Cobaan Tak Terduga
Hidup Sulaiman telah menjadi arena pertempuran melawan waktu. Setelah badai yang menghancurkan rumah mereka, mereka kini terpaksa menetap di tenda darurat yang disediakan oleh pemerintah desa. Namun, cobaan belum berakhir baginya.
Ketika cahaya mentari mulai menyapa pagi itu, kekhawatiran menyelinap masuk ke hati Sulaiman. Putranya yang tercinta, Rizal, yang tengah berjuang melawan cacar, tampak semakin lemah dari hari ke hari. Sulaiman dapat merasakan kepanikan memenuhi dadanya ketika melihat kulit Rizal dipenuhi oleh ruam-ruam merah yang gatal.
Meskipun pemerintah desa telah memberikan bantuan sembako, namun kebutuhan akan obat-obatan yang mahal untuk menyembuhkan Rizal semakin membuat beban hidup Sulaiman bertambah berat. Di samping itu, Sulaiman juga harus menjaga agar cucunya dan istrinya tidak tertular penyakit yang sama.
Setiap langkah yang diambilnya, setiap napas yang dihembuskannya, penuh dengan ketegangan dan kegelisahan. Ia berusaha keras untuk tetap kuat di depan keluarganya, tetapi di dalam hatinya, kekhawatiran dan rasa putus asa mulai merayap dan menyesakkan dada.
Di tengah keputusasaannya, Sulaiman merasa terasingkan. Dia merasa seolah-olah tak ada tempat bagi mereka di dunia ini. Rasa bersalah dan ketidakberdayaannya melanda hatinya. Dia bertanya-tanya apakah ia telah melakukan sesuatu yang salah, apakah ia telah gagal sebagai seorang ayah dan kakek.
Sulaiman berlutut di samping tempat tidur Rizal, tangisnya pecah tanpa bisa ditahan lagi. Dia meraih tangan putranya yang lemah, berdoa dengan suara serak yang penuh dengan keputusasaan. Dia merasa hancur melihat keadaan Rizal yang semakin memburuk, dan ia tak tahu lagi harus berbuat apa.
Namun, di tengah-tengah keputusasaannya, Sulaiman menemukan kekuatan baru yang tumbuh dari dalam hatinya. Dia mengingat semua perjuangan dan pengorbanannya selama ini. Dia ingat bagaimana ia telah berjuang melawan badai demi keluarganya, dan bagaimana ia telah mempertaruhkan segalanya demi kesembuhan putranya.
Dengan tekad yang teguh, Sulaiman bersumpah untuk tidak menyerah. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan bertarung sampai titik darah penghabisan demi kesembuhan Rizal. Meskipun dunia terasa runtuh di sekelilingnya, namun Sulaiman akan tetap berdiri teguh, siap menghadapi cobaan apa pun yang datang.
Dalam kegelapan yang menyelimuti, Sulaiman menemukan sinar keberanian di dalam dirinya. Meskipun kesedihan melanda, namun ia bertekad untuk bertahan, melawan gelombang cobaan yang terus menerus menghantamnya. Dan di antara tangisan dan doa, Sulaiman mengangkat kepala dengan semangat yang membara, siap melangkah maju dalam pertempuran yang belum berakhir.