indah, seolah memberi restu pada impian Humaira yang semakin mendekati kenyataan.

Dengan semangat yang baru, Humaira semakin giat belajar. Setiap kali ia merasa lelah atau putus asa, ia selalu mengingat momen-momen bahagia yang telah ia lalui bersama teman-teman dan keluarganya. Bagi Humaira, perjuangan ini bukan hanya tentang dirinya, tapi juga tentang orang-orang yang selalu mendukungnya tanpa henti. Dan itu membuat langkahnya semakin ringan, meski jalan di depan masih panjang.

Di saat-saat seperti ini, Humaira tahu bahwa keberhasilan bukan hanya soal kecerdasan, tapi juga soal semangat yang tak pernah padam. Ia sudah siap menghadapi apapun yang ada di depannya, karena ia tahu bahwa setiap perjuangan pasti akan membawa kebahagiaan pada akhirnya. “Aku pasti bisa,” gumamnya pelan sebelum akhirnya tertidur lelap, siap menyambut hari baru dengan semangat yang sama besar.

 

Mimpi Yang Menjadi Nyata

Pagi itu, Humaira terbangun dengan perasaan yang berbeda. Udara sejuk menerpa wajahnya ketika ia membuka jendela kamarnya. Suara burung-burung berkicau di luar, menyambut hari yang cerah. Tapi bukan hanya cuaca yang membuatnya merasa istimewa. Hari ini adalah hari yang telah lama ia nantikan, hari di mana hasil ujian masuk universitas diumumkan. Setelah berbulan-bulan penuh perjuangan, kerja keras, dan ketekunan, hari ini ia akan mengetahui apakah mimpinya untuk melanjutkan pendidikan di universitas impiannya akan terwujud.

Jantung Humaira berdetak lebih kencang dari biasanya. Ia duduk di tepi tempat tidurnya, menggenggam erat ponselnya. Sejenak ia menatap layar, melihat notifikasi yang berisi pesan dari universitas. “Apakah aku siap untuk ini?” gumamnya, mencoba menenangkan diri. Meski rasa cemas menyelimutinya, ia tahu bahwa apapun hasilnya, ia sudah memberikan yang terbaik.

Baca juga:  Cerpen Tentang Bunga Miana: Kisah Bunga Miana Mengubah Hidup Manusia

Dengan napas yang sedikit tertahan, Humaira membuka pesan tersebut. Matanya bergerak cepat membaca baris demi baris. Dan di sana, tertulis jelas bahwa ia diterima di universitas yang ia impikan! Seketika, matanya membesar, senyum lebarnya terbentuk, dan tanpa sadar ia melompat dari tempat tidur. “Aku diterima! Alhamdulillah!” teriaknya penuh kebahagiaan.

Air mata bahagia mengalir di pipinya. Ini adalah momen yang telah ia impikan sejak lama, dan kini mimpi itu menjadi kenyataan. Ia langsung berlari ke ruang tamu, di mana orang tuanya sedang duduk menikmati sarapan pagi. “Ibu, Ayah, aku diterima!” teriaknya sambil menunjukkan pesan di ponselnya.

Ibu Humaira yang sedang memegang cangkir teh, langsung menaruhnya dan memeluk putrinya erat-erat. “Alhamdulillah, nak! Ibu tahu kamu pasti bisa. Kamu bekerja sangat keras untuk ini,” ucap ibunya dengan penuh haru. Ayahnya pun bangkit dari kursinya, ikut memeluk mereka berdua. “Kamu membuat kami bangga, Humaira. Kami tahu ini baru awal perjalananmu, tapi kamu sudah membuktikan bahwa kerja keras dan ketekunan itu akan selalu berbuah manis.”

Momen itu terasa begitu hangat dan penuh cinta. Humaira merasa semua perjuangan yang ia lalui sepadan dengan kebahagiaan yang ia rasakan saat ini. Setelah momen haru bersama keluarganya, ia segera mengambil ponselnya untuk memberi tahu kabar baik ini kepada teman-temannya. “Aku diterima di universitas impianku!” tulisnya dalam pesan grup. Tak butuh waktu lama, notifikasi mulai berdatangan dari teman-temannya, terutama dari Ayu.

“Aku tahu kamu pasti diterima! Selamat, Humaira! Kita harus merayakannya nanti!” balas Ayu dengan emoji kembang api dan hati.

Hari itu, Humaira tidak bisa berhenti tersenyum. Setiap kali ia teringat betapa keras usahanya selama ini, ia merasa sangat bangga pada dirinya sendiri. Ia ingat saat-saat ketika ia merasa putus asa, saat-saat di mana ia harus meminta bantuan orang lain, dan saat-saat di mana ia harus mendorong dirinya lebih keras dari sebelumnya. Semua momen itu mengajarkannya bahwa perjuangan bukanlah sesuatu yang mudah, tapi jika kita tetap fokus pada tujuan, kebahagiaan itu pasti akan datang.

Malam harinya, Ayu dan beberapa teman dekatnya datang ke rumah Humaira untuk merayakan kesuksesannya. Mereka membawa kue, balon, dan bahkan bunga untuknya. “Ini untuk merayakan kerja kerasmu, Humaira!” kata Ayu sambil memberikan sekotak kue kepada Humaira.

Humaira tertawa dan memeluk Ayu erat. “Terima kasih, Ayu. Kamu juga bagian besar dari ini semua. Aku nggak akan bisa sejauh ini tanpa bantuanmu,” kata Humaira tulus.

Malam itu dipenuhi tawa dan cerita-cerita lucu tentang masa-masa mereka belajar bersama. Mereka semua saling berbagi pengalaman dan bercanda tentang bagaimana mereka dulu panik menjelang ujian. “Ingat nggak, waktu kita belajar di perpustakaan dan kamu tiba-tiba ngomong sendiri karena terlalu stres?” kata salah satu teman mereka sambil tertawa.

“Ya ampun, itu benar-benar konyol!” sahut Humaira sambil menepuk dahinya. Suasana semakin meriah, dan Humaira merasa sangat bersyukur memiliki teman-teman yang selalu mendukungnya.

Setelah semua teman-temannya pulang, Humaira duduk di kamarnya sendirian. Ia menatap langit malam melalui jendela kamarnya, mengingat semua perjuangan yang telah ia lalui. “Ini baru awal,” pikirnya. Meski ia telah mencapai salah satu impian besarnya, Humaira tahu bahwa perjalanan ini masih panjang. Ada banyak tantangan baru yang menantinya di universitas nanti, tapi kali ini ia lebih siap. Ia lebih kuat, lebih percaya diri, dan lebih yakin bahwa tidak ada mimpi yang terlalu besar jika ia bersedia bekerja keras untuk mencapainya.

Dengan senyum penuh harapan, Humaira menutup matanya. Di dalam hatinya, ia merasa damai dan bahagia. Semua usaha, doa, dan dukungan dari orang-orang terdekatnya telah membawanya sampai ke titik ini. “Aku akan terus berjuang, apapun yang terjadi,” gumamnya pelan sebelum akhirnya tertidur lelap, siap menyambut babak baru dalam hidupnya dengan semangat yang sama besar.

Di balik kesuksesannya, Humaira telah belajar bahwa hidup bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga tentang menikmati setiap langkah dalam perjalanan itu. Dan bagi Humaira, ini adalah awal dari petualangan yang lebih besar, yang penuh dengan harapan, kebahagiaan, dan tentunya, perjuangan yang tak pernah padam.

 

 

Perjalanan Humaira menuju universitas impiannya menunjukkan bahwa dengan ketekunan, keyakinan, dan dukungan dari orang-orang terdekat, setiap mimpi bisa terwujud. Kisah ini mengingatkan kita bahwa perjuangan dalam mencapai tujuan hidup, terutama dalam bidang pendidikan, bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi selalu sepadan dengan hasil yang akan diraih. Semoga cerita Humaira ini bisa menginspirasi banyak pelajar untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah dalam meraih masa depan yang lebih baik. Terima kasih sudah membaca cerita ini. Semoga kisah Humaira bisa memberikan motivasi bagi kalian yang sedang berjuang meraih impian. Sampai jumpa di cerita inspiratif berikutnya!

Leave a Comment