Dalam semangat Ramadan yang penuh berkah, kita dihadapkan pada tiga cerpen tentang ramadhan yaitu melalui cerpen mengharukan ini, kita akan merenungkan tentang bantuan Laura kepada santunan anak yatim, kebaikan Deva dalam berbagi takjil, dan dedikasi dalam membantu membangunkan warga untuk sahur.

 

Bantuan Laura Untuk Santunan Anak Yatim

Rencana Kebaikan Laura

Dalam gemuruh suara adzan yang merdu, bulan Ramadhan menyambut kedatangannya dengan penuh kehangatan. Laura, gadis remaja berusia enam belas tahun yang bersemangat, duduk di teras rumahnya, merenungkan makna bulan suci yang kembali tiba. Dengan senyum lebar yang menghiasi wajahnya, Laura mengalungkan kalung dengan hiasan bulan sabit dan bintang, lambang keberkahan Ramadhan baginya.

“Ma, Pa, aku punya ide!” serunya tiba-tiba, menghentikan percakapan tenang kedua orangtuanya yang duduk di sampingnya.

Kedua orangtuanya, Ibu Maryam dan Ayah Amir, yang selalu mendukung kegiatan positif anak-anaknya, berbalik menatap Laura dengan penuh perhatian. “Apa itu, sayang?” tanya Ibu Maryam sambil tersenyum.

Laura dengan cepat menceritakan rencananya untuk mengumpulkan sumbangan dari tetangga dan teman-temannya di sekolah untuk memberikan santunan yang lebih besar kepada anak yatim dan kaum duafa di sekitar mereka. Ia berbicara dengan semangat yang membara, wajahnya berseri-seri menyampaikan keyakinan dan harapannya.

“Bagaimana menurutmu, Ma, Pa? Bisakah kita melakukannya?” tanyanya, memandang kedua orangtuanya dengan penuh harapan.

Ibu Maryam dan Ayah Amir saling bertukar pandang, lalu tersenyum lembut. “Tentu saja, Nak. Kita akan mendukungmu sepenuhnya,” ujar Ayah Amir dengan suara yang penuh kebanggaan.

Laura merasa begitu bahagia mendengar dukungan dan persetujuan dari kedua orangtuanya. Dalam hatinya, ia bersyukur memiliki keluarga yang selalu mendukungnya dalam setiap langkahnya. Dengan semangat yang membara, Laura segera menyusun rencana lebih lanjut untuk mewujudkan ide mulianya tersebut.

Malam itu, Laura meletakkan rencana-rencana indahnya dalam buku catatan kecilnya. Ia menulis dengan hati penuh kegembiraan dan harapan, merencanakan setiap langkah yang akan diambilnya dalam menyebarkan kebaikan di bulan Ramadhan ini. Dalam lamunan dan doanya sebelum tidur, ia merasa penuh harap akan membawa sinar kebahagiaan bagi mereka yang membutuhkan.

Begitulah langkah awal Laura dalam mewujudkan rencana kebaikannya. Di antara lampu remang yang menyala lembut di teras rumahnya, ia merasakan getaran sukacita yang memenuhi hatinya. Malam itu, Laura tidur dengan senyum bahagia di wajahnya, siap untuk melangkah menjalani petualangan kebaikannya di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Menyusun Rencana Sumbangan

Pagi-pagi buta, Laura terjaga dengan semangat yang membara. Dengan canggung ia bangun dari tempat tidurnya dan melangkah ke teras rumah. Cahaya mentari pagi yang mulai menerangi langit memberikan semangat baru baginya. Ia tahu hari ini adalah hari untuk menghadapi tantangan pertamanya: menyusun rencana untuk mengumpulkan sumbangan.

Laura mengatur meja kecil di sudut teras, membuka buku catatan dan pensil kesayangannya. Dalam keheningan pagi yang hanya diiringi oleh nyanyian burung-burung kecil, ia mulai merencanakan langkah-langkahnya. Ia menuliskan nama-nama tetangga dan teman-temannya yang ingin ia ajak berpartisipasi dalam aksi kebaikan ini.

Namun, seperti yang sering terjadi dalam setiap perjalanan kebaikan, Laura juga menghadapi beberapa tantangan. Beberapa temannya ragu-ragu untuk ikut serta, takut bahwa sumbangan mereka tidak akan cukup berarti. Laura merasakan kekecewaan di hatinya, namun ia tidak menyerah begitu saja. Dengan tekad yang kuat, ia memutuskan untuk mengajak teman-temannya berdiskusi lebih lanjut, menjelaskan dengan penuh semangat betapa setiap sumbangan, sekecil apapun, akan sangat berarti bagi mereka yang membutuhkan.

Laura juga menghadapi tantangan dalam mengatur waktu antara sekolah, tugas rumah, dan persiapan untuk Ramadhan. Namun, ia tidak membiarkan kepadatan jadwalnya menghalangi niat baiknya. Setiap waktu luang yang ia miliki, ia manfaatkan untuk menyusun rencana lebih lanjut, menghubungi teman-temannya, dan menyiapkan strategi untuk mengumpulkan sumbangan.

Ketika malam tiba, Laura duduk di teras rumahnya dengan rasa puas. Meskipun masih ada beberapa tantangan yang harus diatasi, namun ia merasa bangga telah berhasil mengatasi beberapa rintangan yang muncul di awal perjalanan ini. Ia merasa optimis bahwa dengan kesabaran, ketekunan, dan semangat yang tak pernah padam, ia dan teman-temannya akan mampu mewujudkan rencana kebaikan ini dengan sukses.

Dalam cahaya remang yang menyelimuti teras rumahnya, Laura mengucapkan doa dengan penuh keyakinan. Ia berharap agar langkah-langkah kecilnya ini dapat menjadi permulaan dari banyak kebaikan yang akan mereka lakukan bersama-sama. Dengan hati yang penuh harap, Laura pun memasuki malam dengan senyum bahagia di wajahnya, siap untuk menghadapi tantangan-tantangan berikutnya dalam perjalanan kebaikannya.

Kebahagiaan dalam Berbagi

Malam yang dinanti-nantikan tiba dengan gemerlap cahaya bulan purnama yang menerangi langit. Laura duduk di tengah-tengah ruang tamu yang dihias sederhana namun hangat oleh keluarganya. Lampu-lampu remang memancarkan cahaya yang lembut, menciptakan suasana yang penuh kedamaian.

Di sekitarnya, berjejer kotak-kotak berisi paket-paket santunan yang telah mereka siapkan dengan penuh kasih sayang. Laura merasa degupan jantungnya semakin cepat, campuran antara gugup dan senang menyelimuti hatinya. Ia tak sabar untuk melihat reaksi anak-anak yatim dan kaum duafa ketika menerima bantuan dari mereka.

Tak lama kemudian, tamu-tamu pun mulai datang, membawa senyuman ceria dan harapan di wajah mereka. Laura dan keluarganya menyambut mereka dengan hangat, mengajak mereka duduk dan menikmati hidangan sederhana yang telah disiapkan. Suasana semakin meriah dengan percakapan dan tawa yang menggema di ruangan.

Setelah makan malam selesai, saatnya tiba untuk menyerahkan santunan kepada para tamu undangan. Laura dengan hati yang penuh kebahagiaan mengambil paket-paket santunan satu per satu, memberikannya kepada anak-anak yatim dan kaum duafa dengan senyum yang hangat. Wajah mereka berseri-seri menerima bantuan tersebut, dan Laura merasa begitu bahagia melihat dampak kebaikannya pada mereka.

Saat yang paling ditunggu-tunggu tiba ketika Laura dan keluarganya membagikan sumbangan yang telah mereka kumpulkan dari tetangga dan teman-temannya. Setiap anak yatim dan kaum duafa menerima paket santunan dengan penuh rasa syukur, dan Laura bisa melihat kilauan kebahagiaan di mata mereka.

Tak hanya para penerima santunan yang merasakan kebahagiaan, tetapi juga Laura dan keluarganya sendiri. Mereka merasa begitu bersyukur dapat berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan, dan merasa terhubung secara emosional dengan setiap orang yang mereka bantu.

Malam itu berlalu dalam suasana kebahagiaan yang menyeluruh. Laura dan keluarganya merasa begitu diberkahi atas kesempatan untuk membantu sesama di bulan yang penuh berkah ini. Dalam pelukan kasih sayang keluarganya, Laura mengucapkan syukur atas setiap momen indah yang telah mereka alami, dan bersiap untuk melangkah ke depan dengan semangat yang tak pernah padam dalam berbagi kebaikan kepada sesama

Baca juga:  Cerpen Tentang Perayaan Hari Sekolah: Kisah Keseruan di Sekolah

 

Laura duduk di teras rumahnya, merenung di bawah cahaya bulan yang gemerlap. Udara malam yang sejuk menyentuh wajahnya, memberikan rasa kedamaian dan kebahagiaan yang dalam. Di sebelahnya, ayahnya duduk dengan senyum lembut di wajahnya, memandanginya dengan bangga.

“Ayah, aku merasa begitu bahagia,” ucap Laura, suaranya penuh dengan rasa syukur.

Ayahnya mengangguk, “Kami juga merasa sangat bangga padamu, Nak. Kebaikan yang kau tanamkan akan selalu menjadi bekalmu di masa depan.”

Laura memandang langit malam, berpikir tentang perjalanan panjangnya dalam mewujudkan kebaikan di dunia. Dari langkah awalnya dalam merencanakan sumbangan untuk anak yatim dan kaum duafa di bulan Ramadhan hingga saat ini, ketika ia terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan klub amal di sekolahnya, perjalanan itu telah membentuknya menjadi sosok yang lebih baik.

“Kami berharap kau selalu melangkah dengan keyakinan dan semangat yang kau miliki sekarang,” lanjut Ayahnya, suaranya penuh dengan doa.

Laura tersenyum, merasa hangat di dalam hatinya. Ia tahu bahwa perjalanan kebaikannya masih jauh dari selesai, tetapi dengan dukungan keluarga dan teman-temannya, ia yakin bahwa tak ada yang tidak mungkin. Mereka akan terus melangkah bersama, mengejar impian untuk menjadikan dunia ini tempat yang lebih baik untuk semua orang.

Malam itu, di bawah cahaya bulan yang bersinar terang, Laura berjanji pada dirinya sendiri untuk terus berbagi cinta, kebahagiaan, dan harapan kepada sesama. Dalam doanya yang tulus, ia memohon agar mereka semua bisa menjadi alat dalam tangan Tuhan untuk menyebarkan kebaikan di dunia ini.

Dengan hati yang penuh harapan dan semangat yang membara, Laura siap untuk melangkah maju menuju masa depan yang cerah, bersama orang-orang yang dicintainya. Dalam langkahnya yang berderap di bawah bintang-bintang, ia menyadari bahwa bahagia bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan perjalanan yang terus berlanjut, dan ia berkomitmen untuk menikmati setiap momen dari perjalanan itu.

 

Kebaikan Deva Berbagi Takjil

Ide Deva Berbagi Takjil

Di sebuah kota kecil yang dipenuhi dengan semangat Ramadhan, terdapat seorang remaja perempuan yang bernama Deva. Deva adalah gadis yang ceria dan penuh kasih. Setiap tahun, ketika bulan Ramadhan tiba, ia merasa terpanggil untuk melakukan sesuatu yang bermakna bagi sesama.

Pada suatu hari, ketika matahari mulai bersinar terang di langit pagi, sebuah ide tiba-tiba menyapanya. Deva tersenyum lebar, menyadari bahwa ia ingin berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitarnya, khususnya mereka yang kurang beruntung. Ide itu terasa begitu bersinar di dalam hatinya, seperti cahaya kecil yang memberikan harapan di tengah kegelapan.

Tanpa ragu, Deva bergegas ke dapur untuk meminta bantuan ibunya. Bersama-sama, mereka mulai menyiapkan berbagai jenis takjil yang lezat: kolak, kurma, dan kue-kue manis lainnya. Setiap potongannya dipilih dengan cermat, karena Deva ingin memastikan bahwa setiap takjil yang ia bagikan akan memberikan kebahagiaan kepada yang menerimanya.

Ketika takjil sudah siap, Deva menyusunnya dengan rapi di dalam keranjang anyaman. Ia melihat keranjang itu penuh dengan warna-warni yang memikat, dan ia merasa senang melihat hasil kerja kerasnya. Setiap takjil itu adalah secercah harapan yang ia siapkan untuk dibagikan kepada orang-orang di sekitarnya.

Kemudian, dengan hati penuh semangat, Deva membawa keranjang takjil keluar rumah. Langkahnya ringan, namun hatinya bergetar dalam antusiasme yang tak terkendali. Ia tahu bahwa hari itu akan menjadi awal dari sesuatu yang istimewa, sesuatu yang akan membawa kebahagiaan kepada banyak orang.

Saat berjalan-jalan di jalanan kota, Deva bertemu dengan berbagai macam orang. Ada yang sedang sibuk beraktivitas, ada yang sedang duduk di tepi jalan, dan ada pula yang sedang berbelanja. Tanpa ragu, Deva menawarkan takjil kepada setiap orang yang ia temui. Senyumnya yang hangat dan tatapannya yang penuh kasih membuat setiap orang tersenyum balik, menerima takjil dengan penuh rasa syukur.

Ketika matahari mulai menenggelamkan diri di ufuk barat, keranjang takjil Deva hampir kosong. Namun, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang melimpah. Ia merasa begitu bersyukur telah diberi kesempatan untuk berbagi kebaikan kepada sesama di bulan yang penuh berkah ini.

Saat Deva kembali ke rumah, langit mulai memerah dengan indahnya senja. Ia merasa lega dan bahagia, menyadari bahwa meskipun hari itu telah berakhir, namun cahaya kebaikan yang telah ia sebarkan akan terus bersinar di hati setiap orang yang telah ia sentuh dengan tindakannya. Dalam ketenangan malam yang semakin gelap, Deva bersiap untuk menyambut hari esok dengan penuh semangat, siap untuk melanjutkan misinya dalam menyebarkan kebaikan di dunia ini.

Deva Berbagi Takjil

Matahari sudah mulai menyembunyikan sinarnya di balik pepohonan, memberikan tempat bagi langit senja yang indah untuk mengambil alih. Deva, dengan keranjang takjil di tangannya, melangkah dengan mantap di jalanan kota yang ramai. Suaranya yang ceria bergaung di antara keramaian, mengundang perhatian orang-orang di sekitarnya.

Setiap langkahnya dipenuhi dengan rasa kegembiraan yang tak terkendali. Ia menghampiri setiap orang yang ia temui, menawarkan takjil dengan senyum yang tulus. Beberapa orang terkejut dengan kebaikan yang ditunjukkan oleh seorang remaja seperti Deva, tetapi itu hanya membuatnya semakin bersemangat.

Di pertigaan jalan, Deva bertemu dengan seorang pengemudi becak yang sedang istirahat sejenak di pinggir jalan. Dengan ramah, Deva mendekatinya dan menawarkan takjil. Mata pengemudi becak itu bersinar cerah saat ia menerima pemberian Deva. “Terima kasih, Nak. Ini sungguh membuat saya senang,” ucapnya dengan suara yang hangat.

Tidak jauh dari situ, Deva bertemu dengan seorang pedagang kaki lima yang sedang sibuk mengatur dagangannya. Ia menawarkan takjil kepada pedagang itu, yang awalnya terkejut dengan kebaikan Deva. Namun, setelah melihat senyum tulusnya, pedagang itu dengan cepat menerima takjil tersebut dengan penuh rasa syukur.

Deva juga tidak lupa untuk menawarkan takjil kepada para pejalan kaki yang melewati jalanan kota. Ia melihat berbagai reaksi dari setiap orang yang menerimanya: ada yang tersenyum, ada yang mengucapkan terima kasih dengan penuh rasa syukur, dan ada pula yang mengangguk singkat sebagai tanda penghargaan.

Saat senja semakin mendominasi langit, keranjang takjil Deva mulai terlihat kosong. Namun, hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Ia merasa begitu bersyukur telah diberi kesempatan untuk berbagi kebaikan kepada orang-orang di sekitarnya.

Saat kaki Deva membawanya kembali ke rumah, langit telah berubah menjadi perpaduan warna oranye dan merah yang mempesona. Ia merasa begitu lega dan damai, menyadari bahwa meskipun hari itu telah berakhir, namun cahaya kebaikan yang telah ia sebarkan akan terus bersinar di hati setiap orang yang telah ia sentuh dengan tindakannya.

Dalam kesunyian senja yang semakin malam, Deva merenung dengan bahagia di hatinya. Ia siap untuk menyambut hari berikutnya dengan penuh semangat, siap untuk melanjutkan perjalanan kebaikannya di bulan yang penuh berkah ini.

Baca juga:  Cerpen Tentang Semangat Hidup: 3 Kisah Penyemangat Hidup

 

Reaksi Penerima Takjil

Langit telah memudar menjadi warna jingga yang hangat saat Deva menyelesaikan ronda terakhirnya untuk membagikan takjil. Keranjangnya hampir kosong, tetapi hatinya penuh dengan kebahagiaan melihat reaksi bahagia dari setiap penerima takjil.

Deva berjalan melewati sebuah taman kota yang ramai, dan ia melihat sekelompok anak-anak yang sedang bermain dengan riangnya. Tanpa ragu, ia mendekati mereka dan menawarkan takjil dengan senyum lebar di wajahnya. Anak-anak itu, dengan mata berbinar-binar, menerima takjil tersebut dengan penuh antusiasme. Mereka segera duduk berjejer di rerumputan, menikmati lezatnya takjil sambil bercanda dan tertawa.

Tidak jauh dari situ, Deva melihat seorang nenek tua yang duduk sendirian di bangku taman. Ia memegang tongkat kayu dengan gemetar, dan ekspresinya terlihat lelah. Deva mendekatinya dengan lembut, menawarkan takjil dan duduk di sampingnya. Nenek itu memandang Deva dengan mata yang penuh haru, kemudian menyentuh pipi Deva dengan lembut. “Terima kasih, Nak. Tuhan memberkati mu,” ucapnya dengan suara yang gemetar.

Saat matahari semakin terbenam, Deva berjalan melintasi jalan raya yang ramai. Ia melihat seorang bapak yang sedang bekerja keras di bengkel sepeda motor. Dengan raut wajah yang letih, bapak itu menerima takjil dari Deva dengan tangan gemetar. Namun, saat ia mencicipi makanan tersebut, senyum tulus merekah di wajahnya, dan matanya berbinar-binar. “Terima kasih, Nak. Ini sangat menyegarkan,” ucapnya dengan suara yang penuh rasa syukur.

Tak lama kemudian, Deva tiba di sebuah sudut jalan yang sepi, di mana seorang gelandangan sedang duduk di trotoar dengan wajah muram. Deva mendekatinya dengan hati-hati, menawarkan takjil dan duduk di sampingnya. Gelandangan itu, yang awalnya terlihat skeptis, kemudian menerima takjil tersebut dengan gemetar. Namun, saat ia mencicipi makanan tersebut, wajahnya berubah menjadi cerah, dan air mata bahagia pun mengalir di pipinya. “Terima kasih, Nak. Ini adalah hadiah terindah yang pernah aku terima,” ucapnya dengan suara yang penuh rasa terharu.

Saat senja berubah menjadi malam, Deva pulang ke rumah dengan hati yang penuh dengan kebahagiaan. Ia merasa begitu bersyukur telah diberi kesempatan untuk menyebarkan kebaikan di dunia ini, dan melihat reaksi bahagia dari setiap penerima takjil membuatnya merasa bahwa usahanya tidak sia-sia. Dalam ketenangan malam yang semakin larut, Deva membiarkan perasaan bahagia itu menyelimuti dirinya, siap untuk menyambut hari esok dengan penuh semangat dan kebaikan.

 

Damai di Hati Deva

Langit telah berubah menjadi perpaduan warna oranye dan merah yang mempesona saat Deva memasuki rumahnya. Ia menghembuskan nafas lega, merasakan ketenangan yang menyelimuti hatinya. Meskipun tubuhnya terasa lelah setelah seharian beraktivitas, namun hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara.

Deva meletakkan keranjang takjil di meja di ruang tamu, dan ia duduk di sampingnya dengan senyum di bibirnya. Ia memandang keranjang itu, mengingat setiap momen indah yang telah ia alami saat membagikan takjil kepada orang-orang di jalanan kota. Senyum-senyum bahagia, tatapan penuh rasa syukur, dan ucapan terima kasih yang tulus mengisi pikirannya, membuatnya merasa begitu berarti dan bermakna.

Ibunya masuk ke ruang tamu, dan ia tersenyum melihat ekspresi damai di wajah Deva. “Bagaimana hari ini, Nak?” tanyanya dengan lembut.

Deva mengangguk dengan senyum yang lebar. “Hari ini adalah salah satu hari yang paling bahagia dalam hidupku, Ibu,” jawabnya dengan suara yang penuh kegembiraan. “Aku merasa begitu bersyukur telah diberi kesempatan untuk berbagi kebaikan dengan orang-orang di sekitar kita.”

Ibunya tersenyum bangga. “Aku juga merasa sangat bangga padamu, Nak. Tindakanmu telah memberikan kebahagiaan kepada banyak orang, dan itu adalah sesuatu yang patut kita syukuri bersama.”

Deva mengangguk setuju, merasa hangat di dalam hatinya. Ia merasa begitu diberkahi atas kesempatan ini dan bersyukur atas dukungan penuh yang diberikan oleh keluarganya. Bersama-sama, mereka merasakan kebahagiaan yang mendalam atas kemampuan mereka untuk memberikan dampak positif bagi orang lain.

Saat malam semakin larut, Deva merasa semakin dekat dengan keluarganya. Mereka duduk bersama di ruang tamu, bercerita tentang pengalaman mereka hari ini, tertawa, dan berbagi rasa syukur atas berkat yang telah diterima. Dalam kesederhanaan momen ini, Deva merasakan kedamaian yang mendalam di hatinya.

Ketika akhirnya tiba waktunya untuk tidur, Deva berbaring di tempat tidurnya dengan senyum di bibirnya. Ia memejamkan mata, merenungkan tentang hari yang luar biasa ini, dan merasa begitu beruntung telah diberi kesempatan untuk menyebarkan kebaikan di dunia ini. Dalam pelukan kasih sayang keluarganya, ia merasa tenang dan damai, siap untuk menutup mata dan bermimpi tentang masa depan yang penuh dengan kebaikan dan kebahagiaan.

 

Kebaikan Membangunkan Warga Untuk Sahur

Sebuah Pagi yang Penuh Semangat

Deon membuka matanya dengan perlahan, disambut oleh cahaya lembut yang menyelinap masuk melalui jendela kamarnya. Dia merasakan semangat yang membara memenuhi hatinya seiring dengan menyadari bahwa hari itu adalah hari Ramadan, bulan penuh berkah yang dinantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia.

Dengan langkah ringan, Deon bangkit dari tempat tidurnya. Dalam sekejap, ia merasa energi yang membara menjalar di dalam dirinya, memenuhinya dengan semangat untuk menjalani hari dengan penuh kebaikan. Dia tahu bahwa Ramadan adalah saat yang istimewa di mana umat Muslim mendekatkan diri kepada Allah, memperkuat hubungan dengan sesama, dan mengasah kesabaran serta ketabahan.

Tidak lama kemudian, Deon bersiap-siap untuk bergabung dengan teman-temannya untuk membangunkan sahur. Ia berpakaian sederhana namun rapi, menyisir rambutnya dengan cepat sebelum melangkah keluar dari kamarnya. Di lorong, ia bertemu dengan ibunya yang sedang sibuk mempersiapkan makanan untuk sahur.

“Selamat pagi, Nak,” sapa ibunya sambil tersenyum hangat.

“Selamat pagi, Bu,” jawab Deon sambil tersenyum balik. “Ayo, Bu, kita harus segera bergabung dengan teman-teman untuk membangunkan sahur.”

Ibunya mengangguk dan mereka berdua segera melangkah ke dapur. Deon melihat meja dapur yang dipenuhi oleh berbagai macam makanan yang lezat: nasi, telur, sayur, dan segelas air putih. Semua itu dipersiapkan dengan cermat oleh ibunya untuk sahur.

Tidak lama kemudian, teman-teman Deon datang dengan riang. Mereka tersenyum satu sama lain, dipenuhi dengan semangat yang sama untuk memulai Ramadan dengan baik. Bersama-sama, mereka duduk di sekitar meja dapur dan memulai sahur mereka dengan penuh kebersamaan.

Di antara canda tawa dan cerita, suasana di ruang makan itu penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan. Mereka merasa bersyukur karena diberi kesempatan untuk bersama-sama merayakan Ramadan, bulan yang penuh berkah dan rahmat.

Setelah selesai sahur, mereka berdoa bersama-sama, memohon kepada Allah agar memberkati Ramadan mereka dan menerima amalan-amalan kebaikan mereka. Di dalam doa-doa mereka, terdengar ketulusan hati yang membawa kedamaian.

Saat mereka selesai, Deon merasa hatinya dipenuhi dengan kebahagiaan yang tiada tara. Ia merasa beruntung memiliki teman-teman yang selalu mendukung dan menyemangatinya dalam setiap langkahnya. Bersama, mereka siap untuk menghadapi bulan Ramadan dengan penuh semangat dan kebaikan yang tak terbatas.

Baca juga:  Cerpen Tentang Anak Sekolah: 3 Cerpen Tentang Anak Sekolah yang Menginspirasi

Persiapan Membangunkan Sahur

Setelah selesai dengan sahur, Deon dan teman-temannya berkumpul di ruang tengah untuk merencanakan cara mereka akan membantu membangunkan sahur bagi warga sekitar. Mereka duduk melingkar di atas karpet yang empuk, dipenuhi dengan semangat dan kegembiraan.

Pertama-tama, mereka membuat daftar nama dan alamat warga di sekitar lingkungan mereka yang mungkin membutuhkan bantuan untuk bangun sahur. Mereka berdiskusi dengan antusias, saling memberikan saran dan ide untuk memastikan tidak ada yang terlewatkan.

Setelah membuat daftar tersebut, mereka membagi tugas. Beberapa teman bertugas untuk membuat panggilan telepon ke warga yang telah mereka daftarkan, sementara yang lain akan mengatur waktu dan rute untuk memastikan bahwa mereka bisa mencapai semua rumah yang terdaftar tepat waktu.

Deon dan teman-temannya juga membuat rencana untuk menyusun makanan sahur yang akan dibagikan. Mereka sepakat untuk mempersiapkan nasi, telur, lauk pauk, dan segelas air putih untuk setiap paket sahur. Mereka juga memutuskan untuk menyiapkan beberapa makanan manis sebagai pencuci mulut, sebagai tambahan kebahagiaan bagi warga yang menerima bantuan mereka.

Setelah segalanya terorganisir dengan baik, mereka mulai bekerja. Beberapa teman pergi ke dapur untuk mempersiapkan makanan, sementara yang lain mengatur barang-barang yang diperlukan untuk pembagian sahur di luar rumah.

Deon sendiri memilih untuk membantu mengemas paket sahur. Dia dengan teliti menata nasi, telur, lauk pauk, dan makanan pencuci mulut ke dalam wadah-wadah yang rapi. Setiap sentuhan di setiap paket diberikan dengan cinta dan perhatian, karena dia tahu bahwa setiap makanan yang mereka bagikan akan membawa keceriaan dan kebahagiaan kepada mereka yang menerimanya.

Ketika segalanya sudah siap, Deon dan teman-temannya berkumpul kembali di ruang tengah, memandang dengan bangga pada hasil kerja keras mereka. Mereka merasa senang dan bersemangat, siap untuk melangkah ke langkah berikutnya dalam menjalankan misi baik mereka.

Dengan hati yang penuh semangat, mereka bersiap untuk keluar dan membantu warga sekitar mereka untuk bangun sahur dengan senyum di wajah mereka. Dalam kebersamaan dan persahabatan mereka, mereka yakin bahwa mereka dapat membuat perbedaan positif dalam hidup orang lain, dan itulah yang membuat mereka merasa begitu bahagia.

Suasana Hangat 

Deon dan teman-temannya melangkah ke jalan-jalan yang sepi di sekitar lingkungan mereka, membawa paket sahur yang mereka persiapkan dengan penuh kasih. Di setiap langkah mereka, terdengar canda tawa dan suara gemuruh percakapan yang penuh semangat.

Mereka pertama-tama mengunjungi rumah-rumah yang telah mereka daftarkan sebelumnya. Dengan senyum di wajah mereka, mereka mengetuk pintu setiap rumah dan memberikan paket sahur kepada warga yang membukakan pintu. Setiap kali pintu dibuka, terlihat ekspresi syukur di wajah orang yang menerima bantuan mereka.

Di salah satu rumah, mereka bertemu dengan seorang nenek yang tinggal sendirian. Nenek itu terkejut melihat kedatangan mereka, namun segera menyambut mereka dengan senyum yang tulus. Dia mengucapkan terima kasih berkali-kali kepada Deon dan teman-temannya, mengatakan betapa terharunya dia atas kebaikan mereka.

Tidak hanya rumah-rumah yang mereka datangi, mereka juga berhenti di jalan-jalan kecil di sekitar lingkungan mereka untuk mencari warga yang mungkin membutuhkan bantuan. Mereka menemui seorang ayah yang sedang pulang dari tempat kerja larut malam, dan dengan penuh kasih memberikan paket sahur kepadanya.

Suasana di sepanjang perjalanan mereka dipenuhi dengan kehangatan dan kebaikan. Mereka merasa bahagia bisa membantu orang lain, dan setiap senyum yang mereka terima sebagai balasan membawa keceriaan yang mendalam di hati mereka.

Di tengah perjalanan mereka, mereka bahkan bertemu dengan sekelompok anak-anak yang sedang bermain di taman. Tanpa ragu, Deon dan teman-temannya juga memberikan paket sahur kepada anak-anak tersebut, membuat mereka terkejut dan senang dengan kebaikan yang mereka terima.

Saat malam berganti menjadi pagi, Deon dan teman-temannya kembali ke rumah mereka dengan hati yang penuh dengan kebahagiaan. Mereka merasa puas karena telah berbagi kebaikan dengan sesama, dan menyadari betapa pentingnya memiliki teman-teman yang selalu siap untuk bekerja sama dalam melakukan perbuatan baik.

Dalam perjalanan pulang, mereka tertawa dan bercanda, saling mengingatkan akan momen-momen indah yang mereka alami malam itu. Mereka tahu bahwa persahabatan mereka telah menghasilkan sesuatu yang istimewa, dan itulah yang membuat mereka merasa begitu bahagia.

 

Kembali ke Rumah

Deon dan teman-temannya kembali ke rumah dengan langkah yang ringan dan hati yang penuh kebahagiaan. Mereka merasa lega karena telah berhasil membantu banyak warga di sekitar mereka untuk mempersiapkan sahur dengan baik.

Saat memasuki rumah, mereka disambut oleh aroma harum makanan yang masih mengepul di dapur. Ibunda Deon tersenyum hangat saat melihat mereka masuk, menandakan bahwa sahur mereka juga sudah hampir siap.

“Dapatkah aku membantu dengan apa pun, Bu?” tanya Deon sambil mengusap perutnya yang mulai lapar.

“Tentu saja, Nak. Kamu bisa membantu menyiapkan meja makan,” jawab ibunya sambil memberikan senyuman.

Deon dan teman-temannya dengan cepat bergerak ke dapur, membantu ibu Deon untuk menyusun hidangan sahur di meja makan. Mereka tertawa dan bercanda satu sama lain sambil bekerja, menikmati kebersamaan yang mereka miliki.

Ketika semuanya sudah siap, mereka berkumpul di sekitar meja makan dengan penuh semangat. Mereka duduk bersama, saling menatap satu sama lain dengan rasa syukur yang mendalam atas kebaikan yang telah mereka lakukan malam itu.

Mereka memulai sahur mereka dengan lahap, menikmati setiap suap makanan dengan penuh kenikmatan. Suasana di meja makan dipenuhi dengan canda tawa dan cerita dari malam sebelumnya, membuat momen tersebut menjadi lebih berharga.

Ketika mereka selesai sahur, mereka berkumpul di ruang tengah untuk melakukan shalat subuh bersama-sama. Dengan khusyuk, mereka melaksanakan ibadah mereka, memanjatkan doa syukur kepada Allah atas segala kebaikan yang telah diberikan kepada mereka.

Setelah shalat, mereka saling berpelukan dan mengucapkan selamat menjalankan ibadah puasa satu sama lain. Mereka merasa bersyukur atas persahabatan yang mereka miliki dan siap untuk menjalani Ramadan dengan penuh semangat dan kebaikan yang tak terbatas.

Dengan hati yang bahagia, mereka merasa siap untuk menghadapi setiap tantangan yang akan datang dan menyambut setiap momen indah yang akan mereka alami bersama. Karena mereka tahu bahwa dengan bersatu dan saling mendukung, tidak ada yang tidak mungkin untuk mereka capai.

 

Dari tiga cerpen tentang ramadhan yaitu bantuan Laura untuk santunan anak yatim, kebaikan Deva yang berbagi takjil, hingga membantu membangunkan warga untuk sahur, kita belajar bahwa Ramadan bukan hanya tentang berpuasa, tetapi juga tentang memberikan, berbagi, dan peduli terhadap sesama.

Sekian cerita untuk hari ini. Terima kasih telah menyimak dan semoga kisah kebaikan ini dapat menjadi lebih baik dan peduli terhadap sesama. Selamat berbagi kebaikan dan selamat menjalani Ramadan yang penuh berkah!

Share:
Cinta

Cinta

Ketika dunia terasa gelap, kata-kata adalah bintang yang membimbing kita. Saya di sini untuk berbagi sinar kebijaksanaan dan harapan.

Leave a Reply