Rahman Dan Kejutan Nakal: Cerita Lucu Dan Bahagia Dari Hari Penuh Keceriaan

Halo, Mari kita temukan bagaimana Rahman, seorang anak yang aktif dan ceria, menghadirkan kebahagiaan dan kenakalan dalam cerita ini! Dalam ‘Rahman dan Kejutan Nakal’, ikuti petualangan seru dan penuh tawa saat Rahman merancang prank lucu yang membuat teman-temannya tertawa terbahak-bahak. Dengan keceriaan yang tak terduga dan emosi yang beragam, cerpen ini menggambarkan betapa indahnya persahabatan dan keceriaan dalam setiap momen kehidupan. Bacalah kisahnya dan nikmati bagaimana kenakalan yang menyenangkan bisa membuat hari-hari kalian lebih berwarna!

 

Rahman Dan Kejutan Nakal

Misi Menembus Zona Terlarang

Di sebuah kota kecil yang penuh dengan kehangatan dan hiruk-pikuk, hidup seorang anak laki-laki bernama Rahman. Rahman adalah sosok yang dikenal di seluruh lingkungan karena kebandelannya yang tak terduga. Dengan senyuman lebar dan mata yang selalu penuh dengan rasa ingin tahu, dia adalah pusat perhatian di kalangan teman-temannya.

Pagi itu, Rahman bangun dengan penuh semangat, melompat dari tempat tidurnya dengan gaya yang khas. Ia mengenakan kaos bergambar superhero favoritnya dan celana pendek yang sedikit terlalu besar, membuatnya terlihat semakin ceria. Rahman sudah punya rencana besar untuk hari itu, sebuah rencana yang membuatnya tidak sabar untuk memulai petualangan barunya.

Rahman memandang ke luar jendela dan melihat teman-temannya sudah berkumpul di halaman depan rumahnya. Ada Danu, si pintar yang selalu membawa buku-buku tebal, dan Sari, yang dikenal karena kecintaannya pada boneka. Hari ini, Rahman telah merencanakan sesuatu yang besar menembus Zona Terlarang yang ada di belakang sekolah mereka. Zona Terlarang adalah area yang dilarang untuk anak-anak, sebuah area hutan kecil di belakang sekolah yang seringkali dipenuhi dengan cerita-cerita menakutkan dari orang dewasa.

“Ayo, guys, hari ini kita akan bikin sesuatu yang spektakuler!” seru Rahman dengan penuh semangat saat bergabung dengan teman-temannya. “Kita akan menjelajah Zona Terlarang dan menemukan harta karun yang tersembunyi di sana!”

Teman-temannya memandang Rahman dengan campuran rasa takut dan antusiasme. “Apa sih yang ada di sana? Kenapa kita harus pergi ke tempat yang dilarang?” tanya Sari dengan wajah penuh kecemasan.

Rahman hanya tersenyum lebar dan mengedipkan mata. “Itu dia yang bikin seru! Kita nggak tahu apa yang bakal kita temuin di sana. Dan kalau kita berhasil, kita bisa jadi pahlawan di sekolah ini!”

Dengan semangat membara, mereka bertiga memulai perjalanan menuju Zona Terlarang. Rahman memimpin di depan, langkahnya cepat dan penuh energi. Sementara itu, Danu dan Sari mengikuti di belakang dengan rasa was-was namun tetap bersemangat.

Saat mereka sampai di batas Zona Terlarang, mereka melihat rimbunnya pepohonan dan semak-semak yang tampak seperti labirin hijau yang menakutkan. Rahman tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Dia malah melompat ke dalam hutan dengan gaya lincahnya, memotivasi teman-temannya untuk mengikuti.

“Mari kita lihat apa yang ada di dalamnya!” Rahman berteriak penuh semangat, suaranya penuh dengan keceriaan dan keberanian. “Siapa tahu kita bisa menemukan sesuatu yang sangat berharga!”

Danu dan Sari akhirnya mengumpulkan keberanian mereka dan mengikuti Rahman. Mereka memasuki hutan dengan hati-hati, saling berpegangan tangan untuk merasa lebih aman. Namun, di tengah perjalanan, mereka menemukan sesuatu yang mengejutkan—sebuah jembatan gantung yang rapuh di atas aliran sungai kecil.

Tanpa ragu, Rahman melangkah ke jembatan gantung dengan gaya berani. Jembatan itu bergetar di bawah kakinya, dan setiap langkahnya membuat Danu dan Sari merasa semakin cemas. Tapi Rahman terus maju, memotivasi mereka untuk mengikuti. “Ayo, kalian bisa! Jembatannya cuma sedikit goyang, tapi kita bisa melaluinya!”

Dengan hati-hati, teman-temannya mengikuti Rahman menyeberangi jembatan gantung. Mereka semua menahan napas saat jembatan bergetar dan bergoyang. Akhirnya, mereka mencapai sisi lain sungai dengan selamat, tertawa lega dan merasa bangga atas pencapaian mereka.

Di sisi lain jembatan, mereka menemukan sebuah gua kecil dengan pintu gerbang yang tampak tua dan berkarat. Rahman, dengan mata berbinar, segera mendekati pintu itu. “Ini pasti tempatnya! Kita harus masuk dan lihat apa yang ada di dalamnya.”

Ketika mereka membuka pintu gua, mereka menemukan sebuah ruangan kecil dengan kotak kayu tua yang penuh dengan barang-barang aneh dan menarik. Rahman mengeluarkan kotak itu dengan hati-hati, dan mereka semua membuka isi kotak tersebut dengan rasa penasaran yang tinggi. Ternyata, di dalam kotak itu terdapat berbagai macam barang yang tampak seperti barang-barang bersejarah perhiasan tua, koin kuno, dan peta-peta lama.

“Kita benar-benar menemukan sesuatu yang menakjubkan!” seru Rahman dengan penuh kebanggaan. “Ini pasti harta karun yang hilang dari zaman dulu!”

Keceriaan dan rasa pencapaian meluap di wajah mereka. Rahman dan teman-temannya merasakan kegembiraan yang luar biasa, bukan hanya karena mereka berhasil menembus Zona Terlarang, tetapi juga karena mereka menemukan sesuatu yang tak terduga. Mereka pulang dengan cerita yang luar biasa dan kenangan yang tak akan terlupakan.

Bab pertama ini menutup dengan penuh keceriaan dan rasa bangga. Rahman dan teman-temannya telah menghadapi tantangan besar, dan mereka berhasil melaluinya dengan penuh semangat dan keberanian. Petualangan mereka baru saja dimulai, dan banyak lagi hal menarik yang akan mereka temui dalam perjalanan berikutnya.

Baca juga:  Bangga Menjadi Anak Indonesia: Kisah Tara Dan Kekuatan Dukungan Teman Dalam Menghadapi Kesulitan

 

Kejutan Di Tengah Hutan

Di hari berikutnya, Rahman dan teman-temannya, Danu dan Sari, masih bersemangat membicarakan petualangan mereka di Zona Terlarang. Rahman, dengan senyum lebar yang selalu menghiasi wajahnya, mengumpulkan teman-temannya di halaman belakang rumahnya, siap untuk merencanakan petualangan selanjutnya.

“Pagi ini, kita akan melanjutkan eksplorasi kita!” kata Rahman dengan penuh semangat. “Kita belum menjelajah sepenuhnya dan aku yakin ada lebih banyak hal menarik di hutan ini!”

Danu yang biasanya cenderung lebih berhati-hati, memandang Rahman dengan tatapan skeptis. “Tapi kita sudah menemukan harta karun kemarin. Mungkin kita harus berhati-hati. Lagipula, gua itu tampak sangat tua dan mungkin ada bahaya.”

Sari yang selalu ceria, menyela dengan senyum manis. “Aku setuju dengan Rahman! Petualangan selalu menyenangkan, dan siapa tahu apa yang bisa kita temukan hari ini.”

Rahman mengangguk penuh keyakinan. “Jangan khawatir, teman-teman. Kita akan lebih hati-hati kali ini. Dan jika ada masalah, kita bisa menghadapi bersama.”

Dengan semangat yang menyala, mereka bertiga memulai perjalanan mereka kembali ke Zona Terlarang. Rahman memimpin di depan, dengan langkah yang penuh energi dan antusiasme. Hutan pagi itu tampak berbeda udara segar dan sinar matahari yang menyaring melalui celah-celah pepohonan menambah semangat mereka.

Saat mereka melanjutkan perjalanan, Rahman menunjuk ke arah sebuah jalan setapak yang belum pernah mereka lewati sebelumnya. “Ayo, kita coba jalan ini. Mungkin ada sesuatu yang baru di sini!”

Mereka mengikuti jalan setapak yang semakin menyempit dan dikelilingi oleh semak-semak. Suara burung berkicau dan daun-daun yang bergetar di angin menambah suasana menjadi lebih hidup. Di tengah perjalanan, mereka menemukan sebuah papan kayu tua yang tampak seperti petunjuk arah dari masa lalu. Di atasnya tertulis, “Harta Terpendam di Bawah Pohon Raksasa.”

“Wow, ini pasti petunjuk!” kata Rahman, matanya berbinar penuh antusiasme. “Kita harus mencari pohon raksasa itu.”

Teman-temannya mengikuti dengan penuh rasa ingin tahu. Mereka berjalan lebih dalam ke dalam hutan, sambil mengamati setiap pohon yang mereka temui. Setelah beberapa waktu, mereka tiba di sebuah pohon besar dengan batang yang sangat lebar. Akar-akarnya menyebar seperti jari-jari raksasa, dan dahan-dahannya membentang tinggi ke langit.

“Ini pasti pohon raksasa yang dimaksudkan dalam petunjuk!” kata Rahman sambil tersenyum lebar. “Sekarang, mari kita cari harta terpendam di bawah pohon ini.”

Dengan penuh semangat, mereka mulai menggali di bawah pohon tersebut. Rahman memimpin dengan sekop kecil yang dibawanya, sementara Danu dan Sari membantu dengan antusiasme yang sama. Mereka menggali dengan penuh perhatian, menghapus tanah dengan hati-hati agar tidak merusak apa pun yang mungkin tersembunyi di bawahnya.

Tiba-tiba, saat Rahman menggali lebih dalam, sekopnya mengenai sesuatu yang keras. “Ayo, ini dia!” serunya, suaranya penuh dengan kegembiraan.

Mereka segera mengeluarkan benda tersebut dari lubang. Ternyata, itu adalah sebuah kotak kayu tua yang tertutup rapat dengan kunci kecil di atasnya. Rahman, dengan hati berdebar, membuka kunci kotak tersebut dan mengangkat penutupnya.

Di dalam kotak, mereka menemukan berbagai macam barang yang sangat menarik—koin-koin kuno, perhiasan yang berkilauan, dan sebuah buku tua dengan sampul yang usang. Rahman memegang buku itu dengan penuh rasa ingin tahu dan mulai membukanya.

“Bisa jadi ini adalah buku petunjuk atau catatan dari pemilik harta ini,” katanya dengan nada penuh misteri. “Mari kita lihat apa yang ada di dalamnya.”

Saat mereka membuka buku tersebut, mereka menemukan halaman-halaman yang penuh dengan tulisan tangan yang indah dan gambar-gambar yang tampak seperti peta dan catatan sejarah. Buku itu tampaknya mengisahkan tentang sejarah daerah tersebut dan beberapa petunjuk tentang tempat-tempat menarik lainnya.

Sari memandang Rahman dengan senyum lebar. “Ini luar biasa, Rahman! Kita benar-benar menemukan sesuatu yang berharga.”

Danu, yang awalnya ragu, kini juga tersenyum. “Ya, ini jauh lebih dari yang kita harapkan. Aku tidak sabar untuk melihat apa yang akan kita temukan selanjutnya.”

Rahman, dengan rasa bangga yang mendalam, menutup kotak dan memandang teman-temannya. “Kita telah melakukan pekerjaan yang hebat hari ini. Petualangan ini baru saja dimulai, dan aku yakin ada lebih banyak hal menarik yang akan kita temui.”

Ketiga sahabat itu pulang dengan hati yang penuh kebahagiaan dan rasa pencapaian. Mereka membawa pulang kotak kayu dan buku tua tersebut sebagai kenangan dari petualangan mereka yang menakjubkan. Malam itu, mereka berkumpul di rumah Rahman, duduk bersama sambil memeriksa barang-barang yang mereka temukan dan merencanakan petualangan selanjutnya.

Bab kedua ini menutup dengan penuh emosi dan keceriaan. Rahman dan teman-temannya telah menghadapi tantangan baru dan menemukan sesuatu yang lebih dari sekadar harta mereka menemukan kenangan indah dan kebersamaan yang akan selalu mereka hargai. Petualangan mereka akan terus berlanjut, dengan banyak kejutan dan keceriaan yang menanti di depan.

Baca juga:  Cerpen Tentang Putus Sekolah: Kisah Mengharukan Putus Sekolah

 

Rahman Dan Kejutan Tak Terduga

Hari itu, suasana di kota terasa lebih ceria dari biasanya. Rahman, yang biasanya dikenal karena kenakalannya, sedang merencanakan sebuah kejutan untuk sahabatnya, Danu, yang baru saja merayakan ulang tahunnya. Dengan senyum lebar yang tidak pernah pudar dari wajahnya, Rahman bertekad untuk memberikan kejutan yang tak terlupakan.

“Jangan bilang pada Danu apa pun, ya!” Rahman berpesan pada Sari saat mereka duduk di ruang tamu rumah Rahman, sambil mengatur rencana. “Aku ingin membuatnya terkejut dengan pesta ulang tahun yang spektakuler. Aku sudah menyiapkan segala sesuatunya, termasuk dekorasi dan makanan.”

Sari, yang juga tidak bisa menahan kegembiraannya, mengangguk. “Aku tidak sabar melihat wajah Danu nanti. Pasti dia akan sangat senang!”

Dengan persiapan yang telah dilakukan dengan hati-hati, Rahman dan Sari mulai mengatur balon, spanduk, dan kue yang cantik di halaman belakang rumah Rahman. Sari membantu Rahman menghias dengan semangat, sambil sesekali tertawa terbahak-bahak setiap kali balon melayang ke arah yang tidak diinginkan. Mereka benar-benar berusaha keras untuk menciptakan suasana pesta yang meriah.

Ketika semua persiapan hampir selesai, Rahman memeriksa jam di tangannya. “Waktunya semakin dekat. Danu akan segera datang!”

Rahman dan Sari bersembunyi di balik tirai, bersiap untuk memberikan kejutan. Rahman menahan napas, matanya penuh antisipasi, sementara Sari terlihat cemas tapi penuh semangat. Mereka mendengar suara langkah kaki mendekat dan suara tertawa Danu. Rahman mengisyaratkan kepada Sari untuk siap-siap.

“Selamat ulang tahun, Danu!” teriak Rahman dan Sari bersamaan saat Danu membuka pintu halaman belakang dan terkejut melihat semua dekorasi dan kue yang indah. Wajah Danu langsung cerah dengan ekspresi bahagia dan tidak percaya.

“Rahman! Sari! Kalian benar-benar membuat kejutan!” teriak Danu dengan penuh kegembiraan.

Rahman merangkul Danu dengan erat. “Selamat ulang tahun, sahabatku! Aku harap kamu suka dengan pesta ini. Aku tahu kamu pasti senang, dan aku senang bisa merayakannya bersama.”

Pesta berjalan sangat meriah dengan tawa, permainan, dan berbagai hidangan lezat. Rahman, sebagai tuan rumah, memastikan semua tamu merasa nyaman dan terhibur. Dia bahkan melakukan beberapa aksi lucu, seperti menari dengan gaya konyol yang membuat semua orang tertawa terbahak-bahak.

Di tengah-tengah pesta, Rahman mengundang Danu dan Sari untuk bermain permainan yang telah dia rencanakan—“Berburu Harta Karun di Halaman”. Rahman dengan penuh semangat menyebar petunjuk-petunjuk di seluruh halaman, masing-masing petunjuk mengarah pada hadiah kecil dan kejutan yang menarik.

Danu dan Sari mengikuti petunjuk dengan semangat, saling bekerja sama untuk memecahkan teka-teki yang ada. Rahman melihat dengan bangga saat mereka menemukan hadiah pertama, sebotol permen berwarna-warni, dan melanjutkan pencarian mereka dengan lebih antusias. Setiap kali mereka menemukan hadiah, Rahman akan memberi mereka clue untuk hadiah berikutnya, sambil tersenyum lebar.

Puncak kejutan datang saat mereka menemukan hadiah terakhir sebuah kotak yang berisi foto-foto kenangan mereka selama bertahun-tahun dan sebuah surat dari Rahman yang berisi ungkapan terima kasih dan harapan untuk persahabatan mereka di masa depan. Danu membaca surat tersebut dengan mata berkaca-kaca, merasa sangat tersentuh.

“Terima kasih banyak, Rahman,” kata Danu dengan suara yang penuh haru. “Ini adalah salah satu hari terbaik dalam hidupku. Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti kalian.”

Rahman memeluk Danu dan Sari, senyum lebar tidak pernah hilang dari wajahnya. “Aku sangat senang kamu menyukainya, Danu. Aku hanya ingin membuat hari ini spesial untukmu. Kamu pantas mendapatkan yang terbaik.”

Pesta berakhir dengan penuh kebahagiaan. Rahman, Danu, dan Sari duduk di teras rumah, sambil menikmati sisa-sisa makanan dan bercerita tentang petualangan mereka. Mereka saling berbagi tawa dan kenangan, menyadari betapa berartinya persahabatan mereka.

Dengan malam yang semakin larut, Rahman merasa puas. Dia tahu bahwa kenakalan dan keceriaan yang dia bagikan dengan teman-temannya bukan hanya sekadar permainan, tetapi juga bagian dari cara dia menunjukkan betapa dia menghargai mereka. Malam itu, Rahman merasa lebih dekat dengan sahabatnya dan lebih bahagia dari sebelumnya.

Bab ketiga ini adalah tentang kegembiraan dan kenakalan yang berpadu dalam sebuah kejutan yang penuh emosi. Rahman, dengan semangat dan kreativitasnya, berhasil membuat ulang tahun Danu menjadi hari yang tak terlupakan, menunjukkan bahwa kebahagiaan dan persahabatan sejati terletak pada hal-hal sederhana yang kita lakukan untuk orang-orang yang kita cintai.

 

Rencana Menghadapi Kesalahan

Keceriaan masih menyelimuti rumah Rahman setelah pesta ulang tahun Danu. Namun, di balik semua tawa dan kebahagiaan, ada sebuah rencana kenakalan yang tak terduga yang menunggu untuk dilaksanakan. Rahman, yang tak pernah bisa jauh dari ide-ide nakal, telah menyiapkan sesuatu yang akan membawa mereka semua pada petualangan seru dan sedikit kekacauan.

Di pagi hari setelah pesta, Rahman bangun lebih awal dari biasanya. Dengan mata berkilau penuh semangat, dia mulai mempersiapkan rencana nakalnya. Dia tahu bahwa hari ini akan menjadi hari yang sangat spesial karena dia berencana untuk menggoda teman-temannya dengan sebuah prank besar. Namun, seperti biasa, dia berusaha memastikan prank-nya tidak merugikan siapa pun dan tetap membawa tawa.

Baca juga:  Syakila: Kisah Keceriaan Dan Kebaikan Anak Berkebutuhan Khusus Yang Menginspirasi

Sementara itu, Danu dan Sari, yang baru saja selesai bersih-bersih setelah pesta, merasa penasaran mengapa Rahman tampak begitu bersemangat pagi ini. Mereka memutuskan untuk mengikuti Rahman, berpura-pura tidak tahu apa-apa. Rahman mengundang mereka untuk ikut bermain di taman dekat rumah, tanpa memberi tahu mereka tentang rencana sebenarnya.

Saat mereka tiba di taman, Rahman mengeluarkan sebuah kotak misterius dari dalam ranselnya. “Nah, teman-teman, aku punya sesuatu yang spesial untuk kita coba hari ini. Tapi, kita harus bermain sebuah permainan dulu. Siapa yang kalah akan mendapatkan ‘hadiah’ dari kotak ini,” kata Rahman dengan senyum nakal yang mengembang di wajahnya.

Danu dan Sari terlihat agak curiga tapi sangat antusias. Mereka setuju untuk bermain permainan “Tebak Barang” yang Rahman rancang. Permainan ini melibatkan memasukkan tangan ke dalam kotak tanpa melihat isinya dan menebak apa yang ada di dalamnya. Rahman, tentu saja, sudah menyiapkan barang-barang yang mengejutkan dari mainan karet berbentuk ular hingga benda-benda lucu yang membuat mereka semua tertawa.

Permainan dimulai dengan keceriaan dan gelak tawa. Rahman dengan penuh semangat memasukkan barang-barang ke dalam kotak, dan setiap kali teman-temannya merasa bingung atau terkejut, dia akan menambah barang yang semakin lucu dan mengejutkan. Di tengah permainan, Danu yang biasanya tenang tidak bisa menahan tawa ketika dia menyentuh benda berbentuk ular karet yang bergerak saat disentuh.

“Ini pasti salah satu prank terbaik yang pernah aku alami,” kata Danu sambil tertawa terbahak-bahak.

Saat permainan berlanjut, Rahman merasakan bahwa hari ini semakin seru. Dia merasa puas melihat teman-temannya begitu bahagia dan terhibur. Tapi, dia tahu bahwa prank terakhirnya, yang lebih besar, masih menunggu untuk dilakukan.

“Sekarang, waktunya untuk hadiah spesial!” Rahman berkata dengan nada misterius. Dia membuka kotak besar yang telah disiapkannya dan mengeluarkan sebuah benda besar berbalut kain hitam. Ketika kain hitam itu dibuka, ternyata itu adalah sebuah bantal besar berbentuk karakter kartun lucu. Rahman menjelaskan bahwa dia sudah menyiapkan bantal-bantal lucu ini untuk dibagikan kepada mereka sebagai hadiah perayaan dan untuk menambah kebahagiaan.

Namun, sebelum mereka sempat menyadari, Rahman tiba-tiba melepaskan segerombolan balon air dari dalam tasnya yang tersembunyi di balik pohon. Balon-balon air itu melayang di udara dan mengenai mereka semua. Kejutan tersebut membuat Danu dan Sari terkejut dan tertawa tak berhenti, sementara Rahman berlari menghindari balon yang dilemparkan oleh teman-temannya sebagai balasan.

“Rahman! Kamu benar-benar nakal!” teriak Sari sambil tertawa, sementara Danu berusaha mengejar Rahman dengan balon air di tangannya.

Akhirnya, mereka semua terlibat dalam perang balon air yang seru dan penuh tawa. Semua rasa penat dan stres setelah pesta sebelumnya seakan menghilang begitu saja. Rahman, Danu, dan Sari berlari, tertawa, dan bersenang-senang di bawah sinar matahari, mengabaikan semua kekacauan yang terjadi.

Saat matahari mulai tenggelam dan permainan balon air berakhir, mereka duduk bersama di atas rumput, semua basah kuyup tetapi bahagia. Rahman, dengan napas terengah-engah, duduk di tengah mereka, tersenyum puas.

“Terima kasih, teman-teman,” kata Rahman. “Ini adalah hari yang sangat spesial. Aku tidak akan pernah melupakan bagaimana kita semua bersenang-senang bersama. Kadang-kadang, kenakalan dan kegembiraan seperti ini membuat hidup terasa lebih berwarna.”

Danu dan Sari mengangguk setuju, sambil membersihkan sisa-sisa air dari pakaian mereka. “Kamu benar, Rahman. Ini adalah salah satu hari terbaik yang pernah kita alami. Kenakalanmu memang luar biasa, tapi itu juga yang membuat hari ini sangat berkesan.”

Dengan matahari yang mulai tenggelam di ufuk barat, mereka berdiri bersama, merangkul satu sama lain. Hari itu, mereka tidak hanya merayakan ulang tahun Danu, tetapi juga merayakan persahabatan yang indah dan penuh warna. Kenakalan Rahman membawa mereka pada hari yang penuh tawa dan kebahagiaan, dan mereka tahu bahwa momen-momen seperti ini akan selalu dikenang sebagai bagian dari kenangan indah dalam hidup mereka.

 

 

Di akhir hari yang penuh tawa dan kejutan, Rahman dan teman-temannya duduk bersama di taman, mengenang kembali semua momen lucu yang mereka alami. Meski kadang-kadang kenakalan bisa membuat kepala pusing, namun kebahagiaan yang dibawanya jauh lebih besar. Dengan senyum di wajah mereka, mereka sepakat bahwa hari ini adalah salah satu yang terbaik dalam hidup mereka. Cerita tentang Rahman dan kejutan nakalnya mengajarkan kita bahwa di balik setiap prank dan kekacauan, ada kekuatan persahabatan dan keceriaan yang membuat hidup lebih berwarna. Dan seperti Rahman, kita semua bisa menemukan kebahagiaan dalam keaktifan dan keceriaan sehari-hari.

Leave a Comment